Share

Salah Lagi

Dari kemarin aku sama sekali tidak bisa menghubungi Tia, gadis bar-bar yang akhir-akhir ini benar-benar sudah mencuri perhatian ku. Melihat sikapnya yang jutek dan dingin tapi juga diselingi oleh sikap manjanya malah membuat aku semakin suka melihat apapun mimik wajah yang ditampilkan, seperti menonton sebuah film kartu lucu yang selalu bisa mengocok perut.

Makanya malam ini aku menjadi uring-uringan, telfon tidak diangkat dan bahkan pesan juga tidak dibalasnya. Meskipun memang biasanya aku juga sering diabaikan tapi untuk beberapa waktu ini dia sudah banyak berubah, menjawab telfon dariku meskipun dengan ogah-ogahan, membalas chat ku sesingkat yang dibisanya.

Kali ini aku merasa lain, merasa Tia sedang marah, meskipun aku yakin sama sekali tidak membuat masalah kepadanya untuk beberapa hari ini, bahkan aku lebih cenderung mengikuti semua maunya.

"Ada apa lagi dengan gadis ini," gumamku karena entah untuk keberapa kali aku menghubunginya tapi masih tidak kunjung diangkatnya.

"Oii Dit, ngapain Lo?" Tanya teman-temanku.

"Berisik," gumamku dan kembali menghubungi nomor Tia. Dia tersambung tapi sepertinya sangempunya tidak berkenan untuk mengangkatnya.

"Udah biarin aja dia, kalau udah bucin maka dua sekitar akan lupa, sama seperti Febri yang asik pacaran," ujar temanku yang lain menyahuti.

"Brengsek," makiku dan segera meninggalkan bascam. Menemui Tia saat ini adalah hal yang sangat penting.

Sesekali selama dalam perjalanan aku masih mencoba untuk menghubunginya tapi masih seperti sebelum-sebelumnya dia masih saja mengabaikan aku.

"Gadis ini kenapa sih," gumamku kesal.

"Bikin pusing aja," sambung ku.

Sesampainya dikosan aku dikejutkan dengan kehadiran Nara, yah kekasihnya Febri. Entah sedang apa gadis itu di sini atau jangan-jangan mereka malah satu kosan.

Tidak punya pilihan lain aku memutuskan untuk bertanya dengan Nara, meskipun gadis itu sedikit terkejut tapi aku tidak perduli, keberadaan Tia adalah prioritas utama ku.

"Kalian ada hubungan apa?" Tanya Nara curiga.

"Tidak, aku hanya sedikit ada urusan saja dengannya," kataku dan berusaha terlihat sesantai mungkin.

"Awas yah kalau Lo sampai nyakitin sahabat gw!" Ancam Nara dengan mata menyipit dan tampang diseram-seramkan. Padahal menurutku bukanya seram tapi malah terlihat lucu, meskipun dimataku Tia jauh lebih lucu.

"Jadi dia udah kekampus?" Gumam ku dan mengabaikan ancaman Nara itu.

"Iya dia ada bimbingan hari ini," ujar Nara lagi dan aku segera berpamitan.

Setahuku hari ini Tia tidak ada jadwal bimbingan, yah pasalnya selama ini aku selalu mencari tahu semua kegiatan Tia, maksudku kegiatannya dikampus dan aku yakin sekali kalau hari ini dia tidak ada jadwal bimbingan.

Tapi yakin Nara tidak mungkin berbohong akhirnya aku segera meluncur kekampus gadis itu dan mencarinya ketempat yang biasa digunakan untuk nongkrong oleh nya dan benar saja gadis itu sedang asik dengan makanan dan minumannya.

"Kamu disini?" Perkataan ku yang tidak dianggap sama sekali, bahkan dia malah semakin cuek dan mengabaikan ku.

Aku masih mencoba bersabar meskipun Tia terlihat luar biasa marahnya, tidak seperti biasa dia seperti ingin menonjok ku sampai babak belur.

Terus berusaha untuk mencari tahu kenapa dia marah aku malah menggangga mendengarkan ucapan terakhirnya sebelum dia berlalu meninggalkanku aku yang masih mencoba untuk mencerna omongannya dan sekaligus mengetahui situasi apa yang sedang aku hadapi.

Setelah kembali kenyataan aku segera berlari mengejar Tia yang bahkan sudah tidak tampak lagi, entah kemana perginya gadis itu.

Akhirnya aku memutuskan untuk kembali kekosanya Tia tapi kata temannya yang lain Tia belum pulang dari kampus dan aku semakin kalang kabut mencari gadis itu.

"Kemana sih?" Gumam ku dan menendang jok depan mobilnya.

"Gw selalu saja salah di matanya, bahkan dia bisa mengalahkan aku tanpa aku tau penyebabnya apa," gumamku tidak habis fikir.

Memutuskan untuk tetap mencari Tia yang entah berada dimana membuat aku hanya berputar-putar selam berjam-jam, sampai aku menyerah dan memutuskan untuk kembali ke apartemen saja.

