Better Without You

Better Without You

By:  Putri Wahyuni  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Not enough ratings
53Chapters
5.0Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

***Based on my true story*** Memiliki seorang kekasih seperti Rafael Benedicto adalah salah satu hal yang membuat hidupku menjadi sempurna. Ya, Kesempurnaan yang selama ini aku impikan, yaitu memiliki seorang kekasih yang tulus dan mencintaiku apa adanya. Namun kesempurnaan itu harus dihalang oleh adanya perbedaan agama. Dan pada akhirnya, aku sudah lelah untuk memperjuangkan hubungan ini. Bukan, masalahnya bukan karena lelah memperjuangkan perbedaan itu. Hubunganku dan Rafael hancur karena adanya pengkhianatan sehingga aku harus mengakhiri hubungan ini dan tidak bisa melanjutkan perjuangan untuk mengalahkan perbedaan. Disaat banyaknya rintangan yang sudah kita lalui bersama dan disaat aku sudah memperjuangkan hubungan kita sampai sejauh ini... Mengapa kau malah menjauhi aku, Rafael? Mengapa semua janji memperjuangkan hubungan ini yang pernah terucap seakan mudah untuk dilupakan begitu saja? Perasaan bukanlah sebuah permainan jika kamu hanya ingin mencari kesenangan disaat masa tersulitmu.

View More
Better Without You Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
No Comments
53 Chapters
Prolog
Tanggal 17 Juni 2018, tanggal itu adalah hari pertama aku memutuskan untuk menjalin hubungan dengan Rafael. Ya, sebuah keputusan yang berat hingga pada akhirnya aku di yakinkan oleh Rafael untuk memperjuangkan perbedaan yang ada di antara aku dan dia. Alasannya... karena kami sama-sama saling mencintai dan punya pemikiran yang sama.Aku memutuskan untuk menulis kisah cinta yang pernah aku jalin bersama Rafael. Sebuah kisah cinta yang bahkan membuat aku menjadi mati rasa sekaligus mendapatkan pelajaran berharga di saat yang bersamaan. Bahkan untuk menulis ini pun aku seringkali merasa bahwa aku adalah wanita bodoh yang terlalu mencintai dia yang tidak pernah menganggapku ada. Memang sebuah keputusan yang pernah kita pilih harus di pertanggungjawabkan apapun itu resikonya. Dan, mempertanggungjawabkan keputusan yang salah tidaklah mudah. Ya, keputusan untuk memilih dia yang dengan mudahnya meninggalkanku. Rasanya otakku tidak ingin untuk mengulang lagi&
Read more
Chapter 1 - First Sight
Café adalah sebuah tempat untuk bersantai dan berbincang-bincang dengan teman, pasangan, bahkan keluarga. Aku duduk disebuah rooftop café memandangi indahnya senja yang menyinari wajahku. Orang-orang seringkali menyebut rooftop di tempat itu dengan sebutan ‘Lovely Rooftop’Tidak butuh waktu lama untuk duduk, aku beranjak dari tempat duduk sembari membawa secangkir latte lalu berjalan kesudut rooftop untuk melihat suasana keramaian kota Jakarta dari atas rooftop serta ingin menikmati senja dari jarak dekat. Aku melihat pemandangan langit yang sangat indah dan memandangi padatnya kendaraan dibawah serta orang-orang berlalu lalang di tepi jalan raya.Seketika aku memandang orang-orang disekelilingku. Aku melihat pasangan yang sedang duduk didekat sudut rooftop yang jaraknya agak dekat denganku, mereka menikmati senja berdua ditemani dengan
Read more
Chapter 2 - Berusaha Meyakinkan
Rafael tidak berhenti menatapku sejak dia datang untuk menemaniku mengerjakan tugas di salah satu coffee shop yang berada didekat kampus. Sementara aku asik sibuk mengerjakan tugas karena deadline yang terus menghantui.Dengan sabarnya, Rafael masih menemaniku setelah dua jam mengerjakan tugas tanpa diganggu olehnya. Sesekali dia pun mengerjakan somasi yang harus dia selesaikan. Namun, dia bukan orang yang bisa fokus mengerjakan pekerjaan di tempat yang ramai. Hal yang dia lakukan hanya menatapku tanpa mengganggu sama sekali.“Finally!!!! Selesai juga huffttt!!” Ucapku menghela napas sembari melepaskan kacamataku dan memejamkan mata sejenak"Jangan dilepas kacamatanya. Kamu pake kacamata keliatan sensual banget tau, La." Ucap Rafael dan sontak membuatku terkejut saat aku tengah sibuk menggerai dan merapikan rambutku."Dih! Suka-suka gue, ya, Rafael!!" Seruku"Emang k
