“Kamu disini?” tanya Azka saat berjalan keluar dari ruangan.
Rena mengangguk “Ada urusan sama anak accounting tadi, udah selesai?”
Azka mengangguk “Aku antar pulang.”
Menggenggam tangan Rena melangkah ke tempat dimana mobilnya berada, sedikit bersyukur tidak melihat keberadaan Wulan. Azka tidak ingin menyakiti perasaan Wulan, meskipun sebenarnya pasti terjadi karena hubungan mereka sudah dalam hubungan serius. Azka menatap Rena yang hanya diam, setahu Azka dimana Rena memang tidak terlalu banyak bicara dan hanya bisa bicara banyak dengan orang terdekatnya.
“Gimana persiapannya?” tanya Azka membuka pembicaraan.
“Bunda sama mama ribet, akhirnya aku lelah dan pasrah sama apa yang mereka berdua lakukan. Mas kenapa nggak pernah datang?” tanya Rena penasaran.
“Terlalu sibuk di ruangan.” Azka mencari alasan yang tepat membuat Rena mencibir perkataannya.
Mereka berdua sem
Rena selalu penuh kejutan, Azka tidak bisa membayangkan bisa merasakan hangatnya pelukan Rena dan bisa mengeluarkan cairannya didalam. Melepaskan penyatuan mereka dengan mencium perut Rena pelan, berharap akan segera hadir anak mereka didalam. Azka akan memilih Rena dalam mendapatkan keturunan bukan Wulan, semenjak pertama kali bertemu Rena sudah membayangkan seperti apa wajah anak mereka berdua.“Aku membersihkan diri dulu.” Rena beranjak dari ranjang dengan tubuh tanpa busananya.Azka melihat itu hanya bisa menelan saliva kasar, mencoba untuk tidak tergoda kembali. Menatap punggung tanpa busana Rena masuk dalam kamar mandi membuat Azka hanya bisa diam dan mengalihkan perhatian ke ponselnya. Memainkan ponsel dengan hanya menggunakan pakaian bawahnya, Azka sedikit bersyukur Wulan tidak pernah menghubunginya disaat seperti ini.“Ayo buruan, papa nanti marah.” Rena sudah dalam keadaan segar saat berbicara dengan Azka.Memilih beranja
Azka lagi-lagi terbangun di ranjang Wulan, menatap wajahnya yang damai saat tidur membuat Azka membelai wajahnya perlahan. Azka tahu perbuatannya sangat tidak baik, mendekatkan wajahnya dengan mencium pipi Wulan pelan. Memastikan baik-baik saja Azka beranjak dari ranjang dan membersihkan diri, menatap tampilannya depan cermin membuat Azka tersenyum kecil.Keluar dari apartemen Wulan setelah memastikan wanita tersebut nyaman dalam tidurnya, menciumnya kembali sebelum keluar dari tempat ini dengan tidak lupa mengunci pintunya. Langkah Azka saat ini menuju tempat kerjanya, banyak hal yang harus dikerjakan sebelum cuti menikah.Gerakan Azka terhenti saat melihat dari kejauhan bayangan Josh, kali ini bersama dengan pria yang ada di foto Dona saat itu. Menghubungi salah satu pengawalnya untuk bertanya keberadaan Josh, pengawal tersebut menjawab sesuai dengan pandangan Azka dan akhirnya meminta untuk tetap mengawasinya.Azka melangkah kembali dimana mobilnya berada, te
Suasana menjadi panas, Fabian menatap Azka dan Wulan bergantian. Hembusan nafas terdengar membuat Azka memutar bola matanya malas, Fabian menggelengkan kepala sedangkan Wulan hanya diam menunduk.“Ada yang perlu saya bicarakan sama kamu.” Fabian berkata tegas dengan tatapan datarnya “Azka.” Fabian bisa melihat Wulan kebingungan “Saya tunggu di ruangan.”Menatap Fabian yang berjalan menjauh, hembusan nafas lega terdengar dari samping Azka membuatnya menatap kearah Wulan. Wajahnya tampak pucat, Azka tersenyum kecil melihat reaksi dari Wulan yang seakan takut ketahuan, walaupun sebenarnya Azka tidak peduli dengan hal itu. Azka menggelengkan kepalanya tetap dia harus peduli karena pasti Wulan yang akan membuat semua menjadi berantakan nantinya, hubungannya dengan Rena dan takut hal itu terjadi.“Kamu nggak temuin Pak Fabian?” tanya Wulan membuyarkan lamunan Azka.“Kita cari tempat dulu buat menuntaskan ini
