"Aku ingin kau jadi koki di rumahku selama 30 hari." Anna tersentak kaget. Entah dosa apa yang Anna lakukan di masa lalu, hingga dia harus terjebak dengan Dominic di musim dingin yang harusnya dihabiskan untuk berlibur! Akankah Anna bisa lari dari ancaman pria matang itu? Atau ... dia menyerah saja dengan semua gairah yang mendadak tercipta di antara keduanya di tengah musim dingin ini? Jangan lupa buat follow IG @amy_asya99
View MoreMalam itu, Austin sama sekali tidak pernah beranjak dari sisi Daniella. Pria itu merawat Daniella dengan tulus, tanpa ingin mengharapkan imbalan apa pun. Sampai pada akhirnya, Austin baru bisa tidur saat matahari mulai terbit, dan panas tubuh Daniella mulai turun. "Kepalaku sakit sekali." Daniella membuka kedua matanya yang terasa berat sejak semalam. Gadis itu menggeliat, dan berusaha bangun untuk segera turun dari atas ranjang. Namun, wajah Daniella tampak terkejut saat dia merasakan ada tangan yang melingkar di atas perutnya. Tidak sampai di situ, gadis itu juga teringat jika semalam dia tertidur di ruang tamu. Lantas tangan siapa yang sedang memeluknya sekarang? Atau siapa yang membawanya masuk ke dalam kamar? Dengan perasaan yang sedikit takut, Daniella segera menghempaskan tangan besar itu kemudian berbalik.Gadis itu terhenyak saat melihat Austin yang sedang terlelap. Apalagi saat melihat wajah Austin yang terlihat seperti kelelahan. "Apa dia yang membawaku
"Austin!" seru Daniella begitu melihat pria itu sudah berdiri di depan pintu rumahnya. Awalnya, Daniella sempat terpaku sampai akhirnya dia tersadar, dan segera ingin menutup pintu, tetapi tangan Austin lebih cepat menahannya. "Daniella." "Aku sudah bilang jika aku tidak mau bertemu denganmu, bukan?" Austin masih menahan pintu dengan perasaan bergejolak. Dia semakin merasa bersalah setelah melihat wajah pucat, dan tubuh Daniella yang semakin kurus. Apa yang Anna katakan ternyata memang benar. "Kita perlu bicara." "Tidak ada yang perlu dibicarakan, Austin. Sampai kapan pun, keputusanku akan tetap sama! Aku tidak ingin menikah denganmu!" tolak Daniella dengan tegas. "Kumohon, beri aku kesempatan satu kali lagi untuk memperbaiki semua ini, Daniella. Aku berjanji tidak akan melakukan kesalahan lagi." Daniella melonggarkan tangannya yang sempat ingin menutup pintu, lalu dia menatap Austin dengan tatapan yang tidak bisa diartikan. "Memperbaiki apa? Apa sekarang kau me
Dunia Dominic dan Anna seolah berhenti berputar begitu mendengar pertanyaan Dokter Sofia. "Mrs, Williams," panggil Dokter Sofia sekali lagi. "Be-belum pernah." "Baiklah, kalau begitu mari berbaring." Dominic masih terdiam seperti orang bodoh. Lebih tepatnya terkejut ketika dokter yang memeriksa Anna menyinggung tentang kehamilan. Apa istrinya sedang hamil? Oh, Tuhan. Membayangkannya saja, jantung Dominic sudah berpacu cepat karena merasa sangat senang. Setelah memeriksa Anna cukup lama, dan benar-benar teliti, terukir senyum kebahagiaan di wajah Dokter Sofia. "Dugaan Dokter Wina sepertinya benar. Saat memeriksa denyut nadi Anda tadi, Dokter Wina sudah memperkirakan ini." "Apa istri saya hamil?" Dominic langsung bertanya dengan tatapan penuh harap. Dia berharap jawaban dokter tersebut akan sesuai dengan harapannya. "Anda bisa melhat ini, Mr. Williams." Dokter tersebut menunjukkan layar hitam di depan Dominic, yang pria itu sendiri tidak tahu apa yang bisa
Dominic dan Anna langsung pergi ke rumah sakit, begitu Adam memberikan kabar. Pria itu berhasil menemukan dokter sesuai dengan permintaan Dominic. Jadi, disinilah sepasang suami istri itu berada. Di dalam ruangan seorang dokter wanita yang sedang tersenyum ramah ke arah mereka. Untuk berjaga-jaga, Adam sengaja mencari dokter wanita yang sudah menikah, dan cukup berumur. Dia tidak mau jika nanti Nyonya mudanya cemburu. "Selamat pagi, Mr dan Mrs. Williams. Senang bisa bertemu dengan kalian." Dokter wanita itu tersenyum hangat menyapa Dominic dan Anna. Dia juga mempersilakan pasangan suami istri itu untuk duduk. Sebelumnya, Adam juga sudah memberitahu keluhan apa yang dirasakan oleh Nyonya muda Williams itu. "Jadi, Mrs. Williams, apa sakit perutmu sangat menganggu?" Anna langsung tergagap dan menatap Dominic, seolah meminta pria itu untuk menjawab pertanyaan dokter yang ada di depannya. "Begini, Dokter," sahut Dominic yang mengambil alih. "Sebenarnya bukan istri saya yang
