Setelah tiba di Amerika Serikat, karena Flora Megani memiliki keluarganya sendiri, Ibra pergi ke keluarga Flora bersama orang tuanya untuk mengantar Flora pulang ke orang tuanya sebelum kembali ke keluarga River.
Pada Malam Tahun Baru, meskipun tidak ada suasana Tahun Baru yang meriah di Amerika Serikat, karena sebagian Keluarga River sedang berduka atas hilangnya Hexa.
Namun kehadiran Baby D yang sudah berusia lebih dari dua bulan memberi kemeriahan tersendiri di tengah keluarga, jadi pada siang hari dia tidak lagi hanya makan dan tidur, dia sudah bisa menanggapi semua orang yang menggodanya.
Pria kecil ini sangat mirip dengan Andres ketika dia tidak tersenyum, tetapi ketika dia tersenyum, dia sangat mirip dengan Mili saat masih kecil. Alhasil, hampir seluruh keluarga kini mengerumuninya.
Terima kasih sudah setia membaca novel ini, ikuti juga on going novel author yang lain: Menaklukkan Mas Dewa. Untuk kisah cinta Moly dan Agus, Bianca dan Albert, juga Hexa, mungkin kedepannya Author akan menghadirkannya dalam bentuk Sequel dari Another Marriage. Bye... Love you all
Baca kisah selengkapnya dalam novel: Get Pregnant By Qeqe Sunarya 21++ https://www.goodnovel.com/id/book_info/31000026074/Romance/Get-Pregnant ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Jakarta, Megapolitan Indonesia. Sebuah club yang berisik itu, riuh dipenuhi dengan pria dan wanita yang sedang memutar pinggang dan melepaskan emosi mereka di lantai dansa, di bawah sorot lampu strobo warna-warni. Se-sosok menerobos kerumunan, mengenakan kaos putih dan celana jins biru muda dengan rambut kuncir kuda sederhana, lebih terlihat seperti seorang mahasiswa berusia awal dua puluhan. Namanya Risa Dewi, dia hampir roboh oleh suara dentuman musik DJ itu begitu masuk. Ini jelas bukan kebiasaannya, tidak pada tempatnya Dia berada di lingkungan seperti ini. Pertama kali berada di sini, butuh beberapa menit bagi Risa Dewi untuk menyesuaikan diri dengan tempat ini. Sebelum kemari, Dia sudah menggunakan alat tes ovulasi untuk memastikan Dia akan berovulasi dalam 24 jam 48 menit k
Puncak, Jawa Barat. Di atas panggung, gaun wanita calon pengantin bersinar dengan cahaya yang indah. Hiasan gaun itu membuatnya semakin mewah, menyiratkan kesombongan dan kekayaan yang tak tertandingi. Calon pengantin wanita, Anna Syam, sekarang berdiri di atas panggung, tersenyum dengan pria kekar dan tampan di sampingnya. "Calon pengantin pria, apakah Kau bersedia untuk bertunangan dengan calon pengantin wanita yang cantik di depanmu, hidup bersamanya sesuai dengan ajaran Agamamu hingga hari pernikahan kalian tiba dan menjadi satu di hadapan Tuhan, cintai dia, hibur dia, hormati dia, dan melindunginya? Disaat dia sakit atau sehat, kaya atau miskin, maukah kamu tetap setia padanya sampai maut memisahkan kalian?" Michelle menyaksikan prosesi pertunangan yang khidmat di hadapannya dengan wajah pucat tanpa suara. Jantung Michelle menegang saat dia menatap Arga Hiratama, yang berdiri di atas panggung. Enam bulan lalu, pria ini adalah tunangannya. Pertunangan ini seharusnya adalah p
Michelle masih mengenakan jubah mandi, bersandar di jendela dan menatap ke arah acara makan malam yang meriah di bawah. Andai saja Arga tidak kehilangan ingatan ... Memikirkan hal ini, Michelle segera menggelengkan kepalanya dengan penuh semangat berusaha menghapus asumsi apapun. Dia tidak ada hubungan dengan seorang Arga Hiratama lagi! Dia berdiri, baru saja akan berbalik, tiba-tiba sepasang tangan terulur dari belakang, dan mengejutkannya. Yang terjadi selanjutnya adalah ciuman penuh hasrat yang luar biasa, dengan nafas maskulin, memancarkan rasa hormonal yang kuat, membuatnya merasa terintimidasi.
