Permintaan Chintya
Mbak Surti diam, seperti memikirkan sesuatu."Mbak Surti kok diam?" tanyaku pada Mbak Surti."Iy—iya, Pak. Maunya sih begitu. Tapi ternyata setelah beberapa waktu di kampung, uang saya habis untuk keperluan ini itu. Makanya saya mencari pekerjaan lagi."Kenapa tak menghubungi saya atau Chintya?" tanya Bang Faiz lagi."I—itu, anu, Pak. Saya malu," ucapnya menunduk."Ada-ada saja Mbak Surti ini. Keysha sudah lengket sama Mbak Surti, harusnya kalau Mbak Surti butuh pekerjaan tinggal bilang ke saya, pasti langsung saya terima," tegas Bang Faiz."Iya, Pak!" Mbak Surti lalu meminta izin untuk melanjutkan pekerjaannya. Aku merasa ada sesuatu yang disembunyikan Mbak Surti. Lain waktu aku akan menemui Mbak Surti lagi, sendirian.Setelah membeli mesin jahit yang kuinginkan, kami segera kembali ke rumah kontrakan tadi, karena mesin-mesin jahit itu akan segera diantar ke sana.MenjelangBertahanSakit rasanya hati ini mendengar ucapan Mama. Mama benar-benar ingin menyingkirkan aku dari rumah ini. Baiklah Ma! Kita lihat saja nanti, sebaik apa menantu yang Mama puji-puji itu. Tanpa menunggu yang lain selesai makan, aku langsung bangkit dan beranjak meninggalkan ruang makan. Aku masuk ke dalam kamar.Netraku kembali mengembun, dadaku terasa sesak. Sedari tadi aku menahan agar air mata ini tak jatuh di hadapan mereka. Aku harus kuat. Aku sudah mengambil keputusan, aku tak mau membuat Bapak dan Ibu sedih dengan keadaanku. Pintu kamar terbuka. Bang Faiz masuk dan langsung duduk di sampingku."Maafkan Abang, Dek! Abanglah penyebab semua ini. Abang mohon, Adek bisa bertahan dan tetap kuat menghadapi Mama!" ucapnya lirih. Digenggamnya kedua tangan ini."Iya, Bang. Bantu Ratna untuk terus bisa bertahan." Kutatap kedua manik suamiku. Ada penyesalan terpancar di matanya."Bagaimana kalau kita cari rumah yang
PerseteruanAku berangkat menuju kontrakan dengan menumpang ojek on line. Sekitar 30 menit dalam perjalanan, aku sampai di rumah kontrakan tempat usahaku. Mbak Wiwin dan dua orang temannya sudah menunggu di depan rumah. "Assalamualaikum, Mbak! Maaf ya, saya telat," sapaku kepada ketiga wanita hebat yang kini menjadi tulang punggung keluarganya."Waalaikumsalam, Mbak Ratna. Gak apa-apa, kami juga baru sampai, Kok," balas Mbak Fitri. Aku segera membuka pintu lalu masuk ke dalam rumah."Mbak-Mbak semua, sebelum kita memulai usaha kita pagi ini, mari sama-sama kita berdoa, semoga usaha yang kita lakukan mendapat berkah dari Allah, sehingga mendatangkan manfaat yang baik untuk keluarga kita," ucapku setelah berada di dalam rumah kontrakan. Kami semua diam seraya memanjatkan doa kepada Allah Sang Pemilik rezeki.Aku mulai menjelaskan apa-apa saja yang harus dikerjakan, lalu bagi pekerjaan sesuai tingkat kemahiran merek
Membongkar Rahasia Chintya (1)Pagi-pagi sekali setelah memasak sarapan untuk Bang Faiz. aku pamit untuk berangkat lebih dulu. "Sarapanlah dulu, Dek. Nanti masuk angin, ucap Bang Faiz."Nanti saja di kontrakan, Bang. Mbak Fitri membawakan makanan untuk kami hari ini." Aku beralasan. Aku harus cepat-cepat sampai ke toko dimana Mbak Surti bekerja. "Ya sudah, hati-hati ya!" seru Bang Faiz. Aku mencium tangan Bang Faiz dengan takzim, lalu melangkah ke luar rumah. Ojek yang kupesan sudah menunggu di depan rumah.Tak lama berada di atas motor ojek. Aku tiba di depan toko waktu itu. Lama aku berdiri di depan toko ini. Karena masih pagi sekali, toko ini belum buka. Penantianku tak sia-sia. Akhirnya Mbak Surti keluar dari toko membawa sebuah keranjang. Mungkin dia hendak pergi berbelanja."Mbak Surti?" sapaku. "Masih ingat dengan saya?" ucapku sembari menghampiri Mbak Surti. Dia tampak serba salah."Maaf, Bu, saya harus pergi." Mbak Surti melangkah meninggalkanku. "Tunggu, Mbak!" seruku. A
Membongkar Rahasia Chintya (2)🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺Aku akan menghubungi Vera setelah sampai di rumah nanti.Setelah beberapa kali mengucap salam, akhirnya pintu rumah terbuka. Bik Jum menyambutku di depan pintu. Aku sudah sampai di rumah sekarang.Aku langsung masuk ke dalam kamar, lalu menekan nomor telepon Vera. Aku sudah tak sabar ingin menceritakan hal ini kepadanya."Halo, assalamualaikum, Ver" "Waalaikumsalam, apa kabar, Rat? Semuanya baik, kan?" ucap Vera."Alhamdulillah, aku baik dan semua masih bisa dijalani dengan ikhlas, Ver" "Syukurlah, ada apa meneleponku, Rat?" tanya Vera.Aku menceritakan semua kejadian yang kulihat tadi siang kepada Vera. Lalu mengirimkan foto lelaki yang bersama Chintya. "Oke, Rat. Aku akan cari info tentang laki-laki itu. Aku akan tanya pada Rio, dia juga kenal dengan Chintya. Mungkin aku bisa dapat info tentang laki-laki itu darinya. Kalau menurutku, Chintya pasti memiliki hubungan dengan lelaki itu," kata Vera lagi."Ya, Ver. Aku menunggu
