Ilyin memasuki ruang rawat ibunya, tatapannya langsung jatuh ke wajah rapuh ibunya yang pucat.
"Bu, aku di sini." Ilyin bersuara pelan. Dia menggenggam tangan ibunya yang dingin.
Perasaan Ilyin campur aduk, dia pikir dia akan kehilangan ibunya untuk selama-lamanya.
Ilyin tidak banyak bicara, dia hanya memandangi ibunya. Dia tidak akan bercerita pada ibunya tentang apa saja yang telah dia lalui selama beberapa waktu terakhir ini.
Pintu ruangan terbuka, sosok Damian terlihat di sana. Pria itu mendekati Ilyin. Kerinduannya pada wanita itu akhirnya tidak tertahankan.
"Ilyin."
Ilyin terkejut mendengar suara Damian. Wanita yang tadinya duduk di kursi itu langsung berdiri. Damian tidak seharusnya berada di sini, apalagi saat dia juga berada di sini.
Sebuah pelukan yang tiba-tiba membuat Ilyin semakin terkejut. Dia berusaha mendorong Damian. Di depan ada Erina, jika Erina melihat tentang hal ini dan melaporkannya pada Kallion maka hanya Tuhan yang tahu apa yang akan terjadi pada Damian selanjutnya.
"Damian, lepaskan aku."
Damian menolak. "Ilyin, sebentar saja. Aku sangat merindukanmu."
Tidak bisa. Ilyin tidak bisa membiarkan Damian memeluknya lebih lama.
"Damian, tolong." Ilyin bersuara sekali lagi sembari mendorong Damian lebih kuat.
Hati Damian sakit mendengar suara Ilyin yang tampak enggan menerima pelukannya. Dia akhirnya melepaskan pelukannya pada tubuh Ilyin.
"Bagaimana kondisi Ibu?" Damian beralih pada ibu Ilyin. Dia datang ke sini setelah mengetahui dari asisten pribadinya bahwa ibu Ilyin telah dioperasi.
"Operasi Ibu berjalan lancar." Ilyin ingin segera mengusir Damian dari ruangan itu, tapi dia masih tidak cukup tega karena Damian datang ke sana untuk menjenguk ibunya.
"Ini untuk Ibu." Damian menyerahkan buket bunga yang harum pada Ilyin. Itu adalah bunga favorit ibu Ilyin, dan Damian tidak pernah melupakannya.
"Terima kasih." Ilyin meraih buket bunga itu. "Damian, jika kau sudah selesai silahkan tinggalkan tempat ini."
"Aku belum berada di sini lima menit, tapi kau sudah ingin aku pergi. Apakah kau tidak ingin melihatku sama sekali?"
"Damian, mengertilah." Ilyin putus asa. Semakin lama Damian berada di dekatnya maka itu semakin berbahaya bagi Damian.
Akan tetapi, semuanya terlambat. Pintu terbuka. Sosok dominan Kallion ada di sana. Wajah pria itu suram dan dingin seperti biasanya.
Melihat keberadaan Kallion di sana membuat Ilyin merasa tercekik.
"Damian, pergi dari sini!" Dia segera mengusir Damian lagi.
"Ilyin, kau benar-benar berani." Suara dingin Kallion menembus tulang Ilyin.
Damian kembali berhadapan dengan Kallion, dia selalu membenci aura superior yang dimiliki oleh Kallion, hal itu membuatnya tampak kecil jika dibandingkan dengan Kallion.
Kallion berdiri di sebelah Ilyin, tangannya memeluk pinggang Ilyin. "Kau memiliki nyali bertemu dengan pria lain di belakangku."
"Ini tidak seperti yang ada di pikiranmu. Damian datang ke sini untuk menjenguk Ibu." Ilyin segera menjawab.
"Apakah seperti itu, tapi aku mencium aroma pria lain di tubuhmu. Aku benar-benar benci barang yang sudah aku beli disentuh oleh orang lain." Kallion memiringkan wajahnya menatap Ilyin. Lalu kemudian pria itu bicara lagi. "Haruskah aku memotong tangan orang lancang itu?"
"Tidak!" Rasa takut segera menyergap Ilyin.
