Mendengarkan hasil rekaman setelah teriakan Brian dan memang benar adanya jika mereka harus mengevaluasi penyanyi yang ada dibawah agency, Azka sangat tahu jika seperti ini terus yang ada mereka semua akan lelah dan perusahaan tidak akan berkembang sama sekali. Menatap Brian yang berkali-kali menarik dan menghembuskan nafas panjang, meminum kopi serta air mineral yang ada di dekatnya sambil mendengarkan hasil rekaman yang baru saja terjadi.
TOK TOK
Pintu terbuka menampilkan manager dari penyanyi yang baru saja mengambil rekaman bersama dengan Brian, langkah manager kearah Brian dan tampaknya berbicara serius. Azka bisa mendengar pembicaraan mereka tapi pura-pura mendengarkan, meskipun begitu beberapa kali melirik kearah mereka berdua. Azka memang melakukan itu karena malas mendengarkan nada memohon yang keluar dari manager itu, seakan merendahkan dirinya agar bisa penyanyi itu mendapatkan lagu bagus.
“Semua tidak akan tercapai kalau dari penyanyinya tidak
Menatap wajah tenang Rena setelah apa yang mereka lakukan tadi, Azka tidak menyangka jika dirinya berhasil membawa wanita sampai ke ranjang, bahkan Azka bisa merasakan bagaimana hangatnya adik kecilnya didalam sana. Membelai wajah damai Rena sebelum akhirnya melepaskan pelukan dengan berjalan kedalam kamar mandi, menatap jam yang tampaknya sudah melewati jam pulang kerja dan itu artinya harus memulangkan Rena setelah kemarin wanita ini tidak pulang.“Apa yang kalian berdua lakukan disini?” Azka menatap tajam pada kembarannya Dona yang sudah berada di ruangannya.“Apa dia nikmat?” Dona memberikan tatapan menggoda membuat Azka memutar bola matanya malas “Kita mau keluar padahal hari ini ternyata kamu yang membuatnya gagal.”“Memang kalian mau kemana?” tanya Azka santai.“Women time.” Azka memutar bola matanya malas “Tapi gagal soalnya Mbak Zee dan Mbak Anggi ditahan sama suaminya.”
Ancaman Dona selalu tidak main-main, kalaupun Azka tetap memegang pendirian ikut tetap tidak akan mendapatkan jawaban ditambah lagi saham yang hilang. Azka sendiri tidak tahu apa yang direncanakan saudara-saudaranya, tapi bukankah mereka ke hotel yang artinya Dona bertemu dengan Irwan.“Lo disini?” tanya Azka saat membuka pintu apartemen mendapati Josh duduk di kursinya.“Aku kangen sama kamu.”Josh memeluk Azka erat saat sudah duduk disampingnya, Azka membalas pelukan Josh tidak kalah eratnya. Pelukan mereka terlepas yang digantikan dengan ciuman satu sama lain, tangan Josh sudah berada di miliknya yang tidak bergerak sama sekali, melepaskan ciuman dengan saling memandang satu sama lain.“Tumben belum berdiri?” tanya Josh menatap ketempat dimana milik Azka berada “Kamu lagi nggak nafsu?”“Aku lelah.” Azka mengeluarkan alasan yang masuk akal.Mengikuti tatapan Josh ke miliknya yang
Menatap malas pada Endi yang secara tiba-tiba datang ke apartemen, apalagi langsung duduk di sofa yang membuat Azka sedikit paham tahu apa yang akan dilakukannya. Memilih beranjak dan menyiapkan diri karena pastinya tidak mau menunggu lama, saat keluar mendapati Endi di dapur.“Ayo.” Endi menatap Azka dengan mengerutkan keningnya “Pulang kerumah.”“Kita nggak kerumah tapi hotel.” Azka mengangkat alisnya mendengar perkataan Endi “Perayaan Lucas.”“Kenapa nggak ada yang kasih tahu aku?” Endi mengangkat bahu.Azka hanya menggelengkan kepala, Dona sepertinya malas mengajaknya maka itu lebih memilih bersama dengan Rena. Mengingat itu membuat sudut hati kecilnya tersenyum, setidaknya Rena sudah diterima dengan sangat baik oleh keluarganya.“Udah kesana tadi?” Endi menggelengkan kepala membuat Azka mengernyitkan dahinya.“Memang yang sibuk cuman lo.”Memutar
Pukulan keras didapat Azka setelah mengatakan hal itu, Dona menatap tajam pada Azka yang hanya memberikan senyuman kecil tanda bahwa apa yang dikatakannya tidak serius.“Jangan kasih ide gila, lagian Mas Irwan cinta banget sama istrinya.” Endi berkata sambil memukul bahu Azka pelan.Azka mengangkat bahu “Dona aja bisa cerai apalagi dia.”“Beda, lagian istrinya Mas Irwan baik nggak kaya dia yang...ah aku nggak bisa bilang. Nyebut namanya aja susah apalagi harus ingat kelakuannya.” Dona bergidik ngeri saat mengatakannya.Memilih keluar meninggalkan Dona yang hanya diam sambil menghapus air matanya, langkah Azka menuju pada saudaranya Leo yang berbicara dengan Irwan dan Lucas. Memilih bergabung sambil mendengarkan apa yang mereka bicarakan, Azka menatap mereka mencoba memahami apa yang mereka bicarakan.“Jadi kamu besok menikahnya disini?” tanya Lucas membuat Azka menatapnya.“Belum diputusk