Read more
Chapter 3 - Lelaki Idaman
"Pake dulu jaketnya, La. Astagaaa!!!" Rafael menarikku dan langsung memakaikan jaket ke tubuhkuSore itu, tiba-tiba derasnya hujan mengguyur kota Jakarta saat aku dan Rafael tengah berada di food court dengan suasana outdoor. Aku dan Rafael memang sering mengunjungi food court itu jika ingin mencicipi makanan yang berbeda-beda."Aduuuhhhh!! ribet banget. Udah di bilangin gapapa dan aku tahan dingin tetep aja maksa." Jawabku kesal.Rafael mendengus napas "Gak dingin tapi dari tadi bersin terus." Ucapnya dengan menatap mataku tajam "Ya udah sekarang kamu mau apa lagi?" Tanya Rafael yang tengah berdiri di hadapanku saat kami selesai mencicipi Es Kopi Susu yang memang terkenal di food court itu."Aku laper, Rafael. Mau pizza." Aku memberikan senyuman lebar kepada Rafael."Ya udah ayooo." Rafael langsung berjalan dan meninggalkanku menuju tempat pizza yang jaraknya hanya beberapa langkah dari tempat Es Kopi Susu itu.
Read more
Chapter 4 - Perbedaan Menyakitkan
Tidak terasa Aku dan Rafael sudah menjalani hubungan sebagai sepasang kekasih selama tiga bulan. Menurutku sudah sangat wajar jika aku memberitahu hubungan ini kepada orangtuaku.Hari ini adalah waktu yang biasanya aku gunakan untuk kembali ke rumah. Ya, hari Sabtu. Aku memang memilih untuk tinggal di apartemen karena jarak rumah yang sangat jauh dari Universitasku.Saat tiba di rumah, aku pun memutuskan untuk mengatakan yang sebenarnya kepada Papa. Aku menghampiri Papa yang tengah duduk di ruang TV yang terlihat tengah asik memainkan ponselnya."Laila, Papa gak bisa lihat kamu memiliki hubungan dengan orang yang jelas-jelas berbeda dengan kita." Ucap Papa tegas."Tapi, Pa. Laila udah sayang dengan Rafael. Baru Rafael lelaki yang benar-benar memperlakukan Laila seakan cuma Laila wanita yang ada di dunia ini." Aku berkomentar"Itu cuma sesaat, La. Cowo tuh egois. Papa yakin dia awal-awal aja begitu dengan kamu. Papa gak mau tau, kamu harus mutusin h
Read more
Chapter 5 - Pengkhianatan
Setelah aku memberitahu Papa dan mengetahui keputusannya yang tidak menyetujui hubunganku dengan Rafael, rasanya aku kehilangan harap. Namun tetap saja aku tidak boleh untuk menyerah.Bagaimana pun juga, aku dan Rafael sudah berjanji untuk bersama ke jenjang yang lebih serius. Aku tidak mungkin bisa mengecewakannya yang memang sudah punya harapan itu.Namun, semenjak aku membuka diri kepada Aqsa, aku salah melangkah dan mengkhianati Rafael. Aku memilih untuk mendekatkan diri lagi dengan Aqsa. Seseorang yang aku kenal sebelum Rafael dan seseorang yang mungkin sering rutin bertanya mengenai kegiatanku sehari-hari. Berbeda dengan Rafael yang memang akhir-akhir ini tak selalu sempat untuk bertanya sesering itu.Aqsa adalah kakak seniorku, kampusnya berada bersebelahan dengan kampusku. Aku kenal dengannya dikarenakan kegiatan ekstrakurikuler yang seringkali bertanding dengan kampusnya.Aku tau resiko pekerjaan Rafael sebagai pengacara memang tak mudah
Read more
Chapter 6 - Berusaha Jujur
Di malam yang kiranya tampak sendu itu, aku menatap Rafael dengan tatapan dusta. Seorang perempuan yang dia cintai ternyata mampu menyembunyikan pengkhianatan.Rasanya aku menjadi wanita pengecut jika tidak memberitahunya bahwa aku pernah menduakan Rafael. Walaupun aku sudah memutuskan hubungan dengan Aqsa, tetap saja hati ini tak tega menyembunyikan pengkhianatan itu.Aku yang sedang duduk di hadapannya semakin merasa bersalah. Tak sanggup sedikit pun menatap wajahnya karna kesalahanku. Tapi apa pun keputusan Rafael, aku tetap harus memberitahunya dan bertanggung jawab atas kesalahanku."Rafael--""Iya, sayang?" Ucap Rafael yang hanya fokus di layar laptopnya tanpa menatapku"Aku mau nanya deh." Tanyaku ragu"Nanya apa nih? Aku sambil kerja gapapa ya?""Iya tapi kamu dengerin ya.""Iya. Aku bisa multitasking kok." Jawabnya sombong sembari tertawa."Hmm--" Aku masih berpikir dari mana harus memulai percakapan ini "Jadi,
Read more
Chapter 7 - Terlalu Sempurna
"Gue kesel banget sama pacar gue!!! Pengen banget bisa punya pacar kaya Rafael." Ucap Dina kesal. Aku dan teman-temanku yang baru saja pulang dari kampus dan duduk di ruang tamu apartemen, terkejut mendengar Dina mengatakan hal itu setelah dia sibuk menatap layar ponselnya. Aku tak tahu apa yang terjadi antara Dina dengan pacarnya. Tapi yang pasti dia memang sedang tidak baik-baik saja dengan air matanya yang sudah mulai menetes begitu saja. "Lo kenapa sih? Kok nangis?" Aku mencoba memberanikan diri untuk sekedar menanyakan apa yang sebenarnya terjadi. Walaupun jauh dari lubuk hatiku aku merasa tak punya hak menanyakan privasinya. Sementara temanku yang lain hanya mengulang pertanyaanku "Iya, kenapa sih?" "Gue udah pacaran sama Dodi selama enam tahun, guys. Dari SMA. Tapi kelakuan dia gak pernah berubah sampe sekarang." Jawab Dina kecewa "Kelakuan dia kenapa emang?" Tanya April memastikan. Dina menghela napas dan seakan menahan tangis
Read more
Chapter 8 - Menerka Dendam
Tak terasa sudah delapan bulan aku bersama Rafael, aku semakin khawatir dengan sikapnya beberapa bulan yang lalu karena tiba-tiba gugup ketika aku memegang ponselnya.Aku benar-benar penasaran dengan tingkahnya seperti itu. Apakah dia selingkuh? Semenjak kejadian itu, otakku terus bertanya-tanya mengenai sikapnya. Bahkan aku berpikir Rafael akan balas dendam karena aku pernah mengkhianatinya.Aku sudah sangat lelah berharap dan menerka-nerka. Aku memejamkan mata dan mencoba untuk menghilangkan pikiran negatifku kepada Rafael. Aku mencoba memahami hal tersebut dan berharap suatu saat dia bisa lebih terbuka denganku.Waktu itu, aku mencoba untuk tidak meninggalkan Rafael. Aku tetap berjuang demi hubungan kami. Mungkin memang waktu yang masih belum memungkinkan untuk Rafael terbuka dengan semua privasinya. Aku tidak ingin gegabah mengambil keputusan seperti keputusanku yang salah telah mengkhianatinya dulu.(WazzApp Notification - Aurora)
Read more
Chapter 9 - Happy Birthday
Hari itu, hari yang telah aku nantikan. Menantikan momen bahagia yang akan aku berikan kepada Rafael. Aku menghampiri apartemennya dengan membawa gift dan kue tart coklat dengan tulisan Happy Birthday di atasnya.Aku sengaja menitipkan barang-barang itu di lobi apartemen Rafael agar surprise yang akan aku berikan kepadanya berhasil sesuai dengan rencanaku.tok... tok... tok...Rafael membuka pintu apartemen dan tampaknya dia baru saja bangun dari tidurnya "Hai sayang. Masih jam delapan. Kok tiba-tiba kesini pagi-pagi banget? Ayo masuk" UcapnyaAku pun melangkahkan kaki untuk memasuki apartemennya "Aku suntuk aja di apartemen. Lagian hari ini kan minggu, jadi aku mikirnya kamu emang lagi di apartemen jadi aku gak bilang deh. Kamu mandi gih, aku mau nonton netflix bareng nih. Ntar kita cari sarapan dulu.""Iya bawel. Ini aku mau mandi." Ucap Rafael sembari mencubit pipiku.Saat Rafael tengah berada di kamar
Read more
DMCA.com Protection Status