Jantung Azka berdetak kencang, beberapa menit lagi dirinya resmi menjadi suami Rena. Azka saat menikah dengan Wulan tidak merasakan perasaan seperti ini, bahkan pernikahan ini keluarganya datang semua termasuk Dona. Azka sendiri tidak tahu keluarganya lebih menyukai Rena dibandingkan Wulan, pernikahan kedua tapi kali ini benar-benar sah.Perasaan tidak menentu saat berhadapan langsung dengan Redi, ayah Rena. Mengucapkan setiap kata dengan Rena disampingnya membuat jantung Azka berdetak kencang, tidak lama kata sah keluar dan membuat suasana menjadi ramai. Azka menatap Rena yang wajahnya memerah membuatnya tidak sabar merasakan kembali kegiatan panas mereka sebelumnya, proses selama pernikahan berjalan dengan cepat.“Kalian harus siap-siap untuk resepsi.” Azka menatap Anggi yang sangat heboh dengan Zee disampingnya.“Berisik banget kalian.” Azka menatap kesal.“Rena sama aku aja setelah ini, kamu sama cowok-cowok.” Dona
ereka semua terkejut sama latar belakangmu.” Rena keluar dari kamar mandi.Azka menatap sang istri yang hanya menggunakan pakaian mini, membuatnya menelan saliva kasar. Foto yang Wulan kirim sudah membuatnya tidak tahan untuk melakukan hal lebih, dari tadi miliknya ingin segera dipuaskan dan Rena adalah tempat yang tepat.“Kamu seksi.” Azka menatap Rena dengan tatapan memuja.Rena tersenyum kecil “Oma dan bunda kasih tahu kalau keluarga Hadinata memiliki gairah yang sangat luar biasa.”Azka memutar bola matanya malas “Mereka berdua sama aja, tapi bukankah ini malam pertama kita?” Azka sangat menyukai wajah memerah Rena berbeda dengan Wulan “Kemarilah, puaskan aku.”Menatap Rena yang melangkah ragu dan malu, pastinya berbeda dengan Wulan yang berani. Azka hanya diam memandang Rena dan saat sudah berada dihadapannya langsung menarik Rena dan melumat bibirnya kasar, Azka sudah tidak bisa menahan di
Azka menatap Rena yang masih tidur dalam pelukannya, tanpa menunggu lama Azka langsung mengulangi apa yang mereka lakukan semalam. Rena bangun dan menatap Azka lembut, membelai wajahnya dan menariknya agar mereka bisa saling mencium dalam. Tanpa menunggu lama Azka memasukkan miliknya yang telah berdiri dari tadi, gerakan mereka yang cepat dan kasar diikuti dengan berbagai macam posisi membuat mereka tidak sadar atas waktu dan tidak tahu berapa banyak cairan yang keluar.“Kita harus keluar kamar, Mas.” Rena beranjak dari ranjang “Nggak enak sama yang lain.”Azka tersenyum kecil “Mereka pasti paham.”Menatap Rena yang masuk kedalam kamar mandi dengan tubuh tanpa busananya, mengambil ponselnya yang ada diatas nakas membuat tubuh Azka membeku saat melihat banyaknya panggilan dari Wulan. Azka melupakan salah satu janjinya pada Wulan, memukul keningnya pelan dan langsung mengirim pesan pada group di keluarga agar bisa memberik
Azka menatap ruangan sekitarnya, pulang dari bulan madu memutuskan untuk mendatangi psikolog. Irwan salah satu sahabat Leo memberikan rekomendasi tempat ini, klinik yang dimiliki mertuanya.“Maaf menunggu lama.” Wanita berusia sama dengan Irwan berjalan mendekati Azka “Saya Zahra, salah satu psikolog disini dan tidak lain adalah kakak iparnya Irwan. Jadi apa yang bisa dibantu?”Azka menatap wanita yang ada dihadapannya ini, kakak ipar Irwan. Tidak tahu harus berkata jujur atau tidak, tapi niat kedatangannya adalah untuk mengobati diri.“Saya punya masalah yaitu ketertarikan dengan sesama jenis.” Azka berkata langsung dengan menatap kedua mata Zahra “Saya memutuskan menikah dengan wanita, awalnya untuk membuat kedua orang tua saya berhenti dan akhirnya bertemu dengannya di acara perusahaan, saya langsung melamar dia. Saya mencintai dia awalnya, tapi kemudian saya bertemu dengan wanita lain dan langsung tergoda.&rdqu
Azka terdiam dan terkejut dengan apa yang dikatakannya, jika dirinya menikah hanya karena ingin mengembalikan dirinya awal dan gairah pada wanita. Menatap Zahra yang hanya diam tanpa melepaskan tatapan pada Azka, ditatap seperti itu membuat Azka tidak nyaman.“Lalu siapa yang anda cintai?” Zahra membuka suara membuat Azka menghembuskan nafas panjang. “Anda bilang belum tahu cinta itu apa, bukan?” Azka mengangguk “Boleh sebutkan nama mereka bertiga?”“Josh, Rena istri pertama dan Wulan yang saya nikahi pertama kali hanya tidak sah secara hukum.” Azka menjelaskan keseluruhan yang diangguki Zahra.“Josh adalah pria itu? Rena ini yang anda tidak ingin kehilangan dan Wulan adalah yang bisa membuat anda bergairah?” Azka menatap tidak percaya dengan tebakan Zahra “Saya tahu dari anda bercerita dan saat mengucapkan nama mereka.”Azka tidak menyangka sama sekali jika mereka seorang psikolog bi