*Happy Reading*Langkah kaki Naira yang tadi tengah berlari terburu-buru mendadak berhenti, ketika melihat tubuh itu tersungkur akibat sebuah bantingan. Naira terpaku dengan napas tercekat dan sorot mata tak percaya melihat kejadian yang baru saja terjadi dihadapannya.K-kok, bisa?"Ni-Nissa?" panggil Naira kaku akhirnya.Yang dipanggil menoleh, lalu mengerjap beberapa kali menatap Naira. Gadis itu sepertinya juga baru tersadar pada apa yang baru saja dilakukan.Rupanya tadi saat berbalik badan, Nissa yang refleksnya sudah sedikit terlatih menahan tangan yang hendak menusuknya. Mendorongnya sedikit ke arah tubuh lawan, kemudian membantingnya. Naira yang memang tidak tahu tentang pelatihan yang Nissa jalani tentu saja terkejut. Sahabat lemahnya berubah keren dan bisa melindungi dirinya sendiri. "Bangsat!" Keterkejutan Nissa dan Naira pun seketika buyar dengan sebuah makian kasar dari wanita yang tadi hendak menusuk Nissa, tapi malah dibanting sang korban. Dia adalah Anjani. Wanita ya
Asa 125*Happy Reading*"Darius?"Raid langsung menggumamkan sebuah nama, saat mendapati seorang yang tadi menyapanya menghampiri di ruang ganti siang ini. Akhirnya dia datang juga. Raid mengulas senyum penuh makna."Hai, Raid. Sorry aku baru bisa datang sekarang," sapa bule bernama Darius, seraya menghampiri Raid yang sangat gagah dengan jas mahal yang membalut tubuhnya.Raid terlihat mengernyit sejenak, sebelum kembali tersenyum dan mengangguk paham. Ekor matanya menangkap kehadiran seorang lainnya, tapi langsung mengurungkan langkah ketika melihat keberadaan Darius di sana. Seorang gadis yang membuat Darius dan Raid pisah kongsi."Kenapa? Karena pesawatmu delay? atau ... karena sempat ragu?" tembak Raid tanpa basa basi. Membuat Darius hanya bisa tersenyum kikuk di tempatnya.Karena Darius tau pasti, dia gak mungkin memilih antara dua alasan yang baru Raid kemukakan. Bagaimana pun? Mau ditutupi serapat apa pun. Raid pasti tau, kalau Darius sebenarnya sudah pindah ke negara ini dua h
*Happy Reading*"Ada apa Darius? Kau tidak suka dengan kejutanku?" jawab Raid enteng. Seraya tersenyum miring di depan sana. Tetapi sambil menatap posisi Darius yang masih di liputi rasa tak percaya di tempatnya."...""Hey, Dude. Jangan men-judge ku seenak hati mu. Karna aku memang tidak seperti itu." Raid berucap sambil mengulas senyum dan mengedipkan sebelah matanya pada sang istri yang terlihat penasaran akan obrolan dalam teleponnya."....""Memang kapan aku bilang akan menikah dengan Naira?"Eh?"Tidak pernah, kan? Itu sih, kau sendiri yang seenaknya berasumsi." tambah Raid. Membuat Darius langsung bungkam di tempatnya. Sementara sang istri di sampingnya semakin penasaran kala nama sang sahabat di sebutkan."...""Ck, itu karena kami memang punya urusan kerjaan bersama di sana." Raid menautkan jemarinya dengan Nissa. "Lagi pula, kau tau aturan di indonesia, kan? Tentang pingitan yang harus di lakukan pengantin. Jadi ... ya saat itu aku dan istriku sedang dalam masa pingitan. Mak
*Happy Reading*Beruntungnya, pesta pernikahan Raid dan Nissa berjalan lancar setelahnya. Tidak ada aral melintang atau gangguan lagi. Eh, ada sebenarnya. Akan tetapi, hanya gangguan kecil dan masih bisa di tangani Frans dan anak buah Raid lainnya. Membuat sang Raja dan Ratu satu hari itu, bisa tenang menikmati pesta yang berjalan meriah hingga malam tiba. Nissa tidak tahu tepatnya berapa undangan yang Raid sebarkan. Mungkin 3000 atau malah lebih. Yang jelas, pesta yang awalnya ia buat canda ingin dilaksanakan mewah memang benaran terjadi. Bahkan melebihi ekspektasinya. Banyak orang penting yang hadir. Tak hanya dari kalangan pebisnis dari dalam dan luar negeri saja. Bahkan ada juga pejabat, Artis, Model, serta banyak lagi yang tak bisa Nissa sebutkan satu-satu. Ada juga para awak media juga yang meliput jalannya acara. Membuat Nissa merasa jadi artis dadakan. Akan tetapi, kini ia pun tahu jika sang suami mempunyai cakupan relasi yang tak main-main. Beberapa pengelola pondok pesantr