"Tuan Kallion, kau tidak bisa bersikap sesuka hatimu!" Damian menahan amarahnya.
"Damian, pergi dari sini!" Ilyin menatap Damian khawatir.
"Aku tidak bisa bersikap sesuka hatiku?" Kallion tertawa mengejek. "Kau salah, aku bisa bersikap sesuka hatiku karena aku adalah Kallion Heinrich!"
Detik berikutnya Kallion mencium bibir Ilyin dengan rakus di depan Damian. Dia akan menunjukan pada Damian sejauh apa dia bisa berbuat.
Dada Damian dipenuhi oleh kemarahan saat ini. Dia ingin meledak melihat pemandangan di depannya.
Ilyin mencoba mendorong Kallion, tapi kekangan Kallion lebih kuat.
Apa yang dilakukan oleh Kallion selanjutnya lebih mengejutkan bagi Ilyin. Pria itu menurunkan resleting dress yang dia gunakan dengan paksa, lalu kemudian membukanya tanpa bisa dia cegah.
Kali ini dia dipermalukan di depan Damian. Kallion, pria tidak berperasaan ini sangat tahu bagaimana cara menghancurkan hati dan menginjak-injak harga diri orang lain.
Kallion menjatuhkan bra yang dikenakan oleh Ilyin ke lantai. Damian melihat benda itu dengan matanya yang memerah. Rahang pria itu mengeras, dia bergeraklalu meraih bahu Kallion dan hendak memukuli Kallion.
Akan tetapi, menyentuh Kallion tidak akan semudah itu. Alih-alih memukul Kallion, Damian terhuyung ke belakang karena tendangan Kallion.
"Damian!" Ilyin bersuara tercekat.
Kallion mendekati Damian, mencekik leher pria itu dengan kaut. "Ini peringatan pertama dan terakhir dariku untukmu, Tuan Damian. Jangan pernah berani menyentuh barang yang sudah aku miliki, atau kau akan kehilangan kedua tanganmu!"
Wajah Damian memerah karena sakit dan kesulitan bernapas.
"Kallion, lepaskan Damian!" Ilyin tidak tahan lagi. Dia ingin meledak karena rasa tidak berdaya yang membelenggunya saat ini.
Kallion melepaskan tangannya dengan kasar, dia segera berbalik dan kembali mendekati Ilyin. Dia melanjutkan apa yang tadi sempat terhenti.
Damian tidak bisa melihat lebih banyak, dia akan mati karena penghinaan dan rasa sakit. Pria itu keluar dari ruang rawat ibu Ilyin dengan ekspresi muram. Dia masuk ke dalam mobilnya dengan kasar.
Tangan Damian melonggarkan dasinya dengan kasar, dia membuka kancing teratas kemejanya. Dia merasa tercekik.
Sekarang dia tahu dari mana Ilyin mendapatkan uang untuk operasi ibunya, itu pasti dari Kallion. Dia tidak mengerti kenapa Ilyin lebih memilih untuk menerima uang Kallion daripada uang darinya.
Barang yang sudah aku beli? Damian mengingat kalimat yang diucapkan oleh Kallion beberapa saat lalu.
Apakah mungkin Ilyin menjual dirinya sendiri pada Kallion?
"Sialan!" Damian memaki geram. Dia membenci kenyataan bahwa dia tidak bisa melakukan apapun sekarang. Dia membenci kenyataan bahwa dia dikalahkan oleh Kallion.
Seperginya Damian, Kallion melepaskan Ilyin. Dia menyeret Ilyin ke dalam kamar mandi. Menyalakan air dan mengarahkan selang air pada Ilyin. Dia sedang membersihkan aroma Damian dari tubuh Ilyin.
Setelah puas melampiaskan amarahnya, Kallion melemparkan selang itu dengan kasar ke lantai.
"Erina!"
Erina masuk ke kamar mandi karena panggilan Kallion. Wanita itu tahu bahwa dari suaranya, atasannya itu sedang sangat marah sekarang.
Sebuah tendangan mengarah ke perut Erina, tendangan itu kuat dan terarah. Punggung Erina menabrak dinding dengan keras.
Namun, Erina tidak meringis atau mengeluh. Wanita itu segera berdiri tegak lagi.
