“Kenapa gue dijadikan saksi juga?” tanya Brian saat Azka memasuki ruangan mereka.
Azka memicingkan matanya mendengar pertanyaan Brian “Maksudnya saksi apaan?”“Masalah lo sama Wulan itu.” Brian menjawabnya dengan malas.“Tunggu...gue nggak paham sama maksud lo ini.” Azka memilih berjalan kearah Brian untuk memperjelas apa yang ditanyakan, “sekarang lo ceritain maksud dari semua kata-kata lo.”Brian menatap Azka malas “gue dijadikan saksi mengenai Wulan yang memiliki hubungan sama lo dan juga pria itu.”“Gue nggak paham maksud lo, jujur ini baru pertama kali gue denger.” Azka masih menatap bingung dengan informasi yang dikatakan Brian. “Om Rifat nggak ada bilang masalah lo.”“Terus kenapa gue terlibat?” Brian menatap penuh tanda tanya.Azka memilih menghubungi Rifat langsung, bertanya mengenai pertanyaan yang diajukan Brian. Sejauh dan selama kasus ini Rifat atau kuasa hukumnya nggak ada pembahasan mengenai“Oughh...ahh..ya disitu.”Azka memandang Wulan yang menikmati perbuatannya, tidak bisa menahan diri membuat Azka menarik Wulan untuk pulang ke rumahnya. Rumahnya yang berarti rumah dirinya dengan Rena, Rena sendiri ada di tempat dan bisa menatap apa yang mereka lakukan. Azka memang sudah gila dengan meminta Rena melihat perbuatannya pada Wulan, beberapa kali tatapan mereka bertemu membuat Azka semakin semangat melakukannya pada Wulan. Rena duduk tanpa busana, beberapa kali meremas bukit kembarnya bergantian.“Aku keluar....”Wulan mengangkat tubuhnya dengan Azka yang semakin memasukkan lebih banyak cairan didalam Wulan, melepaskan penyatuan mereka setelah tidak ada lagi cairan yang keluar. Azk berjalan mendekati Rena yang hanya diam menatap Azka, menarik bibirnya dan melumatnya dengan kasar. Tangan Azka tidak hanya diam dengan meremas bukit kembar milik Rena, membelai lembut pada bagian yang lain.Wulan yang menyaksikan itu hanya bisa diam
Azka mendatangi kantor pusat membuat semua terkejut terutama Lucas, memandang penuh tanda tanya apa yang membuat kedatangan Azka di kantor pusat. Melihat cara Lucas memandang dirinya membuat Azka memutar bola matanya malas, Lucas dengan segala sikap jahilnya tidak pernah berubah.“Jadi?” Lucas membuka suara terlebih dahulu.Azka mengangkat alisnya mendengar pertanyaan Lucas, “jadi apaan?”Lucas memutar bola matanya malas, “bagaimana rasanya punya dua wanita?”“Coba aja sendiri.” Lucas memutar bola matanya malas, “ya kali aku lakuin itu bisa digorok mami.”Azka tertawa mendengarnya, “oma nggak pernah jahat sama aku, mungkin abang terlalu gimana makanya perlu dikeras.”Lucas menatap tajam pada Azka, “jadi kamu kesini ngapain?”“Ketemu Om Rifat.” Azka menjawab langsung, Lucas memicingkan matanya, “membahas mengenai sidang.”Lucas mengangguk dan selanjutnya pembicaraan mereka seputar sida
Merahasiakan keinginannya bertemu dengan Josh, entah kenapa Azka ingin bertemu dengan Josh berbicara dari hati ke hati. Azka sangat yakin jika Josh tidak akan di hukum lama, itu artinya adalah dirinya hanya hidup tenang beberapa waktu dan waktu berikutnya tidak tahu akan ada apa lagi. Waktu berikutnya bisa saja anak-anaknya sudah lahir dan membutuhkan perhatian lebih, Azka hanya tidak mau sesuatu terjadi pada anak-anaknya.“Lo jadi berangkat ke persidangan?” menatap Brian yang masih fokus pada layar dihadapannya.“Apa gue ada pilihan?” Azka terdiam mendengar pertanyaan balik Brian, “aku nggak akan menyangka jika panggilan yang dilakukan resepsionis dan pembicaraan singkat bisa membawa aku menjadi saksi.”Brian tahu semuanya, setelah Azka menceritakan pada Rifat. Tim pengacara mereka mendatangi Brian, mengajaknya berbicara. Azka sedikit aneh karena dari pihak Josh tidak ada yang mendatangi Brian, mengajaknya berbicara atau apalah itu. Tidak mungkin Br
“Kamu yakin?” Rifat menanyakan hal yang sama lagi.Azka mengangguk tidak tahu sudah ke berapa kalinya, keinginannya bertemu dengan Josh memang tidak bisa dihalangi lagi. Azka sendiri tidak tahu kapan bisa bertemu dengan mantan kekasihnya ini, sama sekali tidak ada bayangan untuk bertemu dan membicarakan apa. Rifat dan kuasa hukumnya sudah menanyakan hal yang sama berulang mengenai keinginan Azka, sampai sekarang belum berubah.“Orang tuamu tahu?” tanya Rifat lagi.Azka menggelengkan kepalanya “buat apa mereka tahu, Om? Nggak usah tahu mereka lagian ini hanya bertemu.”“Tapi, Ka....”“Om, aku sudah menikah bahkan dua wanita yang aku nikahi jadi nggak usah takut kalau aku bahkan kembali sama dia.” Azka meyakinkan juga tidak tahu yang ke berapa kalinya dengan memotong kata-kata yang akan keluar dari Rifat.“Om hanya takut kamu....” Rifat tidak melanjutkan kata-katanya dengan mengusap wajahnya kasar.Azka menat
