“AIRÉLLE!!”
Kedua gadis itu, Kareen dan Amatera, berseru bersamaan ketika melihat satu bagian dari mereka menunjukan pergerakan pasti.
Kelompak mata itu perlahan terbuka. Maniknya yang segelap malam justru seakan berkilauan diterpa sinar mentari.
Airélle kembali mengerjapkan matanya.
“Oh Gods! Airélle, akhirnya kau sadar!” Kareen langsung berhambur memeluknya.
Amatera dengan sigap menarik Kareen agar melepaskan pelukannya pada Airélle.
“Jangan membuatnya sesak napas, Reen.” katanya, sukses mengundang kekehan dari Airélle.
“Kau sudah tidak apa-apa?” Amatera bertanya, mengabaikan gerutuan Kareen yang merajuk padanya.
“Badanku... terasa lemas.” jawab Airélle pelan.
“Serius, Airélle!” Kareen menatap lekat-lekat pada Airélle, memberitahu ia tak ingin dibantah. “Jangan tinggalkan sarapanmu, maka
Gadis itu melangkah dengan tergesa - gesa menyusuri rak demi rak buku menjulang yang memadati perpustakaan.Karena ia tidak bisa berteleportasi seperti penduduk Fantasia lainnya, dengan bermodalkan ilmu komunikasinya yang menanyai setiap orang yang ia temui di koridor mengenai keberadaan Pangeran Orion akhirnya membuahkan hasil.Langkah itu semakin cepat ketika melihat punggung familiar di depan sana tengah membolak - balikkan lembar tiap lembar buku usang.“Aaric!” Airélle berseru.Laki-laki itu menoleh. “Ada apa?”Airélle mencebik. “Kau bilang untuk menemuimu—”“—jika kau sadar ada sesuatu yang kau butuhkan. Jadi, apa yang hilang dan kau butuhkan?” sela Aaric dengan wajah tanpa dosanya.Airélle menggeram kecil. “Kalungku hilang! Kalung yang kutunjukkan padamu hari itu. Aku butuh... siapa tahu kalung itu bisa membawaku kembali lagi ke Chicago!&rdqu
Airélle menghadap cermin, menguncir rambutnya dengan sedikit tricky sehingga hasilnya terlihat lebih cantik.“Wow, bagaimana kau menguncirnya seperti itu, Airélle? Lebih tinggi dan cantik.” Kareen berkomentar.“Mau kulakukan juga ke rambutmu?” tawar Airélle. Maka, Kareen tidak akan menyia-nyiakan dengan menolaknya.Airélle meminta Kareen duduk menghadap cermin rias, lalu ia akan mengambil alih rambut coklat dengan sedikit helai berwarna hijau bergelombang itu.Amatera baru selesai dengan seragamnya. Ia mengamati Airélle yang menguncir rambut Kareen. Sedikit lebih menyusahkan dilihat dari caranya, tapi hasil tidak mengkhianati usaha.“Kalian berdua tampak lebih segar dengan bentuk kuncir itu.” Amatera berkomentar tepat setelah Kareen memekik senang atas hasil rambutnya.“Ame!” Kareen berseru, masih senang. “Kau juga harus mencoba ini. Ayolah, kita bertiga
“Aku tidak jadi izin ke Mr. Grevin.” putus Airélle.Sontak saja dua sahabatnya itu menoleh padanya.“Kau serius?” Amatera memastikan, dan dijawab dengan anggukan kepala Airélle.“Tidak takut jadi santapan singa itu?” tanya Kareen, sedikit menggoda Airélle. Setidaknya ia harap bisa menggoyahkan Airélle, karena bagaimana pun, dia juga cemas akan keselamatan sahabatnya itu.Menanggapi pertanyaan Kareen, Airélle bergidik. Semoga saja dia tidak benar dijadikan santapan sarapan singa itu.“Itu sihir, ya? Singanya tidak habis-habis.” celetuk Airélle.Kareen di sebelahnya terkekeh. “Iya, itu ilusi mata.”“Menyenangkan....” gumam Airélle.“Bagaimana kau akan membunuh singa itu nantinya?” Amatera bertanya lagi.Airélle mengendikkan bahunya. “Aku tidak berpikir akan membunuhnya.”
