Share

kehidupan baru

Di dimensi lain ....

Seorang gadis cantik, berusia sekitar 20 tahun, mengenakan sebuah gaun putih yang indah. Gaun tanpa lengan, dengan belahan dada yang tak terlalu terbuka. Mutiara-mutiara indah ikut menghiasi gaun itu. Sangat cocok dengan kulit gadis itu yang putih seperti salju.

Seorang pelayan datang memberinya minuman. Dia menerimanya dan sedikit tersenyum tipis kepada pelayanan tersebut. Meneguk air itu dengan perlahan dan elegan, sangat terlihat seperti putri bangsawan.

Niatnya untuk menghilangkan dahaga, tapi malah rasa pusing yang menyerangnya.

"Ada apa?" tanya pria di sampingnya.

"Tidak," jawab gadis itu singkat dan datar. Sang pria hanya berdehem, tak lagi peduli.

Rasa sakit di kepalanya tak dapat ditahan lagi. Gadis itu pamit undur diri kepada pria di sampingnya. Tapi sang pria hanya berdehem saja. Sepertinya kesal kepada gadis itu.

Gadis itu pergi ke kamarnya. Di perjalanan, otaknya tak henti berpikir. Kenapa kepalanya sangat pusing?

"Apa ini waktunya?" . Batinnya sendu.

Gadis itu mendudukkan tubuhnya di atas ranjang. Matanya menatap langit-langit kamar. Berpikir.

"Aku tidak ingin hal lalu terulang kembali. Kenapa aku harus mengingatnya sekarang? Andai saja aku mengingatnya lebih cepat, aku tak perlu melakukan hal ini. Dan andai saja aku kuat. Hah, tidak apa. Gadis ini sangat kuat, pasti dia bisa melalui semuanya. Inilah saatnya ...."

Mata gadis itu terpejam, kemudian lemas tak berdaya. Tapi setelahnya, tubuh gadis itu tiba-tiba di kelilingi cahaya yang sangat terang. Kemudian, perlahan kembali meredup.

࿇ ══━━━━✥◈✥━━━━══ ࿇

"Sampai jumpa di kehidupan selanjutnya, Alejandro, Carel, Edgar. Aku pasti akan membalas rasa sakit ini!!" – Aluna Chelonia.

"Uhuk-uhuk!" Aluna sontak membuka matanya saat sesak di area dadanya. Sangat menyesakkan dan sedikit ngilu di ulu hatinya. Gaun putihnya sudah kotor terkena muntahan cairan merah.

T-tunggu, GAUN?!

Tersadar ada sesuatu yang ganjal, matanya dengan liar mengamati sekitarnya.

Sebuah ruangan yang luas dengan pencahayaan yang temaram. Perabotan-perabotan yang digunakan terbuat dari kayu, yang menurut Aluna kayu yang dipakai berkualitas terbaik dan pasti harganya sangat mahal. Dan ranjang yang saat ini ia tempati, terlihat kuno tapi sangat empuk.

Tentu saja hal yang pertama muncul di benak Aluna ialah, dimana ia berada sekarang? Seolah menjawab rasa penasaran Aluna, sebuah cahaya kecil muncul, yang lama kelamaan cahaya itu semakin membesar. Aluna sedikit beringsut, takut.

Berawal dari sebuah titik cahaya, berubah menjadi cahaya sebesar kepalan tinju orang dewasa. Aluna mengernyit akibat silau dari sinarnya. Bola cahaya putih itu melesat cepat menghantam kening Aluna. Matanya reflek terpejam dan memekik menahan sakit.

Sakit yang dirasakan Aluna hanya sebentar, setelah beberapa detik, sakit di keningnya berangsur menghilang. Aluna kembali membuka matanya, dan kini ruangan yang temaram tapi berubah menjadi sebuah tempat yang serba putih. Tidak ada warna lain selain putih. Aluna sebentar merasa pusing dan linglung. Semua perasaan linglung dari Aluna terkendalikan saat sebuah benda seperti layar hologram muncul di depannya.

Layar itu menampilkan kehidupan sebuah keluarga bangsawan yang berakhir tragis. Awalnya, nampak sepasang suami istri berpakaian mewah sedang bercanda ria dan seorang gadis kecil di gendongannya yang hanya diam. Si gadis kecil itu beranjak dewasa dengan kesehatan mental yang rusak, akibat selalu dirundung orang-orang. Orang tuanya pun tak tahu soal itu, sebab si gadis selalu diam dan tak banyak bicara. Itu memang karakternya dari lahir. Jadi, diamnya si gadis dianggap hal wajar oleh kedua orang tuanya. Pada suatu pagi, keluarga itu melakukan perjalanan yang jauh, entah ke mana. Aluna pun tak tahu, karena dia hanya bisa melihat tanpa bisa mendengar.

