REVENGE (INDONESIA)

REVENGE (INDONESIA)

By:  Koran Meikarta  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
73 ratings
168Chapters
41.1Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Mature content. Bijak dalam membaca. Kiana adalah wanita gila. Itulah kalimat yang melekat padanya saat orang yang dicintainya, memasukkan dia ke dalam rumah sakit jiwa, namun semua itu tidak akan terjadi jika bukan karena kesalahannya sendiri. Membunuh, dan merencanakan pembunuhan. Harusnya, tempatnya adalah penjara, tapi mereka malah memasukkannya ke dalam rumah sakit jiwa. Kiana memang depresi dan dia sedikit nekat, tapi rumah sakit jiwa bukanlah tempatnya. Akalnya masih sedikit waras, namun sebuah vonis menyatakan kalau dia gila. Ditambah, kehadiran seorang psikiater bernama Rafael, membuat Kiana seperti dipaksa menjadi orang gila sungguhan. Sampai semua hal itu membuatnya menyadari, kalau dia berada dalam permainan Rafael. Psikiater yang menahannya dalam penjara tak terlihat. Kiana berusah menjauh dari Rafael dan memulai hidup barunya bersama Andrew. Satu-satunya orang yang selalu mencintai dan menjenguknya di sana. Tetapi, Rafael sama sekali tidak berniat dan tidak mau melepaskannya. Ada suatu alasan kuat tentang mengapa Rafael melakukan semua ini. Bisakah Kiana pergi dan hidup bersama Andrew? Melakukan penebusan dosa atas apa yang pernah dilakukannya di masa lalu? Atau justru, dia harus membayar dosa lain yang tidak diketahuinya dengan berada di sisi Rafael?

View More
REVENGE (INDONESIA) Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Ida cholidah
suruh baca perfect husband dimana... judul dari pengarang cuma ada 3 ga ada yg judul itu... gimana sih Thor...
2023-07-07 21:39:44
1
user avatar
Yunique Djafar
perfect husband dimana yaaaaa???
2023-04-02 15:19:56
1
user avatar
iva dinata
Halo kak, q mampir ya...... Bagus ceritanya. semangat thor, ......
2023-01-04 11:19:55
1
user avatar
Lusi Ana
yg perfect husbant ny mana kak?
2022-11-11 19:30:47
4
user avatar
Ade Siregar
bagus banget
2021-08-13 10:44:07
1
user avatar
Muhammad Yaznil
mau dunk extra part-nya..yg bnyak ya Ampe anaknya besar ..
2021-07-15 02:42:18
1
user avatar
meiri
lanjut lg kak 🤭
2021-06-12 23:42:40
1
user avatar
Aglaiaodelina Mulhardi
novelnya bagus aku suka..update nya sekarang kok berkurang yaa..biasa sehari 2×..
