Sebenarnya Angel tidak mengerti bagaimana cara menunjukkan perasaan cinta seperti yang ayahnya perintahkan. Apakah dia harus menempel pada Jaydan dengan tidak tahu malu, atau mengirimi lelaki itu makanan seperti yang sering dilakukan laki-laki lain terhadapnya, atau mengajaknya berkencan seharian di tempat indah? Angel tidak tahu. Dia tidak biasa mengajak seorang pria berkencan karena selama ini selalu dia yang diajak. Angel tidak pernah menjadi pihak yang menginginkan, dia selalu diinginkan. Ini kali pertama baginya dan itu tidak mudah terlebih setelah penolakan yang dia dapat.
Adam bilang, Angel bisa memulainya dari hal-hal kecil seperti mencari tahu apa yang Jaydan sukai lalu berikan hal itu padanya. Katanya begitu, tapi Angel tidak mau terlihat ngebet jika harus mencari tahunya sendiri. Oleh karena itu, dia memerintahkan seseorang untuk mencari tahu hobi dan kegemaran Jaydan. Tadi siang Angel sudah mendapat laporan tentang hal itu, dan saat ini gadis yang rambut panjangnya dibuat sedikit bergelombang itu sedang menanti kedatangan Jaydan untuk memberikan kotak berisi camilan yang sering lelaki itu makan.Gadis itu biasanya selalu melihat Jaydan di Green Roof, sebuah kawasan di kampus Nethern yang tampak seperti taman hijau di atas atap. Para mahasiswa biasanya menggunakan tempat itu untuk belajar bersama di kala senja, nongkrong-nongkrong santai, atau sekadar menikmati cuaca cerah seperti sore ini."Angel, di sini kamu rupanya, kami mencarimu sejak tadi hampir ke seluruh penjuru gedung," kata Michelle hiperbola.Mustahil dia mau mengitari gedung Nethern University yang teramat luas itu."Iya, kamu sedang apa sih, di sini?" timpal Austin tak habis pikir.Biasanya setelah kelas usai, tiga orang itu akan langsung keluar jalan-jalan, entah ke mall atau ke tempat lain yang menyenangkan."Tidak ada, aku hanya sedang menikmati udara di sini," dusta Angel terlalu malu untuk mengakui yang sebenarnya.Michelle dan Austin saling pandang, seperti tak percaya dengan apa yang baru saja dikatakan Angel."Tumben sekali," seru Austin lagi lalu duduk di samping Angel.Gadis 21 tahun itu memejam jengkel namun ia tahan dan enggan memperlihatkan."Eh, apa itu?" Michelle menunjuk kotak makanan di pangkuan Angel.Austin segera mengambil bungkusan itu, mengeluarkan isinya, lantas membuka kotak makanannya."Wah, kue ikan!" pekik Austin girang."Itu untuk kami?" tanya Austin, Angel yang bingung harus jawab apa hanya mengangguk, terlalu malu mengatakan yang sebenarnya.Kue ikan adalah jajanan yang cukup terkenal di sana, rasanya manis dan berisi aneka rasa yang bisa dipilih sesuai selera. Mulai dari rasa kacang hijau sampai es krim aneka varian. Dinamakan kue ikan karena bentuknya menyerupai ikan koi yang lucu dan menggemaskan. Di dekat kampus Nethern ada kedai yang menjual makanan tersebut yang selalu ramai dikunjungi para mahasiswa karena rasanya yang super enak. Angel juga memesannya di sana.Pada akhirnya ketiga gadis itu menghabiskan waktu sekitar tiga puluh menit di sana. Mereka asyik mengobrol membahas ini dan itu, tapi Angel terlihat tidak banyak bicara. Sepanjang berada di sana, matanya tak berhenti menjelajah ke setiap sudut tempat--berharap maniknya bisa segera menangkap sosok yang sejak tadi dia tunggu. Dan benar saja, dari arah depan sana, Angel tak sengaja melihat Jaydan sedang berjalan memasuki are Green Roof. Senyumnya terukir tipis, akhirnya setelah penantian panjang, rindu Angel tersampaikan juga meski tidak langsung pada orangnya. Mungkin hari ini gadis itu tidak berkesempatan memberikan makanan ada Jaydan, tapi segini saja hatinya sudah lumayan senang. Namun kesenangan itu tidak bertahan lama saat menyadari bahwa Jaydan datang tidak sendiri.Ada seseorang di sampingnya, seorang gadis menyebaljan yang selalu bertingkah sok manis--menurut Angel--hanya untuk mencari perhatian Jaydan. Mereka duduk di salah satu spot dekat pepohonan rindang, tampak asyik mengobrol dengan akrabnya. Menimbulkan rasa iri yang tidak bias pada hati Angel. Jaydan tidak pernah