Semua Bab Selamat Malam, Tuan Ares: Bab 1 - Bab 10
2667 Bab
Bab 1 
“Mari kita bercerai.”Pria yang berwibawa namun angkuh itu menatap wanita mungil di hadapannya tanpa emosi. “Aku akan membayar tunjangannya,” katanya acuh tak acuh. “Kalau kau membutuhkan uang, pekerjaan, ataupun dokter untuk ibumu, aku akan menyediakannya.”Rose menahan air matanya mati-matian.Ketika tunangan Jay Ares melarikan diri sehari sebelum pernikahan mereka, mereka terpaksa mencari pengantin pengganti sementara untuk memenuhi hasrat paparazzi dan media yang kelaparan.Ia percaya bahwa wanita itu secara sukarela menerima gelar sebagai Nyonya Ares. Tetapi, hanya wanita itu, Rose, yang tahu alasan ia setuju menghabiskan hidupnya mencintai pria itu. Ia tidak pernah tahu betapa wanita itu mencintai dirinya.“Aku tidak menikahimu karena uang,” wanita itu berbisik. Cintanya yang begitu dalam telah menyebabkan rasa rendah diri yang luar biasa.Mata pria yang dalam dan tenang itu menunjukkan sedikit keraguan.Jika ada dua orang asing yang tidak mengenal satu sama lain da
Baca selengkapnya
Bab 2
Jay Ares menerima hadiah yang tidak diharapkan: bayi yang baru lahir.Saat ia melihat bayi yang terbungkus dan berteriak-teriak meminta makanan, lapisan es yang sangat tebal sepertinya menutupi wajah tampan Jay."Ke mana ibu dari anak ini?" ia bertanya sambil menggerutu, matanya berkedip penuh bahaya.Berani-beraninya wanita itu mengambil benihnya dan menghindari tanggung jawab untuk merawat anak itu?"Maafkan saya, Tuan,” kurir menjawab. “Ibu dari anak ini telah meninggal dunia di rumah sakit karena distosia.".Jay merasa tegang dan terdiam. Ia membutuhkan waktu cukup lama untuk memproses berita itu, nyala api di matanya bercampur dengan sedikit keraguan. "Meninggal?"Orang itu mengangguk dengan muram, mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan foto mayat Rose kepada Jay."Tuan Ares, ini adalah foto Rose yang kami ambil di hari pemakamannya. Aku bisa mengirimkannya padamu jika kau mau.”Mata Jay melirik ke arah layar telepon dengan cepat. Wanita di foto itu tampak kembung da
Baca selengkapnya
Bab 3
Ketika Rose mulai memanggil taxi. Jay berjalan dengan wanita muda mempesona di sisinya.“Permisi.”Jay berbicara dengan suara berat dan sendunya seolah-olah suaranya bisa meledakkan ovarium seorang wanita.Selain itu, suaranya juga menyiratkan bahwa ia berasal dari keluarga kaya raya.Rose tiba-tiba menyadari bahwa ia dan anaknya telah menghalangi jalan mereka. Mereka berdiri di depan sebuah mobil Rolls Royce dengan logo Emily (Spirit of Esctasy) di atas mesinnya.Rose menggeret kopernya dengan satu tangan dan tangan lainnya dengan anak-anaknya. Setelah melihat Jay, ia agak panik dan pelan-pelan menyingkir.Wanita yang menggairahkan itu berkata dengan suara sinis, “Kau pasti dalam kesulitan sehingga harus membalut dirimu seperti itu. Baiklah, kenakan kacamata hitammu kalau kau mau, tapi kenapa kau memaksa anak-anakmu untuk memakainya juga? Bukankah itu akan membahayakan kesehatan mereka? Kau tidak khawatir mereka akan tersandung atau mengalami sesuatu?”Rose merasa mual. ‘Aku ti
Baca selengkapnya
Bab 4