"Ini adalah kesalahan pertama dan terakhir yang bisa kau perbuat, Erina."
"Saya mengerti, Tuan." Erina menjawab patuh. Dia tidak meminta maaf atas kesalahannya karena dia tahu bukan permintaan maaf yang dibutuhkan oleh atasannya.
"Bersihkan tubuhnya, bawa dia kembali ke hotel setelah selesai!"
"Baik, Tuan."
Kallion segera pergi meninggalkan tempat itu dengan suasana hati yang sangat buruk. Kekhawatiran Ilyin pada Damian membuatnya sangat ingin membunuh Damian. Hubungan keduanya memang sudah berakhir, tapi perasaan Ilyin untuk Damian masih ada. Dan dia membenci itu.
Begitu mudah bagi Ilyin untuk melupakannya dan mencari cinta yang baru, sementara dirinya tidak pernah bisa melupakan bayang Ilyin sedikit pun.
Rasa sakit ditinggalkan, rasa sakit karena menahan kerinduan dan rasa sakit karena tidak tahu di mana letak kesalahannya masih berdenyut menyiksa sampai detik ini, tapi Ilyin tidak merasa bersalah sedikit pun atas rasa sakit yang ditimbulkan oleh wanita itu padanya.
Cintanya pada Ilyin terlalu dalam, oleh sebab itu kerusakan yang Ilyin tinggalkan padanya setelah kepergian wanita itu sangat besar.
Dan sekarang Kallion merasa dirinya begitu bodoh, dia tersiksa karena kepergian Ilyin, tapi di tempat lain Ilyin bahkan tidak memikirkannya sama sekali. Wanita itu menjalin hubungan dengan pria lain.
**
Ilyin dibawa kembali ke hotel oleh Erina. Sekarang dia sudah benar-benar seperti tahanan yang tidak bisa bergerak bebas.
Bahkan untuk menjaga ibunya di rumah sakit pun dia tidak diperbolehkan. Hidupnya saat ini menjadi lebih menyedihkan dari sebelumnya. Entah sampai kapan dia akan berada dalam situasi ini.
Ilyin berdiri di sebelah dinding kaca, pandangannya jatuh ke luar. Saat ini menikmati dunia luar akan menjadi sesuatu yang mahal baginya.
Dia tidak tahu sejauh mana dia mampu bertahan dalam situasi yang menyesakan dada ini.
Lelah, Ilyin membaringkan tubuhnya ke ranjang, ketika dia menutup matanya semua bayangan penghinaan yang dilakukan Kallion berputar menyiksanya.
Mata Ilyin terbuka kembali, tatapannya saat ini kosong dan hampa. Sudah tidak pernah terlihat lagi jejak kebahagiaan di sana.
Ilyin berharap bahwa apa yang dia lalui saat ini hanyalah mimpi. Namun, sekali lagi dia telah dihancurkan oleh harapannya lagi. Ketika dia membuka matanya, dia harus menghadapi bahwa semua yang telah terjadi adalah kenyataan.
