Sihir adalah sesuatu yang paling misterius. Akan tetapi, ada hal yang lebih misterius daripada sihir.
Kekuatanku.
Awalnya, aku adalah Pemburu Artemis biasa yang menggunakan senjata. Ibu mengajariku dengan baik, tetapi hanya sampai sana. Aku bukan pemilik sihir. Aku bukan pemburu yang mengagumkan. Akan tetapi, aku bukan orang naif.
Aku membunuh dan membunuh bila diperlukan. Bahkan tanpa ragu. Aku pemberani dan tidak kenal takut. Aku tak peduli pada siapa yang ada dihadapanku. Sehingga aku bisa menantang malaikat maut dengan kata tak sopan tanpa takut mereka akan mencabut nyawaku.
Karena mereka takkan melakukannya.
Saat Luc kuberitahu alasannya, dia tertawa sangat keras. “Kau benar. Aku takkan membunuhmu. Kecuali apa yang ada di dalamku mulai membuat masalah.”
Dulu, aku masih begitu muda dan bertanya, “Apa yang ada di dalamku?”
“Pedang bermata dua. Sesuatu yang hebat. Sesuatu yang berbahaya.&r
Hydenia ditelan kekuatannya.“Sialan!”Luc harus menyelesaikan hal ini secepat mungkin, atau tidak ada waktu untuk menarik gadis itu kembali dari kegilaannya. Semakin lama orang itu hidup, semakin banyak penderitaan yang dimilikinya. Black Mist memakan penderitaan itu, mengembalikan trauma yang terkubur dalam, menjadikannya lemah, dan pada akhirnya membuat pemiliknya gila.Black Mist seharusnya tidak dimiliki manusia manapun, tetapi Hydenia memilikinya.Itu adalah alasan Luc bersamanya. Bukan hanya karena gadis itu pemberani dan sangat menarik, tetapi juga kekuatan gila yang mengendap di dasar tubuhnya. Sebuah pasir hitam yang mengerikan. Begitu melihatnya, Luc bisa melihat kengerian yang akan ditimbulkannya bila dia lepas kendali.Meski begitu, Hydenia adalah orang yang sangat menganggumkan. Kepercayaan dirinya. Caranya mengangkat kepala. Keanggunannya saat bertarung. Semua itu membuatnya terus berada di sebelahnya. Keinginan ‘ak
Mobil polisi yang tengah berpatroli tampak lewat di depan apartemen. Mereka sesekali berhenti untuk menegur orang-orang yang masih berkeliaran. Ini hampir tengah malam, tetapi tidak seperti biasa, orang-orang telah menutup dan mengunci pintu. Ketakutan masih menggantung kental. Itu wajar karena kejadian beberapa hari yang lalu.Aku menutup kelambu. Kopiku terasa hambar di tangan, membuatku tidak berniat menghabiskannya lagi. Di meja, foto-foto korban berserakan. Kulit-kulit yang terbakar, melempuh, bernanah, dan berkerut mengerikan. Wajahnya hampir tak bisa dikenali, padahal di sebelahnya, aku meletakkan foto gadis cantik yang tersenyum senang. Matanya bersinar senang, rambutnya yang pirang seperti karamel berkibar karena angin, dan ditangannya ada pom-pom.Clarissa Jensky.Usianya dua puluh satu tahun. Lima hari lalu ditemukan terbakar, tetapi api itu menyisakan baju dan identitasnya seolah api-api itu memilih apa yang akan dilahapnya. Penanggung jawabku memint
Black Stone High School tampak seperti beberapa bangunan berbaris yang dijadikan sekolah. Mereka tidak memiliki gedung berlantai dua, sehingga sekolah ini terlihat luas dengan dinding yang mengitarinya masih baru. Bukan hal yang mengejutkan sebenarnya, karena Black Stone bukanlah kota besar. Aku harus melewati hutan tak berkesudahan selama dua jam. Jalan yang berkelok-kelok dan curam membuat kota ini semakin terpencil. Sebuah kota yang tepat untuk hidup sebagai makhluk supernatural yang tersembunyi.Cahaya terasa terik meskipun ini masih pagi. Tempat parkir masih sedikit terisi. Diisi oleh mobil-mobil cukup tua, hingga membuat mobilku tampak mencolok. Haruskah aku membeli mobil yang lebih membaur? Sebaiknya tidak. Aku tidak ingin membuang uangku hanya untuk berbaur.Pagar besi itu berbau karat dan kelupas cat lama. Dinding-dinding berbata merah itu berbau lumut. Aku turun dari mobil dan menyibak rambut. Hawa panas bukanlah favoritku, tetapi memulai hari di pagi yang ce
Ada korban ke dua. Aku berdesak-desakan di antara para penonton yang penasaran. Para polisi mencoba mendorong kerumunan untuk mundur dan memasang garis polisi. Beberapa orang tengah memotret mayat itu dari dekat, bukan para wartawan, mereka melakukannya di belakang garis polisi sembari mencondongkan tubuh sebisa mungkin untuk mendapat gambar yang lebih baik. Beberapa yang lainnya mengejar polisi yang keluar dari garis, mencoba mengorek informasi sebanyak mungkin. Dilihat dari kebingungan mereka, para polisi belum menemukan petunjuk apa pun. Aku menatap mereka skeptis. Bukan bermaksud jahat, tetapi hal ini memang tidak berada dalam jangkauan kalian. Orang-orang saling membisikkan ketakutan, kemungkinan, dan spekulasi. Tidak banyak yang berarti. Hanya sayup-sayup tentang apakah Kuda Setan itu yang melakukannya. Aku sudah mendengar tentang Kuda Setan itu beberapa kali. Dia adalah legenda yang ada bahkan lebih tua dari kota ini sendiri. Konon kuda itu tinggal di
Kejadian tadi malam membuat kelas menjadi lebih tegang daripada sebelumnya. Saat makan siang, mereka tidak lagi fokus pada pertanyaan-pertanyaan remeh tentang kehidupanku sebelumnya, dan memilih membicarakan pembunuhan itu. Namanya Juliet Manson. Usianya tak jauh beda dengan gadis sebelumnya. Dibunuh tanpa ada saksi mata, dan menghebohkan. Smith menunjukkan foto mayatnya, tetapi Joce segera menjerit dan menepisnya. Angela tampak pucat, lantas menjauhan nampan makannya.Aku tidak terlalu ingin bergabung dengan kelompok siswa, tetapi mereka cukup bisa ditoleransi. Lebih berisik dari kelompok-kelompok lain, tetapi mereka penyuka gosip. Mereka sering menceritakan banyak hal, dan itulah yang kuinginkan. Kecuali Smith, dia orang yang menginginkan kepopuleran dan perhatian. Sehingga ketika dia mendekatiku, aku tidak bisa menahan diri untuk tidak membuatnya tersinggung.Di sisi lain kantin, Daniel sering melambai padaku dari kelompok anak-anak populer setiap kali mata kami ber
Masih ada banyak waktu sebelum pukul tujuh malam, dan dia tidak akan muncul meskipun aku datang lebih awal. Sehingga aku memutuskan untuk beristirahat terlebih dahulu. Jenazah Juliet masih tersimpan di ruang mayat dan akan segera dimakamkan besok. Sayangnya, tidak ada yang bisa kudapatkan dari sana. Tidak ada yang mencurigakan. Mayat itu terbakar hingga habis. Tidak jejak supernatural dari tubuhnya. Satu-satunya kesempatanku adalah kertas itu.Siapa orang itu? Orang itu ada di sekolah, aku yakin itu karena dia mengetahui letak lokerku, dan memberikan surat itu di waktu sekolah. Kalimatnya juga sederhana, diketik menggunakan komputer sehingga aku tidak bisa memastikan siapa dari tulisan tangannya. Aku memaklumi tindakannya yang membatasi diri seperti ini. Pada akhirnya, bagi para makhluk supernatural aku adalah ancaman. Pemburu yang menghukum ketidak becusan mereka mengendalikan diri. Sudah sewajarnya mereka berkomukasi denganku dalam jarak aman. Setidaknya, tind
Taman kota ini sangat sepi. Ditambah dengan peristiwa-peristiwa itu, semua orang jadi lebih tegang dari pada yang dibutuhkan. Kedai-kedai mulai tutup padahal masih sangat sore, dan orang-orang tidak begitu menikmati jalan-jalan sore. Sebagian dari mereka yang terpaksa keluar berjalan cepat sembari menatap sekeliling sesekali dengan waspada. Tidak mengherankan memang. Manusia tidak tahu apa yang terjadi, dan rumor-rumor membuat mereka semakin waspada. Bahkan polisi menegurku lima belas menit lalu, memintaku untuk segera pulang jika urusanku telah selesai. Rupanya, cerita resmi dari mereka adalah adanya maniak psikopat yang mencari korban di kota ini. Semua orang diminta untuk berdiam diri di rumah, atau bila memang diharuskan pergi, harus setidak-tidaknya tiga orang, dengan satu pria. Sekalipun begitu, meskipun sepi, penerangan taman ini bagus. Perawatannya juga. Bunga-bunga berjejer di pinggir jalan, dan bangku-bangku taman terlihat bagus. Hanya saja k
Kertas baru itu ditempel lagi di papan pengumuman. Kali ini spekulasi mereka lebih liar daripada sebelumnya dengan berbagai versi. Bahkan mereka menulisnya dalam tiga lembar. Mulai dari yang SCP, Alien, bahkan hantu yang menuntut balas. Agaknya ada satu toko yang terbakar dan menewaskan tiga pegawai di sana karena pintunya macet sehingga mereka tak bisa keluar. Mereka juga menulis Kuda Setan dan membuatku kasihan pada makhluk itu. Akan tetapi, Rubah Api, ya? Bagaimana bisa makhluk yang cinta damai itu melakukan hal semengerikan ini? Sejak dulu aku menganggap Rubah Api seperti tim cheerleader atau gadis-gadis populer yang manja. Mereka cenderung tidak menyukai kekerasan, apalagi membunuh orang sampai sehangus ini? Apa yang terjadi pada orang itu hingga dia melakukannya? Kalau Gadis Rubah itu bilang yang melakukannya adalah phoenix, mungkin aku akan lebih bisa mempercayainya. Aku menyentuh foto Juliet. Berbeda dengan Clarissa, d