𝗥𝗼𝗮𝗱 𝘁𝗼 𝗖𝗵𝗲𝗹𝘀𝗲𝗮’𝘀 𝗣𝗮𝗿𝘁𝘆🎉 ( 𝟮𝟬 )𝗟𝗮𝘂𝗿𝗮 𝗠𝗲𝗴𝗮𝘄𝗲𝗹𝘅 :| Happy birthday Queen👑💖 ﹫𝘾𝙝𝙚𝙡𝙨𝙚𝙖 𝙍𝙤𝙭𝙚𝙣𝙖𝗗𝗼𝗻𝗻𝗮 𝗛𝗮𝗱𝗲𝗲𝗱 :| Yash, happy bday. I wish u all the best, always😘 ﹫𝘾𝙝𝙚𝙡𝙨𝙚𝙖 𝙍𝙤𝙭𝙚𝙣𝙖𝗔𝘂𝗿𝗼𝗿𝗮 𝗕𝗲𝗹𝗹𝗶𝗻𝗲 :| ﹫𝘼𝙭𝙩𝙤𝙣𝙞𝙤 𝙂𝙚𝙧𝙖𝙡𝙙 I— even we are waiting for your sweet words and wishes🤭𝗖𝗵𝗲𝗹𝘀𝗲𝗮 𝗥𝗼𝘅𝗲𝗻𝗮 :| Aww thank u bb ﹫𝙇𝙖𝙪𝙧𝙖 𝙈𝙚𝙜𝙖𝙬𝙚𝙡𝙭 ﹫𝘿𝙤𝙣𝙣𝙖 𝙃𝙖𝙙𝙚𝙚𝙙| Axton might be busy right now, that's okay ﹫𝘼𝙪𝙧𝙤𝙧𝙖 𝘽𝙚𝙡𝙡𝙞𝙣𝙚𝗔𝘀𝗴𝗮𝗿𝗱 𝗧𝗼𝗺𝗺𝗶𝗲 :| Is he busy preparing surprises???𝗦𝗲𝗹𝗲𝗻𝗮 𝗛𝗲𝗹𝗲𝗻 :| I can't wait to see Chelsea's party!𝗔𝗶𝗿𝗲́𝗹𝗹𝗲 𝗣𝗮𝗻𝗲𝗺𝗼𝗿𝗳𝗶 :| Me too ﹫𝙎𝙚𝙡𝙚𝙣𝙖 𝙃𝙚𝙡𝙚𝙣𝗖𝗵𝗲𝗹𝘀𝗲𝗮 𝗥𝗼𝘅𝗲𝗻𝗮 :| Don't forget to come at 7 pm today. You won't get the cake if you're late, hahaha𝗪𝗶𝗹𝗹𝗶𝗮𝗺 𝗛𝗮𝗻𝘀
Airélle beranjak dari posisinya untuk memperjalas suara yang tadi didengarnya.Dan suara itu terdengar lagi. Airélle mengerjap tak percaya, kuda mana yang tersasar ke pantai begini? Pikir Airélle. Karena tidak memikirkan suatu kemungkinan buruk pun, Airélle mendekati sumber suara ringkikan kuda tersebut. Ia yakin suara kuda itu berasal dari sebuah goa batu yang tak jauh dari posisinya saat ini.Airélle berjalan pelan— nyaris mengendap-endap tanpa suara agar tidak menakuti kuda tersebut. Berinisiatif karena pencahayaan minim di dalam goa, Airélle pun menyalakan flashlight dari ponselnya. Tentunya dia berhati-hati untuk menyorotkannya.𝘚𝘳𝘬𝘬!Airélle spontan diam membatu di tempatnya. Kuda itu tidak lebih jauh dari 5 meter di depannya. Karena sangat gelap, Airélle memberanikan diri untuk menyorotkan flashlight ke arah hewan itu.𝘒𝘳𝘢𝘬𝘬!Ponsel itu terjatuh. Airélle men
Mari lupakan fakta bahwa ia terdampar ke dimensi— ah, dunia lain, atau apapun itu. Nyatanya saat ini Airélle sedang sibuk mengamati dan mengagumi setiap inci bangunan dari akademi megah yang dipijakinya.Pemandangan segar, suasana asri, bangunan megah— tinggi menjulang juga sangat luas, sentuhan ornamen unik yang khas. Airélle tidak pernah menemukan tempat seperti ini di Chicago. Satu-satunya yang ada di bayangannya adalah film adaptasi dari fiksi karangan J. K. Rowling. Oh tunggu, apa dia akan bertemu Harry Potter di sini?Terlalu asyik melamun membuat Airélle terperanjat kecil saat Mr. Ernest mengetuk sebuah pintu kaca— bukan kaca polos, ah, bagaimana menjelaskannya. Seperti ada pantulan air dari kolam di pintu kaca itu, mengesankan.Setelah mendengar sahutan dari dalam, Mr. Ernest memberi kode agar Airélle mengikutinya masuk ke dalam ruangan itu.“Dia memiliki keistimewaan seperti kita, jadi saya berp
Airélle terbangun karena suara jam weker milik teman sekamarnya berbunyi. Ia mengusak matanya, membiasakan cahaya memasuki retina matanya.“Pagi, Airélle!” Kareen menyapa. “Mau mandi duluan?”Dengan keadaan belum sepenuhnya sadar dan masih diliputi kantuk, Airélle pun menganggukkan kepalanya setuju. Dia berjalan sedikit terseok menuju kamar mandi.Beberapa waktu setelah Airélle memasuki kamar mandi, Amatera keluar dari ruangan walk-in closet dengan tubuh yang sudah terbalut seragam lengkap dari akademi.“Oww, kau sangat keren, Ame!” puji Kareen.Amatera tersenyum tipis. “Aku tahu itu.” katanya, lalu ia melangkah ke arah ranjangnya untuk dirapikan.“Ame,” Kareen memanggil. “Apa benar, ya, Airélle tidak memiliki elemen?” seketika suara Kareen memelan.Tangan Amatera berhenti dengan aktivitasnya. Ia juga memikirkan hal mengganjal te
Para murid kelas 1A berhambur keluar dari kelas Herbiologi, mereka kini berbondong-bondong menuju gedung kelas elemen.Di saat para murid terlihat antusias untuk menunjukkan elemen-elemen mereka, berbeda dengan Airélle yang merasa khawatir dan tidak nyaman. Kareen bahkan Amatera pun turut mencemaskan gadis itu.“Mungkin Mr. Radolf akan memberitahu bagaimana cara memunculkan elemenmu, Airélle.” ujar Kareen, berusaha menenangkan.Tapi Airélle tidak mengindahkannya. Pikirnya, ia adalah manusia biasa. Ia berbeda dengan orang-orang di sini. Ia tidak memiliki elemen apapun, tentu saja.Mereka memasuki ruangan luas, seperti lapangan di dalam ruangan. Terdapat kursi-kursi di tepi ruangan, menyisakan ruang luas di tengah.“Selamat siang. Silakan duduk terlebih dulu.” pria dewasa yang terlihat masih muda dan bugar itu berbicara di kursi khusus yang melayang di depan ruangan.Murid-murid pun berhambur untuk