POV Ana
Aku bergegas pulang ke rumah, ingin segera mengetahui kejutan apa yang telah papa siapkan untukku? Sudah setahun berpisah darinya, kini hari-hariku penuh dengan kejutan-kejutan.
Kulajukan mobil dengan kecepatan sedang, agar sampai di rumah dengan selamat. Kebetulan jarak dari rumah Lita ke perumahan tempat papa tinggal tidak terlalu jauh.
Setibanya di rumah, ternyata kejutan manis itu adalah kedatangan Sinta, adikku. Lama tak jumpa dengannya, kini ia sudah memiliki gelar sarjana.
"Halo, Kak!" sapanya.
"Hai, kamu cantik sekali hari ini," sahutku sambil memujinya. Kemudian aku melihat ke sekeliling rumah yang penuh dengan meja dan kursi. Ada persiapan apa ini? Rasanya terlalu berlebihan jika menyambut kedatangan Sinta mengundang orang. Terlihat dari kursi yang dipersiapkan sebegitu banyak.
"Hari ini akan banyak kejutan untukmu, Sayang. Kedatangan Sinta hanya kejutan kecil yang Papa berikan," sambung papa sembari menghampiriku.
"Oh ya, ini ada acara apa?" tanyaku penasaran.
"Kamu ingin tahu jati diri Lita sesungguhnya?" tanya papa.
"Ya, tadi aku ke rumahnya, tapi tidak ada di tempat," jawabku.
"Sebentar lagi, ia yang akan datang ke sini, dan kamu akan mengetahui siapa Lita sesungguhnya." Aku menautkan kedua alisku yang tebal. Rasanya ada yang aneh dengan pernyataan papa. Sinta pun ikut tersenyum mendengar ucapan papa.
Tidak lama kemudian, Pak Gilang datang. Ia juga turut hadir di sini. Setelah menit demi menit berlalu, semakin banyak yang hadir, aku pun terperangah dengan apa yang aku saksikan saat ini. Sudah ada papa dan mama di hadapanku yang berpakaian resmi.
"Pah, Mah, ada apa ini?" tanyaku semakin penasaran.
"Kamu bersiap di sini, ada undangan rapat terbuka. Oh ya, jangan sampai kamu lepas dari Gilang. Anggap saja pernyataan Zaki tentang tuduhanmu dan Gilang itu benar," pesannya sebelum ia naik kembali ke lantai atas bersama mama.
"Sinta, kamu tetap di sini temani Kakakmu, hanya saja agak sedikit jaga jarak," imbuhnya dan akhirnya mereka naik ke lantai atas.
Aneh, ada para tamu mereka malah naik ke atas. Aku disuruh olehnya tetap berada di dekat Pak Gilang. Begitu pula dengan Sinta, ia disuruh papa untuk tetap di sini menyaksikan rapat terbuka yang akan dipandu oleh Pak Gilang.
Tidak lama kemudian, aku dikejutkan kedatangan kedua orang yang telah berkhianat terhadapku. Mas Zaki dan Lita, mereka termasuk tamu undangan papa. Ada rasa cemburu sedikit, tapi aku coba tepis dan menguburnya dalam-dalam.
Pak Gilang pun mulai naik ke atas panggung, ia menjadi pembawa acara dalam rapat terbuka ini.
"Hadirin sekalian, selamat datang dalam pertemuan terbuka ini. Rapat ini terbuka karena akan membicarakan bisnis properti baru dari atasan saya," pungkasnya dalam membuka acara ini.
"Untuk itu, akan saya panggilkan pemilik perusahaan terkemuka di kota ini, sekaligus pemilik bisnis properti terbesar saat ini," imbuhnya lagi. Aku semakin gemetar saat Pak Gilang akan memanggil pemilik bisnis properti, apakah papa sedang menjalankan bisnis ini?
Setahu aku, bisnis yang akan papa berikan padaku adalah PT. Asam Manis Makmur. Sebuah perusahaan yang memproduksi makanan. Cukup terkenal di kota ini.
"Saya panggilkan Bu Sinta Meylani. Ia adalah pemilik bisnis properti saat ini. Mari kita sambut kedatangannya ke atas panggung." Astaga, ternyata bisnis properti yang disebutkan Pak Gilang itu akan dikelola oleh adikku. Syukurlah, aku tidak bakat mengurusi tentang properti.