Saat dalam perjalanannya—di sebuah desa yang berada di pelosok—kereta keluarga itu diserang oleh sekelompok bandit yang terkenal kejam di sana. Kedua orang tua si gadis mati dibunuh, tepat saat si gadis hendak dibunuh, seorang pria yang sangat tampan menolongnya. Dia membantai habis para bandit. Lalu, Aluna kembali melihat saat ibu dari si gadis tiba-tiba bangun kembali. Aluna pikir, si ibu sudah metong, hehe.

Si ibu dan pria itu tampak membicarakan hal serius. Sedang si gadis hanya diam dengan tatapan kosong. Tumbuh dengan mental yang rusak, kejadian ini tentunya membuat dia shock. Dia bahkan tidak tahu jika sang ibu masih hidup—walau keadaannya sekarat. Setelah si pria nampak mengangguk beberapa kali, si ibu akhirnya luruh tak bernyawa.

"Aluna Zeline Demetrios."

Aluna kaget, saat dia dapat mendengar suara si pria dari layar hologram itu. Dan ...siapa Aluna Zeline Demetrios? Nama dia memang Aluna, tapi nama panjangnya bukan itu. Belum sempat rasa penasarannya terjawab, layar hologram itu menghilang begitu saja. Aluna berdecak kesal dibuatnya.

"Kenapa mesti hilang, sih?! Aku masih penasaran. Dan lagi, ini tempat apa? Kenapa putih semua. Mataku jadi sakit jika begini. Lalu ini, gaun dari mana pula, hah?! Aku tidak pernah memakai gaun! Ck."

"Huaaaa! Ini di mana?! Kenapa aku jadi seperti nonton film disini. Tapi aku hanya menonton sendirian ...."

Tanpa sadar, saat Aluna asik berceloteh kesal, sebuah layar hologram kembali muncul. Tapi menampilkan film yang berbeda. Bak sebuah sinetron, adegan demi adegan diperlihatkan tentang kehidupan rumah tangga dua insan yang sangat dingin.

Si wanita yang pendiam dan selalu murung, dipasangkan dengan pria yang juga pendiam dan tampak kaku. Bahkan untuk menyapa sang istri pun, bibir sexsinya itu seperti berat sekali untuk berbicara. Sang istri pun tak terlalu peduli, selalu sibuk dengan kesendiriannya dan merenung. Sungguh pasangan yang serasi.

Sayang sekali Aluna tak menyaksikan film 'romantis' itu. Dia sangat sibuk dengan amarahnya dan baru sadar saat melihat sang wanita, yang ternyata si gadis tadi, mengakhiri dirinya dengan menenggak racun mematikan.

"Arghh! A-apa yang terjadi?! AKU MELEWATKAN APA, YA TUHAN?! APA YANG TERJADI? KENAPA DIA MATI?! AKU TIDAK TAU! TADI AKU TIDAK SADAR HOLOGRAM ITU MUNCUL KEMBALI, KENAPA TIDAK ADA YANG MEMBERITAHUKU! AH, SIALAN!"

"Aku lupa jika hanya ada aku sendiri di sini ...," ujar Aluna lesu. Badannya luruh ke lantai, dengan menekuk kedua lututnya. Menyembunyikan wajahnya di balik Kedua lutut yang menekuk.

Lagi-lagi Aluna terlalu asik dengan dunianya sendiri, sampai tak menyadari bahwa dia telah kembali ke tempat pertama dia membuka mata. Jika posisi Aluna tadi duduk dengan kedua lutut yang menekuk, tapi sekarang, saat dia terbangun kembali di ruangan pertama yang dia lihat, posisi tubuhnya berubah menjadi terbaring di atas ranjang. Entah kenapa tubuhnya juga terasa sangat lemas, sampai dia tak sanggup membuka mata.

Di sisi ranjang, ada tiga anak manusia yang menatap Aluna khawatir. Ah, tepatnya, seorang wanita paruh baya yang menatap khawatir, seorang remaja laki-laki dengan tatapan tak suka, dan seorang pria dewasa yang menatapnya dalam.

"Cih! Hanya karena diracuni saja membuatnya sekarat. Dia tidak cocok menjadi istrimu, Kakak," ujar remaja laki-laki dengan ketus.

Wanita paruh baya itu menatap remaja laki-laki dengan tajam. "Jaga ucapanmu, Mickhe! Dia iparmu sekarang. Anggaplah dia kakak perempuanmu dan selalu jaga dia."

Remaja laki-laki yang dipanggil Mickhe itu berdecak kesal. "Tsk. Ibu, mengertilah, kakak adalah orang yang disegani dan ditakuti. Orang-orang menjulukinya sebagai 'dewa perang'. Dia seharusnya menikah dengan wanita kuat dan cerdas. Seperti Nona Leonor."

"Tapi aku sudah menikahinya. Buang jauh-jauh keluhanmu itu, Adik," ujar Zein dingin.

"Aih, kenapa pula dia yang harus menjadi iparku."

"Aku juga tidak berharap memiliki adik ipar yang bermulut pedas sepertimu, Bocil!"

✎﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏ Author Zee.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status