Daniella merebahkan dirinya di atas ranjang. Dia sudah mulai bekerja di Sky Crystal selama dua hari ini, dan malam ini tubuhnya benar-benar terasa lelah. Bekerja dalam kondisi hamil memang tidak mudah, dan terasa lebih berat. Akan tetapi, Daniella tidak punya pilihan lain. Dia harus mengumpulkan banyak uang untuk membiayai hidupnya nanti. "Kenapa tubuhku cepat lelah? Padahal usia kehamilanku masih baru beberapa bulan," keluh Daniella dengan menutup mata. Seharusnya, matanya bisa terpejam saat kelelahan seperti ini, tetapi sayangnya, Daniella belum bisa melupakan bayang-bayang Austin. Entah sampai kapan, tetapi Daniella berharap agar dia bisa melupakan pria itu selamanya. Tring! Ponsel Daniella yang berdering, membuat gadis itu mau tidak mau harus bangun juga. Sudah beberapa hari ini, ponselnya selalu sepi tanpa ada notifikasi sama sekali. "Austin?" lirih Daniella ketika melihat nama pria tersebut terpampang di layar ponselnya. "Untuk apa dia menelpon? Apa dia tidak mengerti ji
Selama di perjalanan, tidak ada pembicaraan satu sama lain dari ke empat orang tersebut. Baik Harry, Austin, maupun Anna membiarkan Dominic yang langsung tertidur nyenyak begitu masuk ke dalam mobil. Sepertinya pria itu benar-benar kelelahan. "Anna!" panggil Austin yang memecah keheningan. Kepala pria tersebut menoleh ke belakang dan menatap istri Dominic itu dengan sedikit ragu. "Ada apa? Kau ingin mengatakan sesuatu, Austin?""Ya ... bagaimana dengan Daniella? Apa kau berhasil membujuknya?" tanya Austin dengan penuh harap. Namun, sepertinya Austin tidak menyadari jika mereka berempat di dalam mobil sekarang, dan Harry sedang menatapnya dengan kening berkerut. "Tunggu dulu. Aku seperti pernah mendengar nama itu," ujar Harry yang membuat Anna tidak jadi untuk menjawab pertanyaan Austin. Oh, sialan! Austin baru sadar jika ada Harry di sampingnya. Sejak tadi dia tidak bisa berpikir dengan benar, sehingga mengabaikan keberadaan Harry. Entah mengapa sejak melihat kedatangan Domin
Pagi itu, di kabin Dominic mulai heboh karena pria itu kembali mual dan muntah. Dia bahkan menolak semua sarapan yang sudah Anna masakkan. Perutnya benar-benar menolak segala jenis makanan yang ada di depan mata. Hanya buah-buahan tertentu saja yang bisa Dominic terima."Kita ke rumah sakit saja. Kalau seperti ini terus kau bisa kekurangan cairan, Dom." Anna masih terus berusaha membujuk Dominic. Seharusnya mereka hari ini pulang ke New York, tetapi jika kondisi Dominic terus seperti ini, maka kemungkinan terbesarnya mereka tetap akan tinggal di Sky Crystal untuk beberapa hari lagi. "Aku tidak mau, Sayang. Lagi pula aku bisa makan beberapa buah, kan? Jadi, jangan terlalu khawatir." Dominic menarik pundak Anna, dan pria itu langsung memeluk istrinya dengan erat. Dia juga menyusupkan wajahnya di ceruk Anna. "Kenapa kau keras kepala sekali, sih? Kalau seperti ini kapan kita bisa kembali ke New York. Mama juga sudah menelpon tadi karena kau tidak mengangkat panggilannya.""Kita tetap
Setelah pulang dari rumah Daniella, Anna masih terus memikirkan perkataan gadis itu siang tadi. Hamil? "Tidak mungkin. Seharusnya aku yang merasakan gejala kehamilan, seperti muntah-muntah dan sensitif kalau memang benar sedang hamil. Bukannya Dominic." Anna tertawa kecil dengan perasaan geli. Bisa-bisanya dia memikirkan perkataan Daniella secara berlebihan begini. "Kau sedang menertawakan apa, Sayang?" tanya Dominic yang tiba-tiba saja muncul. Pria itu sepertinya baru kembali dari kantor. "Tidak ada. Aku hanya sedang mengingat obrolan dengan Daniella saja. Kau mau makan apa malam ini, Dom?" Dominic mendadak mual begitu membayangkan berbagai macam makanan yang biasa mereka makan di malam hari. Dari mulai pasta, daging panggang, sup, ataupun ayam benar-benar membuatnya mual. "Kau kenapa lagi, Dom?" tanya Anna saat melihat Dominic menutup mulutnya. Wajah pria itu juga mendadak menjadi pucat. "Mual lagi?" Dominic hanya mengangguk pelan. Pria itu segera duduk di sofa dan me
Sudah lebih dari satu pekan setelah Austin meninggalkan Sky Crystal. Tidak ada yang berbeda bagi Dominic di hari-hari kemarin. Dia menghabiskan hari-hari seperti biasanya. Menemani Anna yang sedang hobi memasak, atau memadu kasih di setiap sudut kabin dengan fantasi mereka yang semakin liar. Akan tetapi, ada yang berbeda hari ini. Setelah Anna selesai membuat sarapan, dia sedikit heran mendapati Dominic yang masih berbaring di atas tempat tidur. Tidak hanya itu, wajah Dominic juga terlihat pucat. "Kau sakit, Dom?" tanya Anna dengan menyentuh dahi Dominic. Tidak panas dan juga demam! Namun, mengapa Dominic terlihat tidak berdaya? Dominic hanya menggeleng pelan. Dia memang tidak demam, hanya saja kepalanya terasa sangat berat. Padahal hari ini dia harus ke kantor untuk memeriksa laporan bulanan Sky Crystal. Orang kepercayaan yang akan menggantikan Austin secara sementara, baru akan datang sore nanti. Jadi, Dominic tidak punya pilihan selain harus mengerjakan semuanya
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.