Tepuk tangan dari tamu undangan pun terdengar meriah, mereka menyambut Sinta adikku untuk segera naik ke atas panggung. Aku pun turut berdiri saat ia menaiki panggung tempat Pak Gilang berada saat ini. Setelah itu, Sinta pun memberikan sambutan sepatah dua kata kepada para tamu.
Terlihat dua sosok yang sangat aku benci berada di depanku. Meskipun sedikit jauh, tapi sorotan mata Mas Zaki terkadang melirik ke arahku. Entah apa yang sedang ia pikirkan tentang aku.
"Saudara sekalian, perkenalkan saya Sinta. Terima kasih banyak atas kedatangan para tamu undangan, apalagi para vendor yang datang. Untuk itu saya akan memberi tahu pada kalian semua di dalam rapat terbuka ini, bahwa bisnis ini akan bekerja sama dengan PT. Keramik Jaya. Untuk perwakilan dari pemilik PT. Keramik Jaya, saya persilahkan untuk naik ke atas panggung!" panggil Sinta.
Aku mencari sosok yang Sinta panggil. Siapa yang ia maksudkan? Aku cari dari sudut ke sudut, tapi tidak ada yang bergerak naik ke atas panggung. Malah yang terlihat sedang bersiap-siap adalah Lita.
Kemudian, langkah Lita perlahan maju dan selangkah dua langkah ia tapaki. Aku menghela napas panjang, terlihat di depanku ada Mas Zaki yang tersenyum tipis melihat sosok wanitanya naik ke atas panggung bersama adikku. Ia tidak mengetahui bahwa yang memanggil Lita adalah adik kandungku.
Aku sedikit terperangah melihat Lita yang maju ke atas panggung. Bisa saja ia perwakilan dari perusahaan tersebut. Siapa tahu ia hanya mantan sekretaris di sana.
"Terima kasih untuk Bu Sinta. Perkenalkan nama saya Lita Zafirah, anak dari pemilik PT. Keramik Jaya, Pak Farid Suntoso. Senang sekali atas undangannya ini, semoga kerja sama kami berdua bisa terus terjalin," tuturnya dengan amat bangga.
Aku tersenyum tipis menyaksikan sambutan dari Lita, yang ternyata adalah anak dari pemilik PT. Keramik Jaya. Pantas saja Mas Zaki lebih memilihnya, mungkin karena setahu dia, Lita lah yang berharta. Mas Zaki tidak tahu, bahwa yang diajak kerja sama oleh Lita adalah adik kandungku. Bisnis properti yang dijalankan hanyalah sebagian kecil bisnis papaku yang diwariskan kepada Sinta.
Aku merasa ini adalah sandiwara yang konyol. Bayangkan saja, aku menipu orang lain dengan berpura-pura sebagai anak jalanan, dan ternyata orang yang aku tipu pun melakukan hal yang sama. Ternyata aku tidak sendirian, Lita pun melakukan hal yang sama sepertiku. Namun, perbedaannya adalah, Lita terlalu b*doh mau dimanfaatkan oleh Mas Zaki.
Tepuk tangan pun terdengar keras dari arah Mas Zaki. Ia sangat bangga sekali melihat istri keduanya tengah berpidato layaknya pebisnis paling handal di kota ini.
"Terima kasih banyak atas sambutannya untuk Bu Sinta dan Bu Lita. Sekarang, saya akan panggil pemilik perusahaan terkemuka di kota ini. Pemilik PT. Asam Manis Makmur beserta sang istri. Beliau akan mengumumkan bahwa PT yang sudah lama dikelolanya akan diberikan kepada Puteri sulungnya."
Sebentar lagi papa akan turun dari lantai atas, dan mengumumkan bahwa akulah yang mewarisi PT. Asam Manis Makmur. Lihat saja respon mereka nanti setelah tahu papa yang akan baik panggung.
Bersambung
Bongkar sekarang nggak nih? Aduh malunya Zaki kayak apa ya kalau tahu Ana Melissa adalah pewaris perusahaan papanya.