“Pusing sama penyanyi ini.” Brian memberikan hasil rekaman pada Azka.Azka menatap flash disc yang ada di meja dekatnya dengan tatapan bingung, tidak ingin banyak bertanya membuat Azka langsung mendengarkannya. Pembicaraan terakhir dengan ayahnya membuat pikiran Azka tidak bisa tenang, pedang-pedangan dan lubang itu terus berputar di kepalanya. Dalam pikirannya adalah perasaan ayahnya saat mengatakan hal itu, ini masih ayahnya belum sang bunda yang pastinya akan lebih kecewa dengan kenyataan yang terjadi pada dirinya.“Aww...” Azka teriak sambil melepaskan earphone dan menatap Brian horor.“Kenapa?” Brian menatap bingung pada Azka “Oh...sudah dengerin toh ternyata?” saat melihat kearahnya “Kayaknya kalian memang perlu evaluasi deh.”Azka mengangguk setuju mendengar kata-kata Brian “Memang akan di evaluasi.”Melepaskan flash disc dari tempatnya dan memberikan pada Brian kembali,
Menarik tubuh Rena masuk kedalam lift dan langsung menekan tombol lantainya, Rena terdiam dan masih terkejut dengan apa yang Azka lakukan. Pintu lift berhenti di lantai tempat Azka berada atau tempat para petinggi kantor ini berada, Azka menarik tangan Rena yang langsung dilepaskan.“Maaf, kita sekarang dalam kondisi bekerja dan saya masih banyak pekerjaan.”Rena menutup pintu lift sebelum Azka tersadar dari keterkejutannya, semua yang dilakukan Azka sangat tiba-tiba. Rena paling tidak suka jika dalam kondisi bekerja harus berhadapan dengan hal-hal diluar pekerjaan, cukup sekali kemarin melakukan kesalahan yang membuat Rena harus melakukan pekerjaannya yang tertunda kemarin dan menjadi banyak.Azka masih menatap pintu lift yang tertutup, tidak ada yang pernah menolak dirinya selama ini bahkan banyak wanita yang rela mendatangi dirinya, tapi Azka tidak pernah menghiraukan mereka dan sekarang saat dirinya menginginkan Rena yang malah mendapatkan penola
Tidak mendapatkan balasan atau bahkan tanggapan sama sekali dari Rena membuat Azka kesal, kembali ke apartemen tanpa mengantar Rena karena harus mengerjakan pekerjaannya yang tertunda dua hari lalu. Azka bisa saja menggunakan kekuasaan tapi tidak bisa karena Bima, Billy dan Fabian membutuhkan jawaban atau hasil secepatnya.“Kau datang?” Azka menatap terkejut dengan kedatangan Josh yang berada di sofa miliknya.“Sejak kapan kamu disini?” tanya Azka tanpa menjawab pertanyaan Josh.“Beberapa menit yang lalu, aku merindukanmu.”Josh melangkah mendekati Azka dan memeluknya erat, menyandarkan kepalanya pada bahu Azka yang tidak membuat Azka bergerak. Tangan Azka akhirnya terangkat menepuk bahu Josh pelan, tangan Josh membelai punggung Azka yang masih menggunakan pakaian kerjanya. Melepaskan pelukan dengan mencium bibir Azka penuh gairah, melumat secara kasar membuat Azka hanya diam tidak membalas ciuman dari Josh.&ldq
Tertawa mendengar pengakuan dari Endi yang membuatnya sampai mengeluarkan air mata, kata-kata Endi membuat Azka hanya bisa menggelengkan kepala. Mendapatkan reaksi seperti itu membuat Endi mengerucutkan bibirnya, dan itu semakin membuat Azka tertawa keras.“Perkataan kamu lucu.” Azka menggelengkan kepala “Aku tahu gimana perasaan kamu sama Tere, adik kecil kami. Lalu tiba-tiba mau melakukan pendekatan sama Rena sebagai lawan jenis, jelas nggak mungkin itu. Mas, kami semua tahu betapa pedofilnya kamu itu sampai kaya jadi orang bodoh depan Tere.”Endi mengangkat bahunya “Setidaknya aku menyukai wanita nggak kaya kamu, tapi benar aku penasaran gimana rasanya sih ciuman sama cowok?”“Sama aja cuman bedanya ada bulu-bulu di bibirnya gitu.” Azka menjawab santai.Endi bergidik mendengarkan perkataan Azka, saat melihat reaksi Endi sudah sering dialaminya ketika bercerita tentang ini. Azka terkadang bingung Endi suda