tbc
Kallion kembali ke hotel larut malam. Aroma khas tubuh pria itu bercampur dengan aroma alkohol dan rokok. Dia berjalan menuju ke ranjang, di mana Ilyin sedang berbaring saat ini.Pria itu membungkuk, tangannya bergerak menyentuh kepala Ilyin. Jari telunjuknya bergerak menelusuri rahang Ilyin.Kelopak mata Ilyin terbuka, ada rasa takut dan keterkejutan di sana. Teror yang menghantuinya delapan tahun lalu telah meninggalkan trauma baginya.Ilyin bergerak menjauh secara tidak sadar, dia merasa bahaya sedang mengintainya.Gerakan Ilyin membuat Kallion tidak senang. Apakah dia sangat menakutkan sehingga Ilyin harus bereaksi seperti itu?Kallion berdiri tegap seperti sebelumnya, pria itu berbalik dan melangkah menuju ke kamar mandi. Dia perlu membersihkan tubuhnya.Ketika Ilyin mendengarkan suara gemericik air, wanita itu merasa sedikit lega. Namun, hal itu tidak berlangsung lama karena beberapa menit kemudian Kallion selesai membersihkan tubuhnya.Ruangan itu sangat sunyi, Ilyin tidak tahu
Pagi harinya Ilyin terjaga sendirian di atas kasur besar yang masih memiliki aroma percintaannya dengan Kallion. Ilyin menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya, wanita itu segera turun dari ranjang, melangkah menuju ke kamar mandi dengan kaki telanjang.Wanita itu masuk ke dalam bak mandi yang saat ini mulai terisi dengan air hangat. Wajahnya tanpa ekspresi, tidak ada kata yang keluar dari mulutnya.Saat air terisi penuh, Ilyin menenggelamkan dirinya di sana. Rasa sesak memeluknya, tapi dia tidak memiliki keinginan untuk muncul ke permukaan.Dia merasa sangat berdosa pada orangtuanya saat ini. Bagaimana bisa dia menikmati setiap sentuhan Kallion padahal karena hubungannya dengan Kallion orangtuanya berakhir dengan tragis.Air mata Ilyin bercampur dengan air di bak mandi itu. Saat ini yang dia inginkan hanyalah mengakhiri semuanya.Ilyin tidak membenci Kallion karena dia tahu Kallion tidak menggunakan tangannya untuk menyakiti orangtuanya, tapi tetap saja dia tidak bisa
K Kasino selalu ramai seperti biasanya, orang-orang dengan kantong tebal telah menduduki tempat mereka dan meletakan taruhan. Setiap detiknya uang akan mengalir memperkaya keluarga Heinrich.Tidak sembarang orang bisa menjangkau K Kasino, hanya mereka yang benar-benar memiliki uang banyak yang bisa datang ke sana.Kallion membawa Ilyin ke sebuah ruangan khusus di mana di sana sudah ada satu pria lain yang telah menunggu kedatangan Kallion.Senyum cabul tampak di wajah pria itu ketika dia melihat Ilyin dengan balutan gaun putih yang memeluk tubuhnya dengan indah. Salah satu kaki jenjangnya terekspos sampai ke paha. Penampilan Ilyin malam ini benar-benar memikat dan akan membuat banyak laki-laki bergairah hanya dengan melihatnya.Pria itu segera berdiri dari tempat duduknya begitu juga dengan wanita seksi yang menemaninya, dia mengulurkan tangannya menyambut sang pemilik kasino dengan senyuman di wajahnya. "Selamat malam, Tuan Kallion Heinrich."Kallion mengeluarkan tangannya dari saku
"Apakah kau yakin dengan keputusanmu?" Kenneth mengarahkan pandangannya ke Ilyin yang saat ini minum sendirian dengan Erina yang berdiri di belakangnya.Kallion memainkan cairan keemasan di dalam cangkir kecil di tangannya lalu kemudian menenggaknya sampai habis. "Aku yakin."Kenneth dan Xavion tidak bisa mengubah keputusan Kallion jika sahabatnya itu sudah yakin. Mereka tahu selama delapan tahun ini Kallion tidak pernah bisa melupakan Ilyin. Perasaannya terhadap Ilyin teramat besar dan sudah mendarah daging. Bahkan setelah ditinggalkan perasaan itu masih ada."Kapan kau akan menikahi Ilyin?""Setelah kembali ke Texas." Urusan Kallion di Spanyol sudah selesai, dia akan kembali ke negara asalnya dalam beberapa waktu lagi.Sejak beberapa hari lalu, Kallion telah memikirkan apa yang akan dia lakukan pada Ilyin. Pria itu akhirnya mengambil keputusan bahwa dia akan menikahi Ilyin tidak peduli apakah Ilyin suka atau tidak.Dia tidak tahu bagaimana pernikahan itu berjalan denga
