Prolog
Rosaline berdiri seketika, dengan sangat marah ia menatap ke arah sahabatnya, Anastasya Williams. "Apa maksudmu dengan dia turut handil dalam kehamilanku?!" tanyanya dengan sangat marah sembari menunjuk seorang lelaki yang tampak duduk dengan tenang di sebuah sofa tak jauh dari tempatnya berdiri.
Lelaki itu, Dimitri Armazandrov, lelaki tampan berdarah Rusia. Tentu saja bisa di lihat dari nama belakangnya. Dan sialnya, lelaki itu adalah mantan suaminya.
"Rose, tenanglah, itu tidak baik dengan dengan kehamilanmu." Ana menenangkan Rosaline.
Ya, sudah sejak setahun yang lalu, Rosaline mendambakan seorang bayi, bayi yang akan ia lahirkan dari rahimnya sendiri. Semua itu tentu karena ia yang merasa kesepian. Ia tidak mungkin lagi menjalin hubungan dengan lelaki lain, apalagi kembali dengan mantan suaminya itu. Karena itu, Rosaline memutuskan untuk melakukan inseminasi buatan dengan Ana yang membantunya.
Sebulan yang lalu, hasil yang ia tunggu-tunggu akhirnya keluar, Rosaline benar-benar dinyatakan hamil, itu adalah hari yang sangat membahagiakan untuk Rosaline. Dan hari ini, semua kebahagiaannya seakan runtuh saat Ana memintanya untuk ke tempat praktiknya lalu menceritakan semuanya pada Rosaline, jika sebenarnya sang pendonor sperma saat itu adalah Dimitri Armanzandrov, mantan suaminya sendiri.
"Tidak, katakan kalau apa yang kau katakan tadi hanya kebohonganmu." Rosaline masih tak dapat mengendalikan emosinya. Dia masih berharap jika Ana hanya bercanda dengan apa yang tadi wanita itu katakan.
"Rose, itu nyata, Dimitrilah, ayah dari bayimu. Maafkan aku, seharusnya aku memberitahumu sejak awal, tapi aku tidak punya pilihan lain. Dimitri adalah sosok paling sempurna diantara daftar pendonor untukmu, kau sudah mengenalnya, akupun sudah cukup mengenalnya saat kau bercerita tentangnya dulu, dan aku tidak ingin mengambil resiko kau mengandung bayi dari pria yang tidak kau kenal."
Rose menggelengkan kepalanya, ia masih tidak menyangka jika masa depannya ada ditangan sang teman. Bagaimana mungkin Ana yang bisa dengan mudah memutuskan bayi siapa yang berhak ia kandung?
"Rose." Suara berat itu membuat Rosaline menatap ke arah sumber suara, tampak Dimitri berdiri, berjalan menuju ke arahnya hingga membuat Rosaline menjauh seketika.
"Jangan mendekat!" Rosaline berseru keras. Sungguh, ia tidak ingin berdekatan dengan tiran ini.
"Kau tidak bisa memungkiri jika sekarang kau sedang mengandung bayiku."
"Bayiku!" dengan spontan Rosaline berseru keras. "Kau tidak memiliki hak sedikitpun dengan bayi ini."
Dimitri tertawa lebar. "Sayang sekali Rose, kau sedang mengandung pewaris keluarga Armanzandrov, ya, dia akan menjadi penerusku."
Rosaline ternganga dengan ucapan Dimitri. Maksudnya, ia akan melahirkan untuk pria ini? Ia akan dipisahkan dengan bayinya? Tidak! Bagaimana mungkin semuanya jadi seperti ini?
-TBC-
Chapter 1-Kamera-Rosaline tidak berhenti memuntahkan isi di dalam perutnya sepagian ini. Ya, kehamilannya kini memang sudah menginjak usia lebih dari tiga bulan, tapi mual muntah masih saja ia rasakan apalagi saat pagi-pagi seperti saat ini.Setelah sudah merasa cukup, Rosaline keluar dari kamar mandi. Ia memilih menenggelamkan diri di atas sofa santainya yang ada di ruang tengah flat mungil yang ia sewa. Ini adalah hari minggu, sepertinya menghabiskan waktu di depan televisi bukanlah hal yang membosankan. Pikirnya.Tak lupa, Rosaline menyiapkan cemilan siangnya dengan secangkir cokelat panas. Seekor anjing datang menghampirinya. Snowky ia m
Chapter 2-Aku menginginkanmu!-"Kau tidak bisa lari menghindari dia selamanya, Rose." Ana berkomentar dengan napas terengah, karena saat ini ia sedang berlari di atas treadmill.Ya, saat ini, Rosaline menghabiskan sorenya di tempat Gym bersama dengan Ana. Meski Rosaline hanya bisa berolahraga ringan seperti berjalan di atas teradmill, setidaknya ia ingin bersama temannya itu ketimbang harus di rumah sendirian lalu digaggu lagi oleh Dimitri."Dan kau selaku pembuat masalah harus membantuku menghindarinya.""Kau belum juga memaafkan aku tentang hal itu?"