*Happy Reading*Nissa tersentak halus saat sebuah tangan kekar melingkar di perutnya dari arah belakang. Napasnya tercekat, jantungnya mulai berdebar tak karuan. Tahu siapa si pemilik tangan besar itu, Nissa pun berusaha mengatur napas dan menekan degup jantung agar tak sampai terdengar pria yang kini tengah memeluknya. Malu!"Kamu pasti capek, ya? Haruskah kita menunda malam pertama kita?" "Nanti reader kecewa."Raid terkekeh di belakang tubuhnya, lalu mengeratkan pelukannya dan mencium sisi kepala bagian atas. Sebelum ini Nissa tak pernah merasa ada yang salah dengan postur tubuhnya. Meski dia tidak setinggi model, tapi dia juga tidak pendek, kok. Pas lah untuk ukuran tubuh orang Asia. Namun kini, ketika berada dalam dekapan Raid seperti ini. Nissa mendadak merasa bogel. Bagaimana tidak, ternyata tingginya hanya sampai dagu sang suami saja. Apalagi saat ini dia juga tak memakai high heels untuk menunjang penampilannya. Makin-makin saja Nissa merasa kecil sekali di hadapan Raid. "
*Happy Reading*Akibat ulah Raid, Nissa jadi melewatkan sholat subuhnya. Pria itu benar-benar gila dalam menuntaskan hasratnya. Nissa kesal, tapi juga tak kuasa untuk marah. Soalnya kalau dipikir lagi, Raid tak sepenuhnya salah. Ia pun ada andil. Karena apa? Ya, karena lebih gilanya Nissa juga menikmati keintiman itu sampai lupa waktu. Ah, tidak, bahkan SANGAT MENIKMATI. Hingga saat Raid minta nambah pun, Nissa menyambut dengan senang hati.Entahlah, Nissa tidak tahu apa yang salah dengan dirinya. Yang jelas, dia benar-benar menikmati semua sentuhan Raid dan seperti tak merasa puas. Ingin lagi, lagi, dan lagi. Wajar nggak, sih? Kalian yang udah nikah, tolong komen ya ini wajar atau tidak. Yang pasti, Nissa sendiri malah merasa mendadak jadi maniak seks. "Astaga!" Nissa tersentak kaget, saat baru saja membuka mata sudah di hadapkan dengan wajah Raid bersama senyum khasnya. Iya sih ganteng. Tetapi tetap aja kaget kalau sedekat ini. "Abang, ih! Ngagetin aja," Nissa mencebik kesal. Rai
#WARNING!! ZONA KHUSUS DEWASA! YANG MASIH DIBAWAH UMUR MENYINGKIR DULU! KALAU PERLU TUNJUKAN KTP KALIAN DI KOLOM KOMENTAR##*Happy Reading*Sebenarnya Nissa masih penasaran akan penjelasan Raid tentang Abyan yang ternyata 'letoy'. Masih ingin mendengar secara detail lagi. Sungguh suaminya ini ternyata luar biasa. Apa daya, perut tak bisa di ajak kompromi. Di tengah-tengah obrolan mereka. Dia malah berbunyi nyaring. Tanda cacing di dalam tengah demo minta diberi asupan energi. Akhirnya Nissa pun terpaksa mengakhiri obrolan seru mereka."Sudah, sudah. Kita lanjut ngobrol lagi nanti. Sekarang lebih baik kamu mandi dulu, habis itu makan.""Nggak kebalik, Bang? Bukannya lebih enak makan dulu baru mandi? Nanti kalau Nissa masuk angin, gimana?"Raid mengulas senyum manisnya, lalu membelai rambut panjang Nissa yang tampak acak-acakan, tapi tetap memesona di matanya. Malahan menggoda. Membuat Raid ingin mengulangi pergumulan manis mereka semalam kalau saja tidak kasihan pada istrinya ini."Tid
Raid tersenyum manis menatap sang istri yang tengah terlelap. Disibakkannya rambut yang menjuntai menghalangi wajah cantik istrinya. Lalu satu kecupan panjang Raid berikan di sisi kepala wanita yang sudah mencuri hatinya tersebut.Nissa tak bergeming. Benar-benar tak terganggu sama sekali dengan perbuatan Raid barusan. Begitulah Nissa, kalau sudah tidur memang seperti mayat. Tak terganggu oleh apa pun. Itulah kenapa, dulu saat Raid masih suka iseng mencuri ciuman dibibir semerah cerry-nya. Nissa tak menyadarinya sedikit pun. Pernah satu kali hampir ketahuan, pas awal melakukannya. Beruntung Raid sudah terlatih dalam hal bersembunyi. Ajaib memang Nissa ini. Sepulas apa pun tidurnya, dia akan terbangun jika jam sudah menunjukan pukul tiga pagi. Meski tanpa alarm. Tetapi memang Nissa pasti akan terbangun jam sekian. Seolah punya alarm tubuh sendiri. Raid mengetahui hal itu setelah memantau Nissa diam-diam lewat cctv.Raid bahkan hafal betul apa yang akan Nissa kerjakan di jam segitu. Se