Setengah jam berlalu.Mobil Rolls Royce itu parkir dekat pintu masuk Pemakaman Gunung Bercabang.Lewat kaca mobil, Josephine membaca tiga kalimat yang terpampang besar, Pemakaman Gunung Bercabang, dan wajahnya yang mulus tiba-tiba berubah pucat.Satu-satunya alasan ia pulang adalah untuk mengunjungi neneknya yang sakit keras. Kecuali nenek.“Apa nenek di sini?” Josephine terengah-engah."Rose yang ada di sini," ujar Jay."Rose? Rose dimakamkan di sini?"Josephine menghela napas lega. Kemudian, ia bertanya dengan penasaran, "Ini bukan festival Qingming, lalu mengapa kita ada di sini?" (Keluarga China mengunjungi makan leluhur mereka selama Festival Qingming untuk membersihkan makam mereka, berdoa untuk mereka dan melakukan ritual persembahan.)Josephine tiba-tiba menjerit kegirangan, "Kau masih memiliki perasaan untuk Rose, aku tahu itu! Maksudku, apa lagi yang bisa menjelaskan kelahiran bayi Jenson?”Jay sudah mengambil langkah panjang menuju tangga yang berundak-undak. Pohon
Baca selengkapnya
Bab 5
Rumah Sakit Asia BesarJay pergi ke ruang pemeriksaan. Ketika ia masuk, seorang laki-laki muda menyapanya dan memberikan laporan."Tuan Ares, data pasien telah dimasukan ke dalam system kita dua puluh menit yang lalu. Kami telah melakukan sesuai dengan perintah Anda dan meletakkan pengintai elektronik untuk mengintai orang yang menyerahkan informasi tersebut. Tapi wanita ini tampak sangat berbeda dari foto yang Anda berikan kepada kami.”Mata Jay terpaku pada monitor. Laki-laki muda itu menggerakkan kursor dan wanita berpakaian ala model punk muncul di layar.Jay mengerutkan keningnya dan memperhatikan wanita berambut gimbal, bibir diolesi lipstik dengan ceruk mata seperti kucing. Ia berusaha untuk menekan ketidaknyamanan yang dirasakannya."Perbesar!" teriak Jay.Wajah Rose diperbesar di layar dan menghasilkan gambar berdefinisi tinggi yang jelas menampakkan wajah Rose.Ia masih terlihat sama…Jay menyipitkan matanya.Bagaimana caranya Rose bisa menghindar dari kejarannya sel
Baca selengkapnya
Bab 6 
“Menggigitmu? Tentu saja aku tidak akan sudi menempelkan anggota tubuhku pada sesuatu yang kotor seperti dirimu!” kata Jay sambil menaikkan alisnya.Jay berdiri dari sofa hitamnya dan mendekati Rose selangkah demi selangkah. Ia memandang Rose dengan arogan dari ketinggian 185cm-nya."Rose… Jadi bagaimana kau akan membayar apa yang telah kau lakukan padaku lima tahun yang?" Jay bertanya dengan sinis.Ingatan akan Rose pada malam itu sungguh sangat jelas. Lima tahun yang lalu, dengan bantuan sedikit alkohol, ia....Ia memberikan obat-obatan pada pria itu dan kemudian…“A…. Aku sudah menebusnya!” Rose mencoba untuk berkilah.Kekesalan muncul di wajah Jay yang terlihat lebih muram."Bagaimana jika aku membayarmu sepuluh kali lipat dan memintamu untuk tidur dengan seorang laki-laki, Nona? " Jay mencengkram dagu Rose. Kemarahannya benar-benar terlihat seperti singa yang haus, siap untuk menerkam kapan saja.Rose bisa melihat kilat cahaya ungu di mata Jay. Jay benar-benar terlihat sep
Baca selengkapnya
Bab 7
Jay mengangkat Rose dan mendorongnya dengan kasar ke bawah meja. Ia melepas dasi birunya dan mengikat tangannya ke kaki meja.Ia kemudian mengambil kain lap dari meja dan memasukkannya ke dalam mulut Rose.Yang bisa dilakukan Rose hanyalah terus menyerang Jay dengan kedua kakinya yang tidak diikat.Sayangnya, perjuangannya sia-sia karena perbedaan besar antara kekuatan mereka.Dengan mangsanya yang tidak bisa bergerak di sarangnya, Jay menyeringai. "Rose, jujurlah ​​padaku," kakinya menendang kejam kaki pendek Rose yang tergeletak.Merasakan kepuasan sesaat, Jay lalu dengan santai mengeluarkan ponselnya dan menelepon anak laki-lakinya.Rose ditinggalkan dengan rambutnya yang berantakan, pakaiannya sobek, dan kakinya yang awalnya seputih salju dipenuhi dengan memar.Ia menatap Jay dengan marah dan mengeluarkan rengekan teredam dari mulutnya yang tersumbat. Tetapi, ia tidak menangis atau semacamnya.Jeritannya yang tak terdengar sebenarnya adalah serangkaian kata-kata kotor yan