Setelah terjeda beberapa detik, Pak Gilang segera melanjutkan penyambutan orang tuaku. Semua yang menyaksikan tiba-tiba hening, tak ada seorangpun yang bersuara, termasuk Lita dan Mas Zaki.Kemudian, papa dan mama turun dari tangga ke anak tangga lainnya. Semua para tamu undangan seketika menyorot mereka berdua. Terlebih-lebih Mas Zaki dan Lita, mereka mulai saling beradu pandangan. Sedikit-sedikit Mas Zaki menoleh ke arahku. Ada rasa heran terpancar di matanya.Setelah anak tangga terakhir yang orang tuaku injak, Pak Gilang segera mempersilahkan kembali mereka berdua untuk segera menaiki panggung."Marilah kita sambut, Pak Ardi Dinata beserta Bu Fatma Ningtyas. Kepada Pak Ardi dan Bu Fatma, diperkenankan untuk naik ke atas panggung," tutur Pak Gilang mempersilahkan orang tuaku naik ke atas panggung.Aku tersenyum tipis ke arah mereka berdua. Aku rasa di hati mereka sedang bertanya-tanya, untuk apa aku merahasiakan jati diri ini terhadap mer
Nama jalannya seperti dekat bengkel Mas Zaki, tapi alamat lengkapnya bukan. Sinta menambah volume televisi tersebut, dan kami perhatikan seksama."Pah, itu rumah temanku kan? Ayumi!" teriak Sinta sambil menepuk paha papa.Aku hanya memperhatikan lingkungan sekitarnya, tepat sekali itu adalah rumah Ayumi, temannya Sinta."Oh, Ayumi teman SMA kamu dulu?" Papa berusaha mengingat nama yang Sinta sebut."Itu dekat dengan bengkel Mas Zaki, Pah," tunjukku. Kemudian kami perhatikan kembali berita yang sedang disiarkan secara langsung."Suasana di lingkungan semakin ricuh, banyak orang malah memanfaatkan situasi saat kebakaran berlangsung. Menjarah ke berbagai toko dan bengkel." Begitulah pembaca berita menyiarkan berita terkini.Aku dan papa menoleh bersamaan, itu bengkel milik Mas Zaki, secara gamblang terlihat sedang diburu oleh para penjarah."Kak, itu gerbang bengkel sampai roboh gitu!" Sinta terperangah melihat
POV ZakiSaat itu, kupikir undangan yang kami datangi di sebuah perumahan elite adalah undangan terbuka dari orang yang tidak kukenal. Namun, ternyata itu adalah undangan dari keluarga Ana Melissa, istri pertamaku.Kesal saat mendengar pernyataan yang satu demi satu membuka jati diri keluarga dari Ana. Ternyata mereka merahasiakan jati dirinya yang sesungguhnya dariku dan keluarga. Termasuk dari Lita yang tidak lain adalah istri keduaku.Ada perasaan malu saat mendengar mereka bicara di atas panggung. Namun, rasa kesal kepadanya itu yang lebih menggebu-gebu. Apalagi mereka sengaja bekerja sama dengan keluarganya Lita. Untuk apa semua itu? Apa ada dendam yang sedang mereka rencanakan?"Lita, kita pergi dari sini," bisikku setelah mengetahui bahwa Ana adalah pemilik rumah tempatku berdiri. Jangan sampai ia mengejutkan satu hal lagi. Aku yakin setelah ini akan ada pengumuman pertunangannya dengan Pak Gilang.Lita pun hanya mengangguk, la
POV Zaki "Siapa bilang Ana mandul?" sanggah Pak Ardi, papanya Ana. Jantungku berdetak kencang saat ia tiba-tiba muncul di kantor polisi. Aku bergeming, kemudian Pak Ardi menghampiri polisi untuk memberikan bukti bahwa Ana tidaklah mandul. "Selamat sore, Pak Ardi. Silahkan duduk!" Komandan polisi mempersilahkan Pak Ardi beserta pengacaranya duduk. "Saya tidak ingin basa-basi, cepatlah kurung laki-laki, ini bukti bahwa Ana, anak saya tidak mandul. Ia sehat, hanya saja rezekinya belum berpihak," tegasnya. Aku hanya mampu menghela napas dan mengembuskannya kembali. Rasanya tidak bisa melawan di hadapan pria yang ternyata adalah bukan orang main-main. Polisi menelaah bukti yang ia pegang. Pak Ardi benar-benar tidak dapat diragukan lagi. Lembaran kertas hasil pemeriksaan medis atas nama Ana Mellisa itu sedang dibuka satu persatu. Pengacaraku pun hanya menggelengkan kepalanya. Sepertinya sudah sulit melawan orang kaya ray