Pagi ini Ilyin pergi ke rumah sakit, dia ditemani oleh Erina seperti biasa. Namun, ketika wanita itu memasuki ruang rawat ibunya dia tidak menemukan ibunya.Kondisi ibunya saat ini sudah jauh lebih baik setelah dirawat selama beberapa hari, ibunya juga sudah bisa berjalan sendiri."Perawat, di mana Ibu saya?" Ilyin bertanya pada perawat yang bertugas di sana."Nyonya Olivia sedang berada di taman.""Ah, seperti itu, terima kasih." Ilyin mengucapkannya dengan tulus. Setelahnya Ilyin pergi ke taman, setelah bisa berjalan sendiri, hampir setiap pagi ibunya memang pergi ke taman.Sampai di taman, Ilyin mencari keberadaan ibunya, tapi dia tidak menemukannya. Sebaliknya dia menemukan seorang perawat yang tampak sedang kebingungan."Perawat, di mana Ibu saya?" Ilyin bertanya dengan perawat yang menjaga ibunya.Wajah perawat itu tampak pucat. "Nona, saya kehilangan Nyonya Olivia. Tadi saya menerima panggilan dari anak saya, ketika saya selesai menjawab panggilan saya s
Satu minggu berlalu setelah kematian ibu Ilyin. Seperti yang ditakutkan oleh Kallion, Ilyin benar-benar tidak memiliki semangat untuk hidup lagi.Saat ini Ilyin sudah tidak dirawat di rumah sakit lagi, tapi ada infus yang terhubung ke tubuhnya karena Ilyin menolak untuk makan.Berat badan Ilyin telah menyusut banyak. Tekanan batin, rasa kehilangan dan tidak memakan apapun membuat Ilyin tampak semakin menyedihkan.Setiap kali Erina menyiapkan makanan untuk Ilyin, wanita itu tidak pernah memberikan respon. Jangankan makan, dia bahkan tidak mengeluarkan sedikitpun suara. Ilyin terjebak dalam kurungan kesedihan yang membuatnya depresi.Kesabaran Kallion sangat terbatas, melihat Ilyin yang seperti ini membuatnya geram. Namun, tidak ada yang bisa dia lakukan pada Ilyin karena dia tahu wanita itu sudah tidak memiliki semangat untuk hidup lagi."Sampai kapan kau akan menolak untuk makan!" Kallion berdiri di tepi ranjang, menatap Ilyin yang saat ini
"Nona Reene?" Erina sedikit terkejut melihat Reene masuk ke dalam kamar Kallion."Aku datang untuk melihat pelacur mana yang dibawa oleh calon suamiku ke kediamannya." Reene memiringkan wajahnya, dia melihat sosok Ilyin yang menyedihkan. Reene berdecak, tatapannya sangat sinis."Nona, Tuan Kallion tidak akan senang jika dia tahu Anda masuk ke kamarnya tanpa izin seperti ini."Sebuah tamparan keras mendarat di wajah Erina. "Lancang!" Reene marah. "Siapa kau berani bicara seperti itu padaku!"Erina hanya bisa menundukan kepalanya. Statusnya dan Reene memang tidak akan bisa dibandingkan. Dia hanyalah penjaga bayangan sementara Reene adalah calon istri tuannya."Keluar dari sini!""Tuan memerintahkan saya untuk menjaga Nona Ilyin, saya tidak bisa melanggar perintah Tuan.""Kenapa? Apakah kau takut aku menyakiti pelacur ini?""Nona, saya hanya menjalankan perintah."Reene mencekik leher Erina dengan kuat hingga wajah Erina memerah. "Aku benar-benar membenci bawahan
"Apa yang kau lakukan di sini?" Kallion menatap Reene tidak senang. Dia dan Reene telah mengenal sejak mereka masih kecil, tapi Kallion tidak pernah bisa bersikap hangat pada Reene. Dia hanya membiarkan Reene berada di sekelilingnya karena persahabatan orangtua mereka. Sikapnya yang penyendiri sejak masih kecil selalu membuatnya sulit untuk dekat dengan orang lain, terutama wanita.Ditambah sejak kecil Kallion sudah menanamkan pikiran bahwa anak perempuan adalah yang paling merepotkan. Dia sering melihat anak perempuan menangis dengan sangat mudahnya, dan itu benar-benar menyebalkan di matanya."Aku mendengar kau kembali hari ini dan membawa seorang pelacur bersamamu. Aku datang untuk melihat seperti apa pelacur itu. Ternyata bukan orang asing." Reene terbiasa mendapatkan apa yang dia inginkan, oleh sebab itu dia selalu menunjukan wajah aslinya di depan orang lain. Dia tidak akan bermain sandiwara, jika dia suka maka dia akan mengatakannya, jika tidak maka dia akan menyuarakannya deng