Chapter 3-Aku ingin bercinta-Empat tahun yang lalu.....Satu minggu berlalu setelah menghabiskan waktu bersama, membuat Rosaline mengenal Dimitri lebih dekat dari sebelumnya. Lelaki itu sangat perhatian, bahkan bisa dibilang romantis, padahal hubungan mereka tak lebih dari sebatas kenalan.Tapi tadi, saat keduanya terpana satu sama lain ketika melihat keindahan danau Onega, membuat Rosaline tidak menyangka jika Dimitri akan menautkan bibir mereka disana. Membakar tubuh mereka dengan gairah yang menyala-nyala. Bagaiamana mungkin ia merasakan perasaan seperti ini pada orang seasing Dimitri?
Chapter 4-Mengintimidasi-Keesokan harinya, Rosaline merasa tubuhnya letih, karena ia baru tidur ketika pagi menjelang. Saat ini, Rosaline memilih menenggelamkan diri di meja kasir Pet Shop nya. Perkataan Ana semalaman terputar lagi dan lagi dalam kepalanya.Apa iya dirinya harus memikirkan kehadiran Dimitri? Memanfaatkan kehadiran lelaki tersebut mungkin? Oh sial! Bahkan hingga kini saja gairahnya masih ada –meski tak separah tadi malam, membuat Rosaline membayangkan hal-hal panas ketika berada di atas ranjang.'Ting'Pintu Pet Shop-nya dib
Chapter 5-Istana dan Gadis Manja-Setelah menghabiskan makan siangnya, Ana memakan makanan penutupnya dengan mata yang sesekali melirik ke arah Dimitri. Sedangkan Dimitri sendiri tampak sibuk dengan kopinya. Lelaki itu tak tampak ingin memulai pembicaraan hingga Ana akhirnya mebuka suara."Apa yang ingin kau bahas?" tanyanya secara langsung."Kau, sudah selesai dengan makan siangmu?" Dimitri bertanya balik."Seperti yang kau lihat." jawab Ana. "Jadi, apa yang terjadi dengan Rosaline?"Dimitri menghela napas panjang."Mungkin kau pikir ini sedikit menggelikan, tapi aku ingin tahu, apa dia memiliki te
Chapter 6-Membuat Bayi-Empat tahun yang lalu....Dimitri menyusul Katavia dan menghentikan adiknya itu saat gadis itu berada tepat di sebelah kolam renang. Katavia tampak menangis, dan Dimitri tahu jika semua itu karenanya.Ya, Katavia memang sedikit berbeda, adiknya itu mengidap Brother Complex, dan Dimitri tak dapat berbuat banyak tentang hal itu. Dimitri ingin pergi, agar Katavia bisa sembuh, tapi tidak bisa, karena keluarganya sedang membutuhkan dirinya untuk membantu mengurus perusahaan. Belum lagi ayahnya yang tidak mengetahui keadaan Katavia, dan Dimitri tidak ingin ayahnya tahu
Chapter 7 - Ya, Aku Mencintaimu!Empat tahun yang lalu…..Pagi itu, Rosaline sedikit merajuk dengan Dimitri karena Dimitri baru saja mengatakan padanya jika lelaki itu besok akan ada perjalanan bisnis ke London. Ya, selama tinggal di rumah Dimitri, Rosaline memang sering kali ditinggal Dimitri pergi ke luar kota, atau bahkan luar negeri, namun itu tak lebih lama dari satu atau dua hari. Tapi besok, Dimitri akan berada di London selama mungkin dua minggu lamanya. Bisa dibayangkan bagaimana bosannya Rosaline berada di rumah besar tersebut.Hubungannya dengan Katavia belum juga membaik, karena gadis itu seakan tidak memberi kesempatan padanya untuk sekedar menyapa. Padahal, Rosaline sudah berusaha belajar bahasa Rusia dengan ibu Dimitri.Yang dapat Rosaline lakukan saat Dimitri tak berada di rumah nanti mungkin hanya membaca atau menghabiskan waktu di dalam kamar me
Chapter 8 - Anak Daddy“Ceritakan padaku, maka aku bisa mengerti apa yang kau rasakan. Aku bisa menerima kebencianmu jika kau mau mengungkapkan semuanya. Bukan malah kabur dengan surat sialan itu.” Dimitri berkata dengan lembut. Ia mendekat ke arah Rosaline, sedangkan Rosaline sendiri sudah mulai terpana dengan kelembutan Dimitri.Jemari Dimitri kembali terulur meraih dagu Rosaline, mengangkatnya, sedangkan kakinya semakin mendekat hingga jarak diantara keduanya semakin dekat.“Kau, masih secantik dulu, Rose.” Dimitri berbisik dalam bahasa Rusia. “Aku begitu rindu menyentuhmu.” bisiknya lagi.Rosaline tidak menjawab, ia kembali terpana dengan mata Hazel milik Dimitri. Begitu indah, begitu mempesona hingga ketika Dimitri mendekatkan wajahnya, yang dapat Rose lakukan hanya menutup matanya.Dimitri mendaratkan bibirnya pada bibir Rosaline. Melumatnya dengan lembut, lidahnya me