Persidangan dengan saksi rahasia bernama Brian berjalan lancar, Brian sendiri menjawab pertanyaan yang diberikan dengan terbuka. Azka yang melihat melalui ponsel bisa menilai jika sahabatnya ini berada di pihaknya, hembusan nafas lega yang artinya meninggalkan Wulan. Wulan masih memiliki jadwal sidang sebagai korban, Azka sudah meminta pada Rifat dan tim pengacara agar dirinya bisa menghadiri persidangan. Tidak lama kemudian pesan masuk di ponselnya, membuat senyum lebar di bibirnya tercipta, permohonannya bertemu dengan Josh dikabulkan.Azka mendapatkan kesempatan bertemu dengan Josh, memikirkan apa saja yang akan dibicarakan. Hembusan nafas panjang membuat Azka semakin pusing dibuatnya, jantungnya berdetak kencang saat membayangkan pembicaraan apa yang akan mereka berdua lakukan.“Tinggal Wulan nanti yang akan keluar?” tanya Rena duduk dihadapan Azka.“Ya, semoga semuanya baik-baik saja.” Azka menjawab dengan menatap kedua matanya, “kapan jadwal un
Sepanjang hari memikirkan perkataan Brian, memilih memasuki ruangannya sebelum memutuskan pulang dan membuka kembali rekaman yang dikirim. Melihat dan mendengar dengan seksama, berharap tidak ada sesuatu yang terlupakan. Azka hanya mendengar semua pertanyaan dan jawaban yang diberikan pada Brian, hembusan nafas terdengar kasar saat selesai menonton. Kata-kata Brian benar ada sesuatu yang aneh, terutama pertanyaan yang diberikan, mengusap kedua wajahnya kasar saat apa yang ditakutkannya benar adanya.Azka memikirkan jika Josh hanya bermain-main atas rasa sakitnya, tidak terima dengan keputusan Azka yang menikah diam-diam atau memiliki hubungan dengan wanita. Menyandarkan dirinya di kursi dengan memejamkan matanya, semua hal yang berhubungan dengan Josh membuatnya pusing.“Aku lihat tadi kamu jalan kearah sini,” ucap Wulan membuka pintu dengan membawa bungkus makanan.“Belum pulang?” tanya Azka menatap Wulan yang berjalan menuju sofa.Wulan
Bangun dalam keadaan segar membuat langkah Azka menjadi ringan, kedua istrinya bekerja sama dengan baik. Azka tersenyum kecil membayangkan apa yang terjadi semalam, Rena memilih tidur terlebih dahulu sedangkan Azka dan Wulan terus berlanjut sampai mereka benar-benar lelah.“Segar sekali,” sindir Rena membuat Azka tersenyum kecil.“Semua berkat kelapangan dadamu.” Azka menatap dengan tatapan terima kasih.“Kalau aku mau kamu pisah dari dia bagaimana?” tanya Rena dengan ekspresi datarnya.Azka menatap Rena penuh selidik “kenapa kamu berubah pikiran?”Rena mengangkat bahunya “aku hanya bertanya dan andaikan diminta memilih siapa yang akan kamu pilih?”“Aku nggak akan memilih kalian.” Azka berkata dengan nada tingginya membuat Rena terkejut, “kamu yang memberikan ijin dan aku melakukannya karena apa yang kamu minta, jadi terlambat kalau kamu membatalkan semuanya.”“Aku lelah, semua nggak semudah apa yang aku ba
Membelalakkan matanya mendengar kata-kata gila yang keluar dari bibir Josh, menatap tidak percaya. Josh sendiri hanya duduk tenang dengan senyum lebarnya, Azka tahu jika apa yang dikatakan tidak main-main.“Kamu gila? Aku sudah menikah.” Josh mengangkat alisnya, “lalu kenapa? Tidak akan membuat kamu berdosa lagian istri tercintamu itu tidak akan tahu.”“Aku sedang berkunjung disini, ini bukan tempat yang tepat buat kita...” Azka menghentikan kata-katanya saat merasa ada yang salah.“Aku meminta area privat, kamu tahu harganya cukup mahal dan aku bilang ke mereka kalau kamu yang akan membayar ini semua.” Azka membelalakkan matanya “Kamu tidak akan jatuh miskin hanya membayar ini semua.”“Aku nggak akan melakukan hal gila ini.” Azka menatap tajam pada Josh.Josh mengangkat bahu santai, “setidaknya saat ini kamu sudah mengeluarkan uang untuk ini, kamu tidak akan mendapatkan apapun dari pertemuan ini jika tidak mengikuti