Meski sang supir ragu, Raihan Rivero selalu bersungguh-sungguh dengan apa yang dia katakan, jadi sang supir memutar balik mobil dan kembali ke halte.
Alih-alih bus, Maybach yang datang menghampiri halte itu. Michelle tidak menghiraukannya dan terus melihat ke arah dimana bus itu akan datang.
Tiba-tiba, jendela barisan belakang Maybach warna hitam turun. Kemudian, suara laki-laki yang dalam dan bermagnet rendah terdengar, nada teksturnya yang gentle dan mewah tidak sesuai dengan halte kotor itu: "Get ib the car!”
Michelle menoleh dan menatap mata Raihan.
Michelle terkejut, apa dia berbicara dengannya?
Seketika Michelle melihat sekeliling
Michellesedikit gugup, tapi dia tetap tersenyum senatural mungkin. "Tuan Han, bisakah Anda membantu saya membukanya?" Raihan menyipitkan matanya dan pura-pura berpikir. Namun, dengan suara lirih, kunci mobil terbuka. Michellemenghela nafas lega dan berterima kasih lagi pada Raihan. Kemudian dia membuka pintu dengan tenang dan pergi, tidak terlalu tergesa-gesa pun, terlalu lambat. Setelah dia masuk ke dalam rumah, mobil Raihan berbalik dan menghilang. Ketika sampai di dalam rumah, Michellemendapati dirinya berkeringat. Cahaya di ruangan itu terang, dan putranya, Ibrahim sedang menonton film Hero. Melihat punggungnya, dia mengangkat alis ke arahnya dan berkata, "Ibu cantik, kamu kembali satu jam lebih lambat
Entah kenapa, Michelle tiba-tiba teringat pada Raihan. Michelle mengamati wajah Ibra, jika dilihat-lihat memang wajah Ibra memiliki banyak kesamaan dengan Raihan, tapi ada beberapa bagian juga yang tidak sama. Michelle menghela nafas, bagaimana mungkin Raihan? Karena meski kualitas cincin yang disematkan Pria asing malam itu sangat bagus, tapi tidak ada permata maupun berlian di cincin itu. Itu tidak terbuat dari logam mulia. Itu hanya perhiasan paladium yang dilapisi emas. Orang kaya seperti Raihan tidak akan memakai cincin semacam ini! Dia menggelengkan kepalanya dan memaksa dirinya untuk berhenti berpikir. Tidak peduli siapa ayah kandung anak itu, itu hanya kecelakaan. Sekarang,
River Group berkantor pusat di Amerika Serikat dan memiliki jaringan global hotel bintang lima. Karena itu, Raihan menghabiskan hampir separuh waktunya di luar negeri. Kali ini, Dia kembali untuk membahas kontrak kegiatan festival film, yang merupakan langkah awal bagi Keluarga Rivero untuk memasuki industri hiburan. Begitu dia selesai memproses pekerjaan di emailnya, dia memeriksa informasi yang dikirim oleh Sekertaris Teddy. "Fitriana Darmawan, 25 tahun, tinggal di Jakarta Selatan, lulusan SMA ..." Raihan mengerutkan kening saat melihat keterangan itu. Tingkat pendidikan SMA, bagaimana dia bisa bermain piano da
Karena ada kamar kecil untuk Asisten Pribadi di kamar President suite, Michelle akan membawa barang-barangnya dari asrama staf ke kamar kecil ini. Ketika dia masuk ke asrama, rekannya datang dan bertanya: "Michelle, Tuan Han memintamu untuk menjadi asisten pribadinya? Apa kalian saling mengenal sebelumnya?" Michelle tersenyum enggan: "Bagaimana orang miskin seperti saya bisa mengenalnya?" "Lalu, Mengapa dia mengangkatmu menjadi asisten peibadinya?" "Saya tidak tahu." Michelle berkata lagi, "Sebenarnya, menjadi asisten pribadi tidak selalu enak. Jika dia tidak puas, saya bisa kehilangan pekerjaan." "Michelle, banyak k
Di pagi hari, Raihan harus pergi untuk urusan bisnis, jadi Michelle tetap tinggal di suite. Sekitar pukul sepuluh, dia menerima telepon dari Teddy, memintanya pergi ke pintu masuk hotel untuk mengambil dokumen. Raihan perlu menggunakannya saat dia kembali nanti. Michelle mengambil dokumen itu, dan ketika dia sedang berjalan kembali ke suite, dia melihat Anna dan Arga. Saat ini, Anna sedang duduk di dalam aula yang mewah dan terang, menandatangani beberapa CD dan mengobrol dengan penggemar. Sekitar 10 meter dari Anna, Arga sedang menelepon. Meskipun dia hanya menunjukkan punggungnya kepada orang banyak, dia masih menarik perhatian banyak gadis. Michelle menarik nafas dalam dan berbalik untuk pergi. Pada saat itu, Veronica menghentikannya: "Fitria, bisa Saya minta tolong?" Michelle melihat dokumen di tangannya dan ragu-ragu: "Saya sedang membawa dokumen Tuan Han. Dia meminta Saya untuk membawanya kembali ke kamar ..." "Oh, oke. Meja itu harus segera dipindahkan dari sana." Be
Anna mengambil cincin itu, dengan selembar kain yang telah disiapkan asistennya, Dia mengelapnya dengan hati-hati, lalu perlahan-lahan meletakkannya di jari manis, kemudian melihat ke arah Michelle: "Nona, jika kamu kekurangan uang, kamu bisa memberitahuku, aku mungkin bisa memberi Anda sumbangan, tapi mencuri barang orang lain itu tidak baik! " Pada saat yang sama, Arga juga memandang Michelle, matanya sedikit terkejut. "Nona Syam, saya tidak mengambil cincin Anda. Meskipun barang itu ditemukan di saku saya, itu hanyalah suatu kesalahpahaman. Saya berharap Anda mau memeriksa CCTV yang ada di aula ...." "Maaf, kami memiliki perjanjian kerahasiaan. Video itu hanya akan diberikan kepada wartawan dan tidak akan dipublikasikan,
Dengan gerakan perlahan, Raihan memakai jam tangannya kembali, tapi matanya dingin dan serius, menyapu semua orang yang ada disana, dengan nada tegas dan mendominasi ia berkata: “Fitriana adalah asisten prdibadiku. Segala sesuatu di kamarku tak ternilai harganya, dan dia tidak mengambilnya. Bagaimana dia bisa mencuri cincin sekecil itu?!" Sesaat Anna terdiam, berdiri di sana, dengan memegangi tangan Arga. Entah karena dia merasa marah atau malu atau sesuatu yang lain, jari-jarinya gemetar. Dia berhasil tersenyum meski terasa sulit: "Maaf. Mungkin kami sudah membuat kesalahan!" Raihan mengabaikannya, memandang Michelle yang berdiri di sampingnya dan berkata, "Ayo pergi!" Michelle merasa sedikit terharu
Michelle berjuang dan ingin berdiri. Namun, dia sangat lemah, dan tanpa dia justru menarik handuk mandi yang melingkari pinggang Raihan. Michelle tidak menyadari bahwa ekspresi Raihan menjadi semakin kompleks. Apakah wanita ini akan menggodanya? Raihan menjadi acuh tak acuh. Jika benar ia akan menggodanya, wanita seperti ini pasti akan diusir olehnya. Tapi, wanita ini sedang basah kuyup sebagian besar wajahnya terhalang oleh rambutnya, Raihan hanya bisa melihat dagu juga sepasang matanya yang besar. Sedikit mengejutkan. Lekuk dagunya indah, matanya cerah menawan, seperti peri cantik yang sedang menyamar. Raihan mengulurkan tangannya untuk menyingkap rambut di pipi Michelle.