Suasana di dalam mobil itu menjadi sedikit hening, setelah Trevor mengatakan hal itu. Maria tak menjawab, dia segera memakai handsfree mendengarkan sebuah lagu untuk menutupi dirinya yang sedang kesal.
Sedangkan Edward sempat curi-curi pandang dengan Maria lewat kaca spion yang terpasang di tengah mobil ini. Tania yang tak tahu apa-apa memilih diam.
Hampir 3 jam mereka sampai di lokasi. Jalan ke sini memang sangat-sangat asri. Banyak pohon yang menjulang tinggi membuat suasana bertambah adem. Mobil yang ditumpangi Trevor masuk ke sebuah hunian villa, di sana sudah ada teman-temannya yang sudah sampai terlebih dulu.
"Maria, hei bangun kita sudah sampai," ucap Tania sambil mengguncang tubuh Maria. Setelah melihat Maria membuka matanya, Tania segera turun dari mobil.
Maria memandangi sekitar, dia seperti mengumpulkan nyawanya yang baru saja terbangun dari tidurnya. Setelahnya dia membuka pintu mobil, dia tampak meregangkan otot-ototnya yang terasa sangat kak
Maria bangun dengan ngos-ngosan ketika wajahnya baru saja terguyur oleh air. Dia mengatur nafasnya sesaat sebelum menoleh ke depan. Melihat Edward yang ternyum sinis di sana."Pagi yang indah bukan. Bangunlah dan nikmati sarapan pagimu," ucap Edward menyodorkan sebuah bubur dengan kakinya.Maria menatap ngeri makanan itu. Meskipun jaraknya masih jauh, tapi bau busuk sungguh tercium di sana. Dia menoleh, menatap Edward dengan nyalang. Maria tak bisa berucap karena mulutnya masih diplester dengan sebuah lakban. Dia juga tak bisa bergerak, tangan dan kakinya diikat di sebuah kursi."Sebenarnya aku sungguh ingin menyentuhmu Maria, apalagi mengingat terakhir kali ketika dada putih dan kaki jenjangmu itu terekspos. Tapi sayang, orang itu tak mengijinkanku untuk menyentuhmu," ucap Edward menggerutu dengan kesal."Sudahlah, lagi pula dengan begini aku bisa membalaskan dendamku pada Jaccob. Tunggulah Maria, akan ada orang yang datang untuk mengurusimu. Selam
Jaccob melemparkan handphonenya begitu saja, membuat Kenzo yang ada di depannya menjadi kaget. Jake menggeram dengan marah."Kau ini kenapa?" tanya Kenzo heran."Aku harus pergi menyusul Maria, Maria diculik."Selepas berkata seperti itu, Jake segera pergi dari sana. Kenzo yang masih belum paham situasinya merasa masa bodoh.Jake melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi ke lokasi yang ditunjukkan oleh Trevor. Saking paniknya dia, dia lupa tidak mengajak Aciel atau bawahannya yang lain. Pikirannya sangat kacau, mendengar Maria tak ada di tempat bersama Edward.Sesampainya di sana, Jake memarahi Trevor habis-habisan karena tak becus menjaga Maria. Jake mengancam Trevor jika sampai malam nanti tak bisa menemukan Maria, maka perusahaannya akan dihanguskan oleh Jake.Aciel menyusul tak lama ketika Jake sampai. Tadi Jake segera menelfon Aciel ketika hampir sampai di sini. Seluruh anak buahnya dikerahkan untuk menyusuri kawasan ini. Tapi hasilnya
Lucas terkekeh mendengar umpatan dari Jake. Dia meminum lagi alkohol yang ada di depannya. Dia melirik ke arah wanita yang nampak tak berdaya di sampingnya.Saat ini Lucas telah memindahkan Maria ke tempat barunya. Gudang yang menjadi tempat awal disekap sudah ditinggalkan olehnya. Hanya ada beberapa anak buahnya yang berjaga di tempat itu.Kali ini Lucas berencana untuk menjebak Jake. Dia ingin melihat bagaimana lelaki itu akan memohon padanya untuk kebebasan Maria.~Liam menjadi panik ketika Jaccob memintanya untuk mengeluarkan tawanan wanita yang ada di dalam sel bawah tanah. Bosnya itu mengatakan agar cepat dan segera menyusulnya ke tempat lokasi yang sudah dikirimkan padanya.Pertama kali Liam melihat, dia merasa iba. Karena selama ini Aciel yang mengurusi wanita ini, jadi dia tidak terlalu mengerti dengan keadaannya. Tapi sekarang Liam tahu, jika wanita yang bernama Sera itu sedang tidak baik-baik saja.Mata Sera terpejam, nafas