Entah berapa lama sebelum Pria misterius itu perlahan pulih dari efek obat. Jakun di tenggorokannya bergulir beberapa kali, dan dia telah mencapai pelepasannya untuk yang kedua kalinya, jauh di dalam rahim Michelle. Dengan memeluknya erat-erat, suaranya bergetar: "Katakan, Siapa namamu?" Michelle hanya merasa seolah-olah seluruh tubuhnya telah dilindas roda peti kemas besar yang berat, begitu menyakitkan dan membuatnya lemah, hingga hampir hancur. Dia mengulurkan tangannya, mencoba mendorong pria itu: “Tidak peduli siapa namaku! Kau keluar! Aku membencimu!" Rupanya, pria itu telah menggunakan terlalu banyak tenaganya, membuat luka robek di dadanya semakin terbuka, darah menetes ke laintai. Saat ini, otaknya mulai lemah menangkap instruksi, kesadarannya mulai kabur. Sambil men
Tujuh tahun kemudian. Jakarta, pusat komersial dan budaya Indonesia, sedang memasuki era mode. Pada hari ini, hampir semua orang terkenal di industri hiburan datang untuk berpartisipasi dalam acara akbar yang diselenggarakan oleh Frimental Entertainment. Menurut gosip, akan ada tamu penting pada acara hari ini. Beberapa orang berspekulasi bahwa ia adalah Raihan, presiden baru Grup River yang mengambil alih kekuasaan tujuh tahun lalu. Namun, semua ini tidak ada hubungannya dengan Michelle. Ini sudah waktunya pulang, jam kerja sudah habis. Tapi Michelle menerima telepon dari bosnya yang meminta untuk mengirimkan gaun cadangan ke sebuah pesta.
Michelle sengaja berpura-pura tidak melihat pria itu, dan siap untuk pergi. Tapi Arga membuka mulutnya: "Anna, ini ...?" Matanya yang jernih tertuju pada Michelle dengan ragu. Ketika Anna melihat Arga datang, 180 derajad sikapnya berubah. Seketika Dia meraih lengan Arga dan berkata dengan lembut, "Arga, pakaianku kotor, jadi aku meminta desainer mengirimkannya lagi, mereka mengirim wanita ini untuk membawakanku gaun yang baru." "Oh." Arga memandang Michelle dan berkata: "Apa Anda dari studio Fashion?" Elle mengangguk, dia mengangkat matanya, menatap mata Arga. Pada saat ini, kenangan tujuh tahun lalu, membanjiri pikirannya. Di pesta
Tubuh Elle menegang, ia memiliki firasat buruk. Elle takut Anna mengenalinya. Seolah mengenali siapa yang sedang berada dihadapannya sekarang, Anna menatap Elle dari atas sampai ke bawah dengan perlahan kemudian, berteriak: "Nona, apa kamu seorang jurnalis 'infotainment'? Aku pernah melihatmu!" “Fiuuuh,” Elle bernafas lega. Benar. Dulu, dia pernah bekerja di media penyiaran iklan untuk sementara waktu, tetapi hanya sebagai pekerjaan paruh waktu. Dia ditugaskan untuk pengambilan foto dan dibayar berdasarkan jumlah foto yang dia dapatkan. Padahal, dia yakin bahwa dulu saat bertugas sebagai jurnalis dirinya tidak pernah bertemu Anna.
Anna menatap punggung Michelle; dia memiliki keraguan dalam hatinya. Dengan hanya beberapa langkah saja, dia merasa Michelle telah berubah, seperti kepompong yang tiba-tiba bertransformasi menjadi kupu-kupu. Tapi baginya Michelle masih terlihat seperti badut, dia masih mengenakan pakaian set seratus ribuan yang mungkin dibelinya dari toko-toko pinggir jalan! Michelle duduk di depan piano dan mencoba memainkan sebuah nada. Benar saja, dengan hanya menekan satu tutsnya saja Michelle bisa tahu bahwa itu adalah piano yang bagus. Satu nada saja pada tuts-nya membuat semua orang seolah-olah mendengar gemerincing lonceng. Begitu dia mendongak, dia menemukan sepasang mata sedang mengawasinya.