Menenangkan diri sebentar sebelum nanti kembali mengunjungi gadis bar-bar yang sedang merajuk itu.

Sebenarnya aku paling anti dengan wanita yang seperti ini, marah tiba-tiba tanpa tau penyebabnya dan memakiku tanpa perasaan, parahnya lagi dia bahkan sama sekali tidak mau menjelaskan apa kesalahanku. Tapi lihatlah sekarang aku bahkan mencoba untuk mengabarkan hatiku kepada Tia gadis yang sepertinya bukanlah tipe ku itu.

"Kemana sih?" Gerutuku saat kembali operator yang menjadi penjawabnya.

"Brengsek, sialan," makiku dan menendang meja kayu yang berada didepanku.

Melemparkan hp kesembarang arah aku merebahkan tubuhku dan mencoba untuk tidur, yah ini adalah jalan yang tepat untuk ku dalam keadaan bergejolak seperti sekarang ini.

Entah berapa lama aku tertidur dan saat terbangun jam sudah menunjukkan pukul 3 siang dan aku dengan malas-malasan segera membersihkan tubuh dan memesan makanan delivery. Setelahnya aku kembali mencoba untuk menghubungi gadis itu.

"Benar-benar yah," gumamku dan meremas hp ku dengan kesal.

"Tidak tau dia kenapa, tiba-tiba langsung marah seperti ini malah membuat aku bingung," gumamku entah kepada siapa.

"Seandainya kalau aku ada salah langsung dibilangin, bukanya seperti ini, menghilang tanpa membuat aku kalang kabut sendirian," gumamku yang aku yakini untuk diriku sendiri.

Akhirnya saat jam makan malam usai aku kembali menemui Tia di kosannya dan sepertinya gadis itu benar-benar tidak mau menemui ku, meskipun aku teriaki dari depan kosannya dan yah aku malah mendapatkan semprotan dari teman-temannya yang mungkin terasa terganggu.

Tidak ingin menjadi santapan warga setempat aki aku terpaksa meninggalkan kosan Nara tanpa hasil, tapi besok aku akan datang lagi dan mencoba untuk kembali berbicara dengan gadis itu.

"Masih kusut aja tampang dia," ujar teman-teman ku saat aku baru saja menghempaskan bokong ku diatas sofa empuk salah satu bar.

Tadi saat aku dalam perjalanan pulang, salah satu temanku mengatakan kalau mereka sedang kumpul-kumpul di bar ini dan tanpa fikir panjang aku langsung meluncur.

"Febri mana?" Gumam ku saat tidak melihat sahabat baikku itu tidak ada disini.

"Gak tau gw, tadi gw hubungin gak di jawab," kata mereka.

Segeralah aku menghubungi dia dan memintanya untuk bergabung dengan kami juga.

Meneguk minuman mematikan ini membuat aku melupakan sedikit hal yang memusingkan kepala, ditambah dengan barang baru yang disodorkan oleh anak-anak membuat aku benar-benar lupa diri.

Menghabiskan malam dengan bersenang-senang menjadi penutup hariku yang galau, melupakan Tia dan semua masalah yang datang kepadaku, semua hal yang membuat aku merasa tertekan, yang ada sekarang adalah kebahagiaan semu saat aku merasa terbang dan melayang.

...........

"Udah pergi itu anak?" Gumam ku dan melihat kearah luar kamar. Tidak menemukan mobil Adit membuat aku menarik nafas dengan berat.

"Dasar laki-laki sialan, enak saja mau coba-coba mempermainkan aku," gerutuku lagi.

"Lihat saja nanti aku akan mengajarimu kalau masih berani mendekatiku," gerutuku lagi dan segera merebahkan tubuhku diatas tempat tidur.

Memenangkan hatiku yang masih berdebar dan meyakinkan diri kalau Adit bukanlah laki-laki yang baik dan dia sama saja seperti laki-laki berengsek lainnya, ingat luka yang kau dapatkan dari laki-laki yang bertipe sama seperti itu.

Setelah puas menggerutu tanpa henti aku memutuskan untuk tidur saja, selain karena mata mengantuk hari juga sudah malam dan besok aku akan bermain dan memanjakannya diriku sepuas yang aku bisa. Mungkin mengajak Nara akan jauh lebih asik, tapi sayangnya sahabatku itu sangat sibuk luar biasa akhir-akhir ini jadi dipastikan besok hanya aku sendiri yang akan berpetualang.

Helo hello hello hello semua, ketemu lagi kita di cerita abal-abal ini, nah gimana nih sama sikap menyebalkannya Tia?! Semoga kalian suka yah sama kisah dua sejoli ini, hehehehe

Terimakasih buat teman-teman yang sudah mampir ke cerita ini. Mohon kritik dan sarannya juga yah, biar aku bisa memperbaiki tulisanku untuk kedepannya. Dsaahh semuaaaaa.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status