Tiba-tiba Sinta teringat bahwa ia sedang mendekap tubuh Dimas. Kemudian, ia melepaskannya hingga terlihat malu."Maaf, tadi kaget dan takut," jelas Sinta malu. Wajahnya yang cantik dan putih kini tiba-tiba memerah."Ehem ... Kakak jadi malu nih, eh keceplosan," ledekku. Kemudian wajah Dimas yang datar tiba-tiba tersenyum tipis."Saya lihat lingkungan sekitar, ya," imbuhnya."Jangan, di sini saja. Jangan tinggalkan kami berdua!" rengek Sinta. Kemudian Dimas pun tidak jadi melangkahkan kakinya.Entahlah, siapa orang yang telah meneror kami berdua. Melemparkan batu dan membuat ban mobil kami sobek.Aku ambil ponsel yang masih berada di dalam mobil. Kemudian, kuhubungi papa agar menjemput kami berdua. Namun, Dimas melarang untuk meminta dijemput."Aku hubungi Papa dulu, mau minta jemput," kataku sambil mencari kontak papa."Saya antar kalian saja. Ini sudah malam, kalau kalian nunggu dijemput, mau sampai j
POV YuniSemenjak bengkel Mas Zaki yang dijarah oleh orang yang tidak bertanggungjawab, aku dan mama mulai kelimpungan dengan uang. Terlebih Mas Zaki tiba-tiba ditahan atas tuduhan perzinahan oleh Mbak Ana. Memang sedari dulu aku sudah curiga dengannya, suatu saat pasti wanita yang bernama Ana itu menjadi biang masalah di keluargaku.Ada berlian-berlian yang aku beli dari arisan bersama teman-teman. Begitu pula dengan mama, ia masih menyimpan beberapa perhiasan yang di lemarinya.Aku dan mama berinisiatif untuk menjual sejumlah berlian dan perhiasan emas yang kami miliki. Untuk proses renovasi bengkel yang rusak akibat penjarahan."Kita jual saja berlian dan perhiasan emas yang kita miliki, Mah," usulku."Apa tidak sayang? Coba minta bantuan Lita untuk merenovasi bengkel, masa iya dia mau senangnya saja, susahnya tidak mau ikut memikulnya!" sanggah mama."Aku nggak yakin Mbak Lita mau membantu, dia saja semenjak nikah dengan Ma
POV LitaMertuaku datang ke rumah hanya ingin meminta bantuan bengkel Mas Zaki direnovasi. Tidak ingat mereka yang mengirim pengacara hebat untuk Mas Zaki adalah papaku.Aku tetap dendam dengan perlakuan Ana padaku. Namun, tidak mungkin memutuskan perjanjian kerja sama antara bisnis properti dengan PT. Keramik Jaya. Mereka bisa menuntut dikembalikan uang muka yang telah mereka berikan.Ternyata bukan hanya aku yang sakit hati atas perbuatan Pak Ardi Dinata. Papa juga ikut sakit hati atas ini semua. Ia merasa dimanfaatkan dalam hal ini olehnya. Membuat kerja sama alih-alih hanya untuk memamerkan bahwa mereka adalah pemiliknya."Lita, Papa sudah memilih laki-laki yang akan Papa kirim untuk membuat salah satu anak dari Ardi Dinata jatuh cinta. Kemudian, dengan begitu kamu bisa sambil meneror kedua anaknya itu," pungkas papa. Idenya sangat cemerlang, sekali dapat langsung dua ide sekaligus."Teror? Aku lakukan teror apa?" tany
Siapa kedua laki-laki yang telah menerorku, ini sudah kelewat batas. Mereka kini mencelakai Pak Dimas, apa maksud dan tujuannya mereka?Aku kejar dengan melempar sepatu high heels yang kupakai.Pluk ....Tepat pada sasaran, satu orang kena sepatuku dan terjatuh karena merasa kesakitan."Siapa kamu sebenarnya? Tujuan kamu apa?" teriakku sambil menarik penutup wajahnya. Kemudian, terbukalah wajah asli yang selama ini mengintaiku."Ma-af, Bu. Saya hanya orang bayaran," sahutnya gugup."Siapa yang menyuruh kalian? Apa kalian juga yang telah melempar batu ke mobil adikku dan mengempeskan ban mobilku tadi?" tanyaku dengan mendongakkan wajahnya. Muka pria seumuran denganku, tampang preman yang terlihat diwajahnya kini berubah menjadi muka laki-laki pengecut yang berusaha melepaskan jambakan rambutnya."Ana, kamu baik-baik saja?" tanya Pak Dimas yang tiba-tiba muncul dari belakang. Darah segar yang masih keluar dari kening