Rekaman Percakapan ChintyaPagi-pagi sekali, Chintya pamit untuk membeli keperluan ulang tahun Keysha, kemarin tak jadi dibeli karena dia merasa kurang enak badan. Jadi dia pulang tanpa membawa apa-apa. Pintar sekali perempuan ini bersandiwara. Aku harus lebih hati-hati. Tapi, semua ini tak akan lama. Sebentar lagi, kedokmu akan terbongkar, Chintya. Sebelum berangkat ke rumah konveksi, aku menunjukkan hasil rekamanku tadi malam. "Coba Abang dengar baik-baik kata-kata, Chintya!" ucapku sembari menyodorkan hapeku yang berisi rekaman percakapan Chintya kepada Bang Faiz.Bang Faiz menempelkan benda pipih itu ke telinganya agar dapat mendengarnya lebih jelas. "Apa yang sedang kalian lakukan di sini? Kenapa belum berangkat ke toko, Faiz?" tanya Mama karena melihat kami masih duduk di kursi makan."Ini, Ma, coba Mama dengarkan rekaman ini!" Bang Faiz mem berikan hape itu kepada Mama.Mama melakukan hal yang sama seperti Bang Faiz, menempelkan hape itu ke telinganya. Mama terdiam setelah
Tes DNAMalam ini semua telah berkumpul di ruang makan, duduk mengitari meja makan tanpa sepatah kata pun yang keluar dari mulut kami. Hening, semua bungkam seakan ingin mengubur kejadian yang sudah terekam jelas di dalam hapeku. Apa mereka telah bersekongkol untuk menutup rapat masalah ini karena Chintya telah berhasil membujuk Mama? Apakah Mama menerima begitu saja penjelasan yang tak masuk akal dari Chintya?Kulirik ke arah Bang Faiz, dia masih sibuk menyendok makanan ke dalam mulutnya. Kenapa dia diam? Apa dia juga sudah di hasut oleh Mama, agar tak lagi mengungkit masalah itu? Apakah benar kalau Keysha adalah anak Bang Faiz?Tak dapat dipungkiri, kedekatan Bang Faiz dengan Keysha sudah dapat menjawab pertanyaanku. Tapi, alangkah lebih baik kalau dilakukan tes DNA saja. Agar kebenaran dapat dengan jelas terbukti dari pada hanya mereka-reka.Bisa jadi kan, Bang Faiz sangat sayang pada Keysha karena rasa sayangnya yang tak kesampaian pada putri kecil kami yang hilang, dan umurnya j
Hasil Tes DNAHari ini adalah hari ulang tahun Keysha. Sebuah pesta kecil telah dibuat untuk merayakan ulang tahun Keysha yang pertama. Tak banyak yang disiapkan Chintya. Tak ada hiasan ruangan. Tak ada balon berwarna-warni. "Cuma ini saja yang dimasak, Bik? tanyaku pada Bik Jum. "Iya, Bu. Kata Bu Chintya ini saja sudah cukup," jawab Bik Jum."Kue-kue atau puding dan semacamnya, gak ada Bik? Emang berapa orang yang diundang oleh Chintya?" tanyaku lagi. "Gak tau, Bu. Saya gak berani tanya-tanya," jawabnya lagi."Ya sudah, Bik." Aku meletakkan kotak kue ulang tahun di atas meja, yang kubeli tadi malam.Semua sudah berkumpul di ruangan ini. Bang Faiz menunggu di depan pintu. "Ngapain di situ Bang?" tanya Chintya kepada Bang Faiz."Nunggu tamulah! Kok belum ada yang datang?" tanya Bang Faiz balik."Aku gak ngundang siapa-siapa, Bang. Baru ulang tahun pertama juga, gak perlulah ngundang orang ramai. Cukup kita aja. Sayang uangnya dihambur-hamburkan. Ya kan, Ma?" Mama yang disebut Chint
FitnahAku harus mencari tahu tentang itu. Sekejam-kejamnya seorang manusia, rasanya tak mungkin membenci anak kandungnya sendiri. Kecuali ... kecuali Keysha bukan anak Chintya.Astagfirullah, mengapa aku bisa berpikir begitu? Kalau Keysha bukan anak Chintya, lalu anak siapa? DNA nya cocok dengan Bang Faiz. Apa Keysha putriku yang hilang?Deg! Darahku seketika berdesir. Gemuruh di dada tak dapat diredam. Aku kembali mengingat saat aku melahirkan Keysha. Aku yang harus dibawa kerumah sakit akibat ari-ari yang lengket, terpaksa meninggalkan bayiku di klinik bersalin bersama Mama dan Kak Intan. Baru saja aku sadar dari pengaruh obat bius yang disuntikan ke tubuhku. Aku sudah mendapat kabar kalau bayiku hilang diculik orang. Apa mungkin Mama telah menculik bayiku dan menyerahkannya kepada Chintya?Sementara waktu itu Chintya juga hamil. Lalu, kemana bayi Chintya? Ya Allah, aku semakin bingung. Bagaimana caranya aku membuktikan kalau Keysha adalah putriku yang hilang waktu itu? Aku haru