2021-06-07 12:01:31
1
user avatar
Muhammad Yaznil
ceritanya bagus banget aku suka
2021-06-01 21:42:26
1
user avatar
Rima Syarofi
bagus ceritanya
2021-05-31 17:18:11
1
user avatar
Koran Meikarta
part double, mohon jangan baca yang terakhir
2021-05-30 18:11:46
1
user avatar
Faiqa Eiliyah
Selalu jadi sumber inspirasi tulisan dari author yang satu ini. Seperti kisah Arsen dan Raline yang masih menyimpan racun dalam ingatan sampai kini.🥰😍
2021-05-25 16:50:35
1
user avatar
Faiqa Eiliyah
Selalu jadi sumber inspirasi tulisan dari author yang satu ini. Seperti kisah Arsen dan Raline yang masih menyimpan racun dalam ingatan sampai kini.🥰😍
2021-05-25 16:50:34
2
user avatar
Faiqa Eiliyah
Selalu jadi sumber inspirasi tulisan dari author yang satu ini. Seperti kisah Arsen dan Raline yang masih menyimpan racun dalam ingatan sampai kini.🥰😍
2021-05-25 16:50:26
0
user avatar
Faiqa Eiliyah
Selalu jadi sumber inspirasi tulisan dari author yang satu ini. Seperti kisah Arsen dan Raline yang masih menyimpan racun dalam ingatan sampai kini.🥰😍
2021-05-25 16:50:26
0
  • 1
  • 2
  • 3
  • 4
  • 5
168 Chapters
Aku tidak Gila
    "AKU TIDAK GILA! AKU TIDAK GILA! LEPASKAN AKU! KAK ARKAN, TOLONG AKU. AKU TIDAK GILA!"    Suara teriakan itu menggema di seluruh ruang sidang sesaat setelah hakim memutuskan hukuman untuk Kiana atas kejahatannya. Dia tidak dipenjara, melainkan dimasukkan ke dalam rumah sakit jiwa, untuk dilakukan pemeriksaan lanjutan selama kurang lebih satu tahun.    Semua itu tidak lain karena pihak pengadilan menemukan kejanggalan pada saat pernyataan Kiana di sidang pertama. Wanita itu sama sekali tidak menunjukkan rasa bersalah dan dengan lantang mengiyakan semua perbuatannya tanpa ragu. Bahkan mengaku puas setelah membunuh ibunya sendiri. Tertawa seperti orang gila. Hingga membuat mereka lantas memanggil seorang ahli kejiwaan untuk memeriksa kesehatan mental Kiana.    Sampai tiba saatnya, ketika sebuah vonis yang menyatakan bahwa Kiana memiliki riwayat sakit mental, membuat hakim memberi sebuah keputusan pembebasan wanita itu. Namun tentu
Read more
Ini Tempatmu
    "Kau akan tinggal selamanya di sini," ucap seorang laki-laki berpakaian dokter pada Kiana, membuat wajah Kiana menjadi pucat pasi. Terkejut sekaligus tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.    "A-apa? TAPI AKU TIDAK GILA! KAU TAHU AKU TIDAK GILA! Kenapa kau melakukannya! Bukankah aku sudah menjelaskannya padamu!" teriak Kiana dengan marah.    Kiana jelas mengingat saat dokter itu melakukan pemeriksaan terhadapnya. Dia menjawab semuanya dengan jujur. Alasan dia membunuh mama dan laki-laki mata keranjang itu hanya agar dirinya lolos. Kiana tidak menyesal melakukannya, karena semua itu dia anggap benar.    "Kau gila, karena itulah kau harus berobat di sini," katanya sambil tersenyum miring. Berjalan ke mendekati Kiana dan mengeluarkan sebutir obat dari sakunya. Menuangkan segelas air dan menyodorkannya pada Kiana. Meminta wanita itu untuk membuka mulut. "Sekarang, waktunya minum obat."    "TIDAK! AKU TID
Read more
Kekacauan
    PRANG!!!        Suara pecahan kaca terdengar saat sebuah piring melayang ke lantai. Makanannya pun ikut berhamburan. Mengotori keramik putih dan membuatnya tampak berantakan. Siapa lagi yang melakukannya selain Kiana? Wanita yang kini malah membuang makan siangnya sendiri.        "AKU TIDAK MAU MAKAN! AKU MAU BEBAS!" teriak Kiana pada seorang perawat wanita yang membawakan makan siang untuknya. Kedua tangannya yang dilepas sementara, membuatnya mudah memberontak. Menatap perawat itu dengan sengit hingga Kiana tiba-tiba menarik lengannya tanpa sang perawat sempat menghindar.        "BEBASKAN AKU! Bawa aku pergi dari sini!"        "Awww ...."        Cengkeraman tangan Kiana begitu kuat dan sedikit melukai sang perawat hingga terdengar rintih kesakitan. Berusaha melepaskan diri dari Kiana, meski semua itu tent