Pikiran Jaccob bercabang oleh 2 wanita yang saat ini dalam keadaan yang tak diketahuinya. Pertama ibunya yang tadi tertembak, dan kedua Maria yang saat ini dalam keadaan mengenaskan.Jaccob mempercayakan ibunya pada Aciel dan ayahnya, sedangkan dirinya sendiri harus cepat-cepat menyusul Maria. Dia sedikit panik ketika Lucas memeberitahunya jika ada bom di tubuh Maria.Jaccob hanya pergi dengan 3 orang. Salah satunya adalah Liam. Mereka melakukan perjalanan sedikit panjang pada malam yang hanya ditemani oleh bulan. Tempat yang dituju Jake saat ini adalah villa tempat di mana Lucas dulu membawa Maria.Hari mulai fajar ketika Jake sampai di sana. Villa itu terlihat gelap, bahkan seperti tak berpenghuni. Tak ada satupun anak buah Lucas ada di sini.Jake segera turun, tapi ketika dia ingin memasuki villa itu, pintunya terkunci membuat Jake berdecak kesal. Dia menyuruh Liam dan anak buahnya yang lain untuk mendobrak pintunya, karena lengan Jake masih sakit. Pel
Maria membuka matanya perlahan, dia melihat ke sekelilingnya dengan gugup. Dia takut jika Lucas akan menyiksanya lagi. Tapi perasaannya menghangat ketika dia melihat seseorang yang tertidur di kursi, dengan lembut, Maria mengusap rambut Jake.Usapan itu mengusik tidur Jake, dia terbangun dan langsung disambut senyuman oleh Maria."Selamat pagi," sapa Maria dengan suara serak.Jaccob ikut tersenyum memandang Maria, dia bergerak mengecup kening wanita itu sebelum menatapnya lagi."Masih ada yang sakit? Maaf aku datang terlambat," sesal Jake, tersirat penyesalan di mata lelaki itu."Tidak apa-apa." Maria tersenyum lembut. "Yang terpenting aku sudah ada bersamamu." ucapnya.Jake mengangguk, dia mengecupi tangan Maria. "Mulai sekarang, mau tidak mau kau tidak boleh bekerja sebagai model lagi. Kalau kau keras kepala aku akan mengurungmu di kamar selamanya," ucapnya sambil menatap Maria tajam.Maria terkekeh, dia hanya membalas Jake de
Ashley bergegas pergi dari bar-nya ketika dia mendengar kabar jika Maria dirawat di rumah sakit. Memang, dia jarang bertemu wanita itu. Tapi dia menyuruh salah satu anak buahnya untuk mengikuti informasi apa saja yang dilakukan oleh Maria. Bukannya apa, dia masih belum percaya Jake dan dia takut Maria kenapa-napa.Tapi kabar yang baru saja didengar itu membuatnya syok, bukan Jake yang menyakiti Maria, melainkan Lucas. Ashley tak habis pikir lelaki itu bisa melakukan hal ini, dia kira Lucas adalah orang yang baik. Bahkan dulu dia sempat ditolong olehnya.Ashley melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi ke salah satu rumah sakit milik Jake. Ketika dia sampai di sana, dia bertanya pada seorang suster di mana letak ruangan rawat Maria.Tapi saat Ashley sampai di sana, dia di hadang oleh Aciel dan tak diperbolehkan masuk ke dalam."Aku ingin bertemu dengan Maria, kenapa kalian menghalangiku, jika saja Maria tahu, aku yakin kalian akan dimarahi oleh Maria!" se
Illene melepaskan pelukannya pada Lucas. Dia berbalik, menatap sesaat suaminya. Sedangkan Rikard balas menatapnya dengan tersenyum dan mengangguk. Barulah Illene berani menatap Jaccob."Kita masuk ya, ibu akan menjelaskan semuanya pada kalian." ucap Illene.Jaccob hanya mendengus tak suka, tapi dia diam saja ketika semua orang masuk ke dalam rumahnya satu-persatu. Jake duduk dengan kasar di sofa tunggal, dia bahkan meminta Maria untuk duduk di pangkuannya. Tak ingin membuat Jake marah, akhirnya Maria menurutinya.Illene menghela nafas pelan sebelum menatap semua yang duduk di sana. Dia juga melirik pada anak buah Jake yang berdiri di belakang mereka. Bersiaga, takut jika Lucas akan bertindak brutal lagi."Aku tak tahu jika kalian sudah saling mengenal." Illene menatap Lucas dan Jaccob bergantian. "Tapi sayang, kenapa kalian bermusuhan seperti ini? Padahal kalian berdua adalah saudara."Bukan hanya Jake dan Lucas yang syok, semua orang yang ada di s
Pagi ini Maria terbangun lebih dulu. Dia melirik wajah tampan Jake yang tertidur pulas sebelum beranjak dari ranjang. Dia memutuskan untuk mandi karena beberapa hari di rumah sakit dia belum pernah mandi.Air hangat itu mengguyur tubuh Maria, tubuhnya merasa rileks ketika tetesannya jatuh ke tubuhnya. Maria menikmati pagi harinya yang terasa damai, semua masalah yang terjadi sudah menemukan titik terang dan dia tidak merasa khawatir lagi.Setelah selesai, Maria keluar dari kamar mandi. Dia bergerak ke arah almari, ternyata benar, semua baju-bajunya ada di sini. Jake menambahkan 1 lemari lagi di kamarnya untuk menjadi tempat baju Maria. Maria tersenyum dan segera memaki pakaiannya."Kau menggodaku Mary."Praktis ucapan itu membuat Maria menoleh, masih dalam keadaan memakai pakaian dalam. Dia berdecak malas menatap Jake."Bangun pemalas, ini sudah siang." Maria mengabaikan tatapan mesum Jake, dia segera memakai pakaiannya."Kemarilah Mary, aku