bersikap seramah itu padanya. Setiap mereka tidak sengaja berpapasan, lelaki itu akan menunjukkan ekspresi dingin dengan sorot tidak suka. Betapa miris nasib Angel karena harus menyukai orang yang membencinya."Loh, itu bukannya Jaydan dan Naina, ya?" ujar Austin yang juga menyadari kehadiran dua orang itu."Benar, itu mereka. Cih, ternyata gosip itu benar, Jaydan menolakmu karena sedang pendekatan dengan Naina atau mungkin mereka sudah jadian?" gumam Mischell tanpa menyadari perubahan raut wajagmh temannya yng sudah bermuram durja.Austin menepuk lengan Mischell keras agar gadis bermata indah itu menyadari kesalahannya. Mischell pun langsung menutup mulut, sambil menepuk bibirnya."Sori Angel, aku tidak bermaksud menyinggung perasaanmu.""Tidak masalah, itu bukan urusanku,' tukas Angel dingin."Omong-omong selera Jaydan payah sekali, ya, kenapa dia lebih memilih Naina dibanding dirimu. Padahal kamu sepuluh kali lipat lebih baik dari Naina.""Karena dia buta," jawab Angel asal."Ha ha ha, benar, benar, si Jaydan itu matanya bermasalah sehingga menjatuhkan pilihan pada orang yang salah. Kanu tenang saja Angel, di kampus atau bahkan negara ini masih banyak laki-laki yang seribu kali lebih baik dan mereka menyukaimu."Angel tersenyum saja seolah dia setuju dengan pernytaan Austin. Lelaki hebat yang menyukai Angel memang banyak tapi hanya Jaydan yang gadis itu inginkan dan dia kesal karena tidak bisa mendapatkan apa yang dia mau. Angel berdiri cepat, tempat itu mulai terasa membosankan. Mischell dan Austin mengikutinya. Di tengah perjalanan, seorang gadis tak sengaja menabrak Angel. Gadis itu yang sedang kesal langsung menumpahkan amarahnya pada orang yang menabraknya itu."Kau taruh di mana matamu, hah?!" bentak Angel cukup keras sampai menarik perhatian beberapa orang di sana, termasuk Jaydan dan Naina."Maafkan aku Angel, aku tidak sengaja, kumohon maafkab aku," pinta orang itu ketakutan.Berurusan dengan Lee Angel atau Angel Lee adalah sesuatu yang buruk. Orang itu bisa jadi bulan-bulanan orang suruhan Angel selama satu bulan lebih kalau hal itu sampai terjadi."Setelah menabrakku, kau pikir semudah itu aku akan memaafkanmu? Kau mengotori bajuku dengan makanan sampahmu itu!"Angel sedang kesal, kejadian barusan semakin memantik amarahnya untuk berkobar kian besar. Pakaian mahalnya ternoda oleh saus cabai dari burger yang dibawa orang itu. Angel mengutuk orang itu karena makan sambil berjalan dan tak melangkah hati-hati. Menyebalkan sekali!"Demi Tuhan aku tidak bermaksud begitu Angel, aku mengaku salah, tolong maafkan aku.""Kau ingin mendapat maaf dariku?""Iya, aku ingin kau memaafkanku, Angel, tolong."Angel menyeringai iblis, "Cium kakiku!" titahnya kejam."Hah?" kaget orang itu."Uhhhh," sahut Mischell dan Austin bersamaan sambil saling pandang senang."Cium kakiku baru akan memaafkanmu."Orang itu menunduk, ia tampak bimbang di sela rasa takutnya."Kenapa, kau keberatan?""Ti-tidak Angel, aku ... aku akan mencium kakimu."Angel mengembangkan senyum, ia berdiri angkuh sambil mengulurkan satu kakinya."Lakukanlah!" titahnya.Orang itu mulai bersujud di depan Angel, ia menangis lalu membungkuk untuk mencapai ujung sepatu Angel dengan mulutnya. Sebelum hal itu benar-benar terjadi, tubuh orang itu ditarik kuat ke belakang, seseorang membimbingnya untuk berdiri dan dialah Jaydan."Pergilah," suruh Jaydan pada orang itu."Tapi ... Angel--""Biar aku yang urus, kamu boleh pergi," kata Jaydan tenang. Orang itu menunduk penuh terima kasih pada Jaydan, ia melirik Angel sebentar lalu pergi dari sana dengan tergesa."Siapa yang menyuruhmu mencampuri urusanku?" ketus Angel pada Jaydan."Aku tidak bermaksud ikut campur, hanya saja apa yang kau lakukan barusan sangat tidak pantas. Mana mungkin aku bjsa membiarkannya begitu saja.""Ahhh, kau sedang berusaha menjadi presiden mahasiswa yang baik? Ingin memakmurkan penduduk Nethern dengan murahan hatimu? Bijak sekali," puji Angel bernada sindiran."Berhenti mengusik orang-orang," larang Jaydan tegas."Mereka yang mengusikku