Baca selengkapnya
Bab 8
Perawat resepsionis di meja melihat anak kecil itu. Ia memiliki kepala dengan rambut hitam menawan dan mengenakan kaos putih dengan cetakan baju besi di dadanya, sepasang celana olahraga hitam, dan topeng hitam.   Tampilan monokrom dari dandanannya membuatnya terlihat gaya, seperti sesuatu yang keluar dari lukisan artistik. Perawat itu membayangkan bahwa ia terlihat seperti seorang pangeran kecil dari buku komik. ‘Ia benar-benar sangat lucu!’ "Kau sedang mencari siapa, Anak Kecil?" Perawat itu menghampirinya dan menyapanya dengan senyuman hangat, suaranya lembut. "Aku mencari Ayah—ayahku!" kata anak kecil itu spontan.‘Mami bilang aku harus berhati-hati ketika aku berada di luar.‘   ‘Jangan pernah mengatakan yang sebenarnya kepada orang asing, kecuali petugas polisi, tentu saja.’Pria kecil itu menatap perawat itu dengan polos, "Nona, apakah kau tahu di mana ayahku?"Ketika perawat mungil mengamati wajah anak laki-laki itu, dengan mata bulat besar yang terlihat dari balik
Baca selengkapnya
Bab 9
Jay baru sadar bahwa robot itu menggambarkan seorang wanita muda yang cantik.‘Apakah anak ini merindukan ibunya lagi?’ pikir Jay dengan jengkel."Jenson, apakah kau benar-benar ingin menemui Ibumu—" Jay berkata tanpa berpikir.Jenson berdiri dengan murung di tangga, tubuhnya yang mungil tampak sangat kesepian dan keras kepala. Ia berbalik untuk melihat langsung ke arah Jay dan mengangguk dengan serius.Jay mengerutkan bibirnya. Ia menganggap dirinya beruntung karena ia belum melemparkan Rose ke rumah pelacuran. Jika tidak, sifat egois Jenson tidak akan pernah memaafkannya kalau ia tahu bahwa ayahnya telah menindas ibunya.Tapi—Jenson sangat merindukan ibunya sebagai akibat dari pilihan yang salah yang dibuat oleh Jay.Beberapa tahun yang lalu, Jay percaya bahwa Rose sudah mati, tetapi tidak ingin Jenson hidup di dunia dengan penuh dengki. Jadi ia berbohong bahwa ibunya masih mencintainya sampai detik ini.Tentu saja, seperti yang baru-baru ini ia sadari dengan sangat terkejut
Baca selengkapnya
Bab 10
Setelah memberikan analisis yang cukup panjang dan tajam, Grayson memandang Tuan Ares dengan ekspresi bangga dan penuh harap.Tepat saat ia mengira Jay akan memujinya karena kecerdasannya, Jay menatapnya dengan tatapan mematikan."OCD? Autisme?" Jay terdengar tenang, tapi jelas ada amarah yang mendorong nadanya.Dahi Grayson mulai meneteskan butir-butir keringat.Grayson menggigit lidahnya sendiri. Meskipun Tuan Jenson adalah anak yang sedikit bermasalah, ia tetaplah putra kesayangan Tuan Ares. Satu-satunya orang yang diizinkan untuk mengkritik Tuan Jenson hanyalah Tuan Ares.Jika ada yang berani berkata buruk tentang Tuan Jenson, pada dasarnya mereka sedang menggali kuburan mereka sendiri.Benar saja, Jay berkata dengan suara yang berbahaya, “Grayson, sepertinya kau sangat mengenal Jenson. Mengapa aku tidak menyerahkan tanggung jawab menjaga Jenson kepadamu?”Begitu Jay mengatakan itu, wajah Grayson menunduk dan kemudian ia memohon ampun,"Tuan Ares, saya harus mengurus seluru
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
267
DMCA.com Protection Status