Read more
Percobaan Bunuh Diri
    Tiga hari setelah kejadian itu, tidak ada seorang pun perawat yang berani mendatangi tempat Kiana berada. Jika bukan karena Kiana ingin buang air, mereka tidak akan datang. Kalaupun datang, mereka hanya mau Kiana tetap diborgol dan tentunya, ditemani oleh satu orang lainnya. Menjaga jarak sejauh mungkin sebelum wanita itu mengamuk. Ketimbang seperti pasien gila, Kiana lebih mirip seperti seorang tahanan. Hanya saja, tempatnya dikurung berbeda dari para penjahat lain.        Saat waktu makan pun, Kiana sama sekali tidak dilepas. Dia tetap diborgol. Demi keselamatan, para perawat hanya membiarkan salah satu borgol tangan kanan Kiana yang dibuka, sedangkan tangan lain dan kedua kakinya terus diborgol. Mereka menganggap, jika Kiana adalah pasien yang paling berbahaya. Apalagi saat mengetahui catatan hitam tentang wanita itu juga peristiwa menggemparkan beberapa hari lalu.        Ketakutan menyusup ke
Read more
Bertemu Andrew
    Mata yang tadi terpejam itu, perlahan mulai terbuka. Berkedip menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam retina matanya. Suara lenguhan terdengar sangat lirih saat rasa sakit di kepala menghantamnya. Memaksanya untuk bangun seketika, hingga saat matanya terbuka secara penuh, tatapan pertama matanya langsung jatuh pada seorang laki-laki yang berada di sisi kanannya. Dia adalah Rafael.    Melihat kehadiran orang tersebut, dahinya sontak berkerut dalam. Masih memikirkan apa yang sebenarnya terjadi? Tak hanya sampai sana, dia juga menyadari sesuatu. Menyadari saat tangannya dipasangi sebuah infus dan dia berada di ruangan yang berbeda dari sebelumnya.    Tergugu di tempat, hanya itu yang terjadi padanya. Sampai akhirnya, laki-laki yang dia lihat pertama kali mulai membuka suara.    "Percobaan bunuh diri. Apa yang ada dalam pikiran dangkalmu? Kaupikir, semua akan selesai saat kau mati?" Ucapan bernada dingin dan sarkas itu ter
Read more
Kebencian Rafael
    "Rafael, Kakek harap kamu segera keluar dari rumah sakit itu dan bantu Kakek mengurus perusahan. Kau tahu, 'kan, Kakek sudah sangat tua dan tidak ada lagi yang bisa mengurusnya selain kamu," ucap seorang pria paruh baya yang berusia sekitar delapan puluh tahunan. Menatap cucunya yang tampak selalu memasang wajah enggan.        Mereka tengah duduk saling berhadapan di ruang tengah, namun tidak ada satu pun makanan atau minuman yang tersaji di meja. Atmosfer yang mengelilingi mereka juga terasa dingin. Tatapan tajam bak sinar laser tampak menyorot pria tua berkemeja rapi dengan dasi di lehernya. Semua rambutnya tampak beruban, tak menyisakan satu pun yang berwarna hitam. Dialah Guzman, kakek kandung dari Rafael sekaligus pemilik dari rumah sakit jiwa yang Rafael urus.        "Aku tidak bisa. Suruh saja Om Mario untuk mengurusnya," balas Rafael dengan nada acuh. Bersandar dan melepas jas putih yang selalu m
Read more
Keanehan
    Kiana menatap Andrew dengan senyum manisnya. Menggenggam tangan hangat itu dan menciumnya. Dia merasa ini seperti mimpi. Setelah satu minggu lebih berdiam diri di rumah sakit jiwa, akhirnya sekarang Kiana bisa melihat seseorang yang dia kenal, temannya.        "Andrew, maafkan aku. Maaf aku membohongimu selama ini, aku hanya memanfaatkanmu," ucap Kiana dengan nada lirih. Tenggorokannya terasa tercekat oleh sesuatu, membuat Kiana sulit menjelaskan, betapa dia amat sangat bersalah pada laki-laki itu. Rasa malu dan penyesalan yang harusnya dia rasakan dulu, kini malah dia rasakan sekarang. "Aku menipumu. Apa kamu membenciku?"        Tatapan Kiana terlihat serius, namun terlihat ada ketakutan dalam sorot matanya. Dia takut, jika Andrew akan kecewa dan meninggalkannya sendiri. Sungguh, seumpamanya itu terjadi, dia akan benar-benar sendiri. Kiana akan hidup sendiri, tanpa orang-orang yang menemani dan
Read more
Tidak Seperti yang Dibayangkan
    Pemandangan taman yang dipenuhi oleh bunga dan rumput hijau, juga pepohonan yang cukup tinggi menjadi satu-satunya pemandangan luar biasa bagi Kiana yang kini masih terjebak di ruangannya. Ruangan yang pertama kali dia tempati. Mereka sudah memindahkannya kembali ke ruangan asalnya.        Semua itu karena beberapa hari ini, kondisi tubuh Kiana sudah jauh lebih baik dan yang paling penting dari semua itu adalah saat dirinya kini tak lagi diborgol. Dia dibebaskan. Tentu apa yang Kiana rasakan sekarang, tak terlepas dari hasil protes Andrew beberapa hari lalu yang meminta untuk jangan memborgol atau laki-laki itu akan melaporkan masalah ini.        Alhasil, mereka pun setuju. Hal itu juga diizinkan saat melihat Kiana tidak lagi menyerang siapa pun beberapa hari terakhir selama dirawat. Menurut dan meminum obat sesuai anjuran dokter. Meski saat ini, mulutnya justru lebih sering terkunci rapat. Tidak lagi be
Read more
Sebuah Ciuman
    "Katakan, apa yang kau alami dan rasakan sebelumnya. Apa kau memiliki trauma?"        Rafael menatap Kiana yang duduk di hadapannya dengan tidak nyaman. Semua terlihat dari tatapan Kiana yang seperti enggan melihatnya. Wanita itu berkali-kali menatap pintu keluar dan menatapnya takut. Saat ini, mereka tengah menjalankan sesi psikoterapi untuk Kiana, berdua di ruang kerja Rafael dengan sebuah meja yang menjadi pembatas. Rafael perlu memeriksa kondisi mental wanita itu untuk catatan medis. Apakah Kiana sudah baik-baik saja atau tidak.        "Apa itu penting? Tidak ada yang perlu kejelaskan lagi, kau sudah tahu semuanya."        Meski tatapannya terlihat enggan dan tak nyaman, namun Kiana masih tetap bisa membantah. Dia tidak bisa lagi percaya pada Rafael setelah laki-laki itu mengatakan kalau dia memiliki gangguan mental. Kiana merasa, dia akan dalam masalah jika mengataka
Read more
Mulai dari Awal
    "Raf, kau kenapa? Kenapa menutup mulutnya seperti itu?" tanya dokter Ken yang baru saja masuk ke ruangan Rafael. Dia sedang bersantai saat tugasnya sudah selesai. Niatnya datang untuk mengajak Rafael makan.        Memang, mereka berdua cukup dekat dari kuliah. Sudah hal biasa bagi Ken dan Rafael makan bersama. Meski ada beberapa yang menganggap kedekatan mereka seperti ada sesuatu. Mengingat kalau keduanya tidak pernah terlihat memiliki pasangan, tapi tentu saja itu tidak benar.        Tanpa disuruh dan diizinkan sang pemilik ruangan, Ken dengan santainya duduk tepat di hadapan Rafael. Tempat yang tadi Kiana tempati. Menatap rekan kerja sekaligus temannya dengan tatapan seperti sedikit heran.        "Bukan apa-apa. Ada apa ke sini?" tanya Rafael tanpa menurunkan tangannya dari mulut. Dia terus menutupinya seolah tidak mau Ken melihat kondisinya.    
Read more
DMCA.com Protection Status