lebih dulu.""Tidak ada yang mengusikmu, kau hanya bertindak semena-mena.""Aku berkuasa, dan itu hakku. Kau tidak berhak melarang!""Hhh, percuma aku bicara dengan manusia berhati batu sepertimu.""Jangan bicara padaku kalau begitu."Mata Jaydan berkilat kesal, ia lalu mengajak Naina beranjak dari sana. Meninggalkan Angel yang mematung. Pada akhirnya, lagi dan lagi, hanya sikap ini yang bisa Angel tunjukkan pada seseorang yang dia cinta.BersambunggΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ Angel menutup buku kuliahnya dan segera membenahi barang-barangnya untuk bersiap keluar kelas. Mata kuliah terakhir sebelum jeda satu jam baru saja berakhir. Tidak ada rencana khusus selama jeda kuliah. Michelle dan Austin mengajaknya untuk makan siang di luar kampus namun gadis itu menolak karena dia sedang malas ke mana-mana. Walaupun belum ada tujuannya yang jelas Angel tetap memutuskan untuk meninggalkan kelas. Baru saja keluar, dia sudah dihadang oleh seorang pria tampan yang menunjukkan senyum lebar sampai gigi putihnya terlihat. Angel membeliakkan mata, tampak tidak senang dengan kehadiran pria itu. "Siang, Cantik, mau pergi makan siang denganku hari ini?" tawar pria itu. "Tidak." "Ayolah, kemarin kan aku sudah memenuhi keinginanmu untuk menjahili Stella, kenapa kau masih menolakku. Katanya imbalannya aku bisa kencan denganmu kapan pun selama satu minggu." "Teruslah bermimpi sampai du
Musik keras menghentak-hentak gendang telinga Angel. Satu jam lamanya dia menenggelamkan diri dalam keramaian kelab malam bersama kedua temannya. Austin dan Michelle tengah asyik berdansa dengan pria yang baru saja mereka temui di tempat itu. Meliuk-liukkan badan mengikuti irama musik sambil sesekali berpagutan bibir dan bermesraan tak kenal malu. Hal semacam itu memang sudah lumrah terjadi di tempat ini. Michelle dan Austin bahkan sering one night stand dengan pria yang sama sekali tidak mereka kenal. Hanya bersenang-senang satu malam tanpa memedulikan kehormatan dan juga martabatnya sebagai perempuan baik-baik yang sudah hilang entah sejak kapan. Pastinya, jauh sebelum Angel mengenal mereka, kedua wanita itu memang sudah menjalani kehidupan seperti ini. Untungnya, meski mereka berteman baik tapi Angel tidak pernah tertarik untuk mengikuti gaya hidup kedua temannya dalam urusan percintaan. Cukup menjadi perempuan kejam saja sudah membuatnya bahagia. Rasanya Angel tida
Sejujurnya Jaydan bukan tidak menyesal sama sekali atas perkataan kasarnya kemarin. Dia ingin meminta maaf pada Angel namun bingung bagaimana memulainya. Terlebih gadis itu selalu menunjukkan sikap dingin dan tidak bersahabat ketika berpapasan dengan Jaydan. Sekarang pria itu dengan polosnya menyusuri setiap sudut kampus yang mungkin didatangi Angel hanya karena hasutan Karel yang memintanya untuk segera minta maaf. Awalnya pria ceria nan cerewet itu memang berjanji menemaninya menemui Angel meski dengan sedikit paksaan. Sayangnya, Karel tiba-tiba dipanggil ke ruang dekan dan itu membuat pria jangkung itu bersorak senang. Dia lebih memilih menghadap dekankillerdibandingkan menyaksikan amukan Angel. Alhasil di sinilah Jaydan sekarang, dia harus keluar jauh dari area kelasnya di lantai dua untuk berkeliling d
Ask Dad for Dinner Satu pekan berlalu, akhirnya Naina sudah diizinkan pulang dari rumah sakit. Ini hari terakhirnya dan dia sedang mempersiapkan kepulangannya dengan dibantu Jaydan dan Karel. Sejak insiden mengerikan pekan lalu, dua lelaki itu memang terbilang cukup sering menjenguk Naina. Ada sekitar tiga sampai empat kali, tepatnya Karel membersamai Jaydan menjenguk Karel sebanyak tiga kali, sementara satu harinya hanya Jaydan sendiri yang datang ke sana. Tentu hal itu membuat Naina senang. Jaydan sangat perhatian padanya sampai rela menyisihkan sedikit waktu untuk menemaninya di rumah sakit selama masa perawatan. "Kamu yakin sudah baik-baik saja, Nai, itu kepala masih sakit tidak?" tanya Karel berdiri di dekat lemari es setelah mengambil minuman dingin dari tempat tersebut.
Sehari update berkali-kali, parah, sih!Semoga kalian bacanya gak nabung bab ya, dan tetap kasih apresiasi di setiap bab, thank youuu😘 *** Behind Her Tears Angel bergegas keluar lab komputer dengan cepat begitu kelas selesai, ia bahkan tak memedulikan panggilan Michelle dan Austin yang bertanya hendak ke mana gadis itu pergi atau mereka yang ingin Angel menunggu agar bisa keluar bersama. Tidak bisa, Angel tidak ingin terlambat satu detik pun untuk momen langka yang sulit ia dapatkan di hari-hari biasa. Gadis itu menuruni tangga dengan semangat, senyumnya sedikit terangkat meski tidak terlalu lebar. Entah mengapa dia begituexcitedtentang ajakan makan malam ini. membayangkan dirinya bisa menghabiskan waktu panjang sambil mengobrol santai denga
Satu pekan berlalu sejak pertemuan Jaydan dan Angel hari itu. Pertemuan paling membekas dari semua pertemuan yang pernah terjadi di antara keduanya. Setidaknya begitulah menurut Jaydan. Sejak hari itu, Jaydan tidak pernah melihat Angel wara-wiri di kampus. Gadis itu seperti hilang ditelan bumi. Jaydan penasaran namun tidak memiliki cukup keberanian untuk menanyakan kabar Angel kepada dua teman dekatnya, Michelle dan Austin. Lelaki itu menopang dagunya sambil terus membuka lembar demi lembar buku yang dia ambil secara asal dari rak di seberang sana ketika pertama masuk ke perpustakaan. Pria itu tidak datang sendiri, dia ditemani Naina. Memang gadis itulah yang mengajak Jaydan ke sana, katanya Naina ingin minta bimbingan sang senior dalam mengerjakan salah satu tugas mata kuliah yang belum dia pahami. Memang pada dasarnya Jaydan orang baik jadi lelaki itu menyetujui permintaan Naina tanpa ragu. Sayangnya, konsentrasi Jaydan tidak terkumpul penuh di ruangan itu. Isi kep
Mendengar dua nama itu disebut sontak Jaydan menutup buku tebal di tangannya. Naina memandang itu nanar lalu fokus kembali pada apa yang akan Karel sampaikan tentang Angel. "Kenapa dia?" tanya Jaydan berusaha untuk tidak terlihat penasaran. "Hhh, ini kabar duka sebenarnya tapi gadis itu sudah terlalu kejam jadi aku bingung harus bereaksi apa." "Katakan saja apa beritanya!" desak Jaydan tidak sabar. "Hei, sabar, ini juga mau cerita. Kau ingat tidak, minggu lalu saat Angel menangis di parkiran?" Jaydan mengangguk, Naina yang tidak mengerti menatap kedua lelaki itu bergantian. "Rupanya saat itu Angel mendapat kabar bahwa ayahnya jatuh pingsan di kantornya, diduga karena penyakit jantungnya kumat." "Kau dengar dari siapa kabar ini?" Jaydan ingin memastikan, dia enggan percaya jika sumbernya tidak jelas. Karel menyapu pandangan sekitar, memastikan agar tidak ada yang mendengar pembicaraan mereka. "Tadi aku ke ruang k
Jaydan memandang keluar jendela dari kamarnya yang ada di lantai dua. Hujan mengguyur Ibu Kota malam ini, tahu jika penghuni bumi memerlukan ketenangan yang lebih dari biasanya. Terutama bagi pemuda yang sedang kalut hatinya bernama Jaydan itu. Sejak mendapat kabar mengejutkan dari Karel tadi siang, tidak sekali pun bayangan Angel sirna dari pikirannya. Dia abaikan ponsel yang terus berdering menampilkan nama Naina pada layarnya. Pria itu benar-benar tidak ingin diganggu oleh siapa pun. Tok tok tok! Baru saja Jaydan merapal keinginan untuk tidak diganggu siapa pun nyatanya kini sudah ada orang yang berniat mematahkan doa-doanya. Pria itu beranjak dari jendela dan membuka pintu. Ternyata ayahnyalah yang datang. Jaydan tersenyum lalu mempersilakan pria yang sangat dihormatinya itu masuk. Mereka duduk berhadapan, Jaydan di bibir ranjang sementara ayahnya di kursi belajar pria itu. Jaydan sengaja menunggu sang ayah untuk membuka percakapan. Lelaki itu yakin ayahn