Bagaimana rasanya punya pasangan tukang selingkuh? Sakit? Tentu saja. Itulah yang dialami Nissa, atau lengkapnya Anissa Fatih Zhakia. Nissa terpaksa bertahan dalam perjodohannya dengan seorang playboy bernama Abyan, demi untuk berbakti pada orang tua. Sakit hati sudah jadi makanan sehari-hari untuk Nissa. Meski sebenarnya, bukan Abyan laki-laki yang Nissa cinta, tapi Raid. Pria bule yang selalu menolak halus cintanya karena alasan perbedaan. Kenyataan itu membuatnya makin merepih, karena merasa tidak berharga di sisi mana pun. Baik Abyan atau Raid. Keduanya seakan tak menginginkan Nissa. Apa kehadiran Nissa memang tidak ada harganya sama sekali? Entahlah. Nissa tidak tahu. Namun, Nissa yakini, dia tidak boleh menyerah, kan? Karena hidup ini adalah sebuah perjuangan. Lalu, sampai kapan Nissa harus berjuang? Nissa sendiri belum menemukan jawaban pastinya. Yang jelas saat ini. Nissa masih bertahan dengan memeluk asanya. Meski mungkin itu hanya hampa semata.
View More*Happy Reading*Dok! Dok! Para penjahat tadi menggedor pintu mobil kembali."Turun!" titahnya tegas.Frans mengulas senyum dibalik kemudi. Kemudian membuka patuh dan pintu mobil. Dia turun dengan kedua tangan terangkat sejajar dengan wajah, tanda menyerah. Meski begitu raut wajah Frans menunjukan sebaliknya. Penjahat tadi menarik tangan Frans dan membawanya ke belakang tubuh dan menguncinya di sana. Frans menuruti saja apa pun mau orang itu."Buka pintu bagian belakang!" Penjahat tadi kembali memberi perintah. "Sudah," sahut Frans santai. "Tunggu!" larang Frans saat orang satunya yang akan membuka pintu bagian belakang. "Hati-hati, dia sedikit galak," ucap Frans yang tentu saja tak dihiraukan orang itu. Malah di remehkan. Pria itu tetap membuka pintu dan ....Brak!Dor!Dor!Dor!Sedetik kemudian pintu dibuka kasar dari dalam dan bunyi tembakan langsung terdengar tiga kali. Pria tadi seketika jatuh tersungkur bertepatan dengan keluarnya seseorang yang memakai kebaya putih penganti
*Happy Reading*5000 gram emas. Di antara semua mahar yang Raid berikan. Hanya satu hal itu yang menyita perhatiannya. Bukan apa-apa, pasalnya Nissa jadi teringat obrolan mereka waktu itu, kala baru saja pulang dari cafe danau. "Kamu mau apa nanti untuk maharnya, Sayang?" Raid bertanya saat mereka masih dalam perjalanan pulang."Apa aja terserah Abang.""Abang serius. Kamu kamu mau apa? Nanti biar Abang usahakan."Nissa tersenyum manis. "Nissa juga serius, kok. Terserah Abang aja mau kasih Nissa apa. Yang jelas, jangan sampai memberatkan Abang dan jangan juga merendahkan Nissa. Abang udah belajar agama, kan? Tentunya sedikit banyaknya sudah tahu tentang ketentuan sebuah mahar."Raid mengangguk faham. "Baiklah, aku mengerti," ucapnya kemudian. Lalu hening. Raid seolah tengah berpikir keras saat ini tentang mahar yang cocok untuk Nissa. "Atau gini aja deh, Bang. Gimana kalau cincin tadi aja yang dijadikan mahar? Cincinnya bagus loh itu. Harganya pasti lumayan." Nissa memberi usulan.
*Happy Reading*Sejak jam tiga pagi, kediaman Naira sudah terlihat sibuk dengan berbagai aktifitas. Apalagi, tentu saja semua demi mempersiapkan acara ijab qabul pernikahan Nissa dan Raid, yang akan dilaksanakan di Masjid dekat rumah Naira. Meski acaranya sendiri mulai jam sembilan pagi. Tetapi tahu kan kalau persiapan mempelai wanita lebih lama dan lebih ribet. Pokoknya butuh berjam-jam hanya persiapannya. Selain pengantin, para brides maid harus di persiapkan. Hal itu membuat Eva yang memang ditunjuk sebagai MUA Nissa hari ini sudah ribet pagi-pagi sekali."Sumpah, deh. Sampe sekarang gue tuh masih penasaran. Si Raid yang spek lucifer itu punya amalan apa, sih, sampe bisa dapetin cewek spek bidadari kayak si Nissa?"Di antara orang-orang yang sibuk, ada Karina yang ikut nimbrung sambil ngemil makaroni pedas hasil jajan kemarin sore. Karina dan jajanan memang sulit di pisahkan. "Kenapa emang? Gue rasa mereka cocok, kok." Eva menimpali di sela kegiatannya melukis di atas wajah Niss
*Happy Reading*"Tidur, Nis. Besok harus nikah juga. Jangan sampai tuh kantung mata ngalahin panda besok, ya."Nissa langsung menolehkan kepala, kala mendengar suara yang menegurnya ketika ia masih menikmati langit berbintang malam itu dari atas balkon. "Eh, elo, Nai." Ternyata yang menegur tadi adalah Naira. "Gue ganggu tidur lo, ya? Maaf, ya?"Malam itu Nissa memang tidur bersama Naira di kamar gadis itu. Acara ijab kabul esok hari memang akan dilaksanakan di Masjid yang ada di dekat rumah Naira. Karena itulah, dari tadi pagi Nissa sudah mengungsi ke rumah ini bersama Eca, Kiki dan Mora. Tiga gadis yang memang menjadi bodyguardnya sampai hari H."Enggak, kok. Gue emang kebangun aja gegara aus. Eh, pas liat balkon ada lo," terang Naira, menghampiri Nissa dan ikut berdiri di balkon. "Elo kenapa belum tidur? Besok padahal harus bangun pagi, kan? Nanti di marahin mbak Eva lo kalau kantung mata lo item."Nissa mengulas senyum manis. Lalu mengalihkan atensi pada langit malam yang memang
*Happy Reading*"Dasar bocah tua nakal. Susah banget dibilanginnya. Udah di kasih tahu jangan ketemu dulu, masih aja ngeyel. Ugh, lama-lama kulempar juga dia sama pisau bedahku. Biar ilang itu ginjal sekalian." Karina masih mengomel panjang kali lebar selepas menutup video call dari Raid. Meski tadi sudah mengomeli Raid sepanjang jalan kenangan mantan terindah. Ternyata hal itu belum membuat Karina puas. Tak tanggung-tanggung, saking kesalnya, dia sampai memblokir nomor Raid dari ponsel. Entah dia lupa atau bagaimana jika yang sedang ia pegang adalah ponselnya Nissa."Biar tahu rasa!" desisnya kesal. "Kamu juga kasih tahu sama lainnya. Kalau Raid telepon minta di sambungkan ke Nissa. Blokir aja nomornya!" lanjutnya kemudian. Kali ini mengarah pada Eca yang menatapnya takjub. Sejak kenal beberapa hari dengan Dokter yang kadang somplak itu, Eca memang mulai mengaguminya. Karena meski seringnya koplak dan absurd. Di mata Eca, pembawaan Karina itu hangat. Seperti seorang ibu. Jadi Eca k
*Happy Reading*Hari yang di nantikan semakin dekat. Tinggal menghitung hari saja. Raid mulai tidak sabaran menantikan hari itu. Apalagi, sejak pulang dari London dia juga disibukan beberapa pekerjaan yang membuatnya tak punya waktu menemui sang pujaan hati. Raid jadi galau. Uring-uringan karena harus menahan rindu yang mulai menyesakan dada."Ayolah, Raid. Kau hanya harus menunggu 3 hari lagi. Bersabarlah." Frans yang memang menemani masa pingitan Raid pun mulai gemas melihat tingkah lebay Raid. "Kau tak akan tahu rasanya menahan rindu pada yang terkasih Frans. Jangankan 3 hari. Sedetik saja rasanya seperti seabad. Sungguh menyakitkan."Lebay! Frans memutar matanya jengah. Makin ke sini Raid memang makin ke sana. Menjengkelkan dan rasanya menggoda sekali untuk dicekik lehernya. "Tidak usah berlebihan. Kau tidak akan mati hanya karena menahan rindu tiga hari lagi.""Tapi aku kangeennn."Astaga! Rasanya Frans mulai hilang ke sabaran. