Share

BAB 6 DEMI BAHAGIA

Setelah beberapa jam meninggalkan Maryam, Wildan masih tidak kembali.

“Kemana Wildan sebenarnya?”

Maryam yang khawatir, akhirnya keluar kamar untuk mencari Wildan dengan pikiran tak karuan. Namun yang Maryam temukan justru orang yang tidak ingin Maryam temui.

‘Kenapa dia ada di sini juga?!’

Yoga tiba-tiba muncul di koridor kamar hotel Maryam.

Maryam bergegas pergi sebelum pria berusia 35 tahun itu melihatnya, tapi takdir berkata lain.

“Siapa ini? Bukannya ini istri sepupuku?” Yoga sudah menghadang Maryam dengan suara menyebalkan, sebelum ia berhasil pergi.

Maryam menelan ludah, tapi sedetik kemudian segera menenangkan diri dengan berpikir bahwa ia bisa menghadapi semuanya seperti yang dikatakan Wildan kemarin.

“Oh Bang Yoga..” Maryam berusaha tampak biasa saja.

“Hahaha. Apa kamu lagi berpura-pura biasa saja bertemu denganku?”

APA?!

Yoga tiba-tiba berjalan semakin dekat ke arah Maryam, “Jangan berharap sikapmu itu akan menghapuskan apa yang terjadi pada kita dulu, karena apapun yang kamu lakukan, kamu tetap wanita kotor yang nggak pantas menjadi bagian dari keluargaku!”

Maryam mengepalkan tangannya.

Maryam tidak lagi merasa gugup, khawatir apalagi takut seperti saat pertama mereka bertemu kemarin, karena Maryam tidak mau menjadi wanita lemah yang membiarkan orang-orang menindasnya lagi. Jadi..

“Oh ya? Tapi jangan lupa, kalau semua itu terungkap, bukan hanya aku yang akan terluka tapi kamu juga dan keluargamu!” Maryam akhirnya membalas dengan kuat walau tangannya bergetar, karena ini kali pertamanya ia mencoba membalas orang yang menyakitinya.

“Hahaha!” Yoga kembali tertawa, kali ini lebih keras. “Kamu pikir siapa yang akan lebih dirugikan kalau itu terungkap? Apa kamu gak ingat apa yang terjadi denganmu dulu, Nona Maryam?”

Deg.

Yoga sudah mendorong wajahnya lebih dekat dengan Maryam, hingga Maryam bisa melihat tatapannya yang tajam dan bengis yang bisa dengan mudah melumpuhkan siapapun.

“Oh ya, mungkin kamu harus berusaha lebih keras supaya suamimu nggak meninggalkanmu nanti setelah dia bosan, karena kamu pasti akan sedih kalau dia akhirnya meninggalkanmu yang bukan siapa-siapa dan sudah tua, 'kan?”

Apa itu peringatan untuk Maryam, sekaligus caranya merendahkan Maryam lagi yang bisa dengan mudah ditinggalkan, karena ia bukan siapa-siapa tidak seperti mereka?

Ha..

“Anggap saja sebagai nasihat pernikahan yang nggak sempat aku berikan kemarin sebagai orang yang pernah tidur denganmu,” bisik Yoga untuk terakhir kalinya, sambil menepuk pundak Maryam dan berlalu dengan seringainya yang menyebalkan.

Maryam tidak bisa hidup seperti ini lagi. Ia tidak bisa membiarkan siapapun merendahkan ataupun menyakitinya seperti dulu. Apalagi setelah Tuhan memberikan Maryam kesempatan untuk mengubah hidupnya melalui Wildan.

Benar, sekarang Maryam sudah memiliki seseorang di sisinya, tidak seperti dulu. Jadi, ini saatnya Maryam menunjukkan taringnya untuk melawan mereka yang mencoba menyakitinya.

Namun, begitu Wildan akhirnya datang bersama Nadia, keberanian yang baru Maryam pupuk seolah langsung melebur menumbuhkan ketakutan yang baru.

“Hei kemana aja? Apa kalian baru bersenang-senang seperti dulu?” Yoga masih di sana, menyambut Wildan yang datang dari arah tujuannya pergi, tampak menikmati penderitaan Maryam karena melihat Wildan bersama wanita lain.

“Kami hanya kebetulan bertemu.” Meskipun Wildan menyangkal, tapi itu tidak cukup untuk menenangkan Maryam.

Sebenarnya, apa yang terjadi dengan mereka?

Apa itu alasan Wildan pergi meninggalkan Maryam, agar ia bisa bersama Nadia?

“Benarkah?” Yoga tampak masih bersenang-senang dengan drama yang ia ciptakan, karena ia langsung menghampiri Nadia yang sedang menyeringai pada Maryam.

“Hei Nadia! Sekarang kamu jadi pemilik hotel ini ya. Kamu masih muda tapi benar-benar pekerja keras, padahal orang tuamu mau kamu mewarisi perusahaan mereka. Sayang sekali kamu nggak jadi adik iparku.”

Maryam kembali mengepalkan tangan dengan geram. Namun, seolah belum selesai, Yoga tiba-tiba menoleh pada Wildan yang sedang berjalan menghampiri Maryam.

“Apa kamu sengaja datang ke sini karena ingin bertemu dia dan mengingat saat kalian bersama?” bisik Yoga pada Wildan yang ia hadang, sambil menunjuk Nadia dengan matanya.

Lucunya, Maryam masih bisa mendengar dengan jelas bisikan yang akhirnya membenarkan semua kecurigaannya itu, seolah disengaja.

Ternyata Nadia memang mantan kekasih Wildan dan mungkin Wildan menikahi Maryam karena mirip dengannya. Hanya itu alasan yang paling masuk akal atas semua yang terjadi kini.

Lalu, ada apa dengan semua sikap hangat dan manis yang dilakukan Wildan pada Maryam sebelumnya?

Apa itu dilakukan Wildan karena ia melihat Maryam sebagai Nadia?

“Eh Bang Yoga! Jangan bercanda gitu lah, ada istri Wildan ‘kan di sini..” Nadia ikut berbisik, menimpali dengan seringainya lagi.

Ha. Ha. Ha.

Maryam benar-benar ingin tertawa dengan keras atas semua kekonyolan yang mereka tunjukkan.

Apa mereka bersenang-senang karena mempermainkan Maryam sekarang?!

“Maryam, ayo kita ke kamar.” Wildan sudah menghampiri Maryam yang masih memasang wajah datar, berusaha menyembunyikan kemarahan yang meledak-ledak dalam dirinya. Sebab, jika Maryam menunjukkan itu pada mereka, ia yang akan kalah.

“Oke.” Jawaban itu bukan untuk ajakan Wildan saja, tapi untuk keputusan Maryam bahwa ia akan benar-benar membalas semua orang yang menyakitinya.

Tak peduli meskipun Wildan mungkin menikahi Maryam karena ia mirip dengan mantan kekasihnya, sebab sekarang Maryam lah yang menjadi istri Wildan.

Jadi, Maryam akan melakukan apapun untuk mempertahankan status itu dan membuktikan bahwa ia bukan lagi orang yang bisa mereka rendahkan dan tinggalkan dengan mudah seperti dulu.

Demi bahagia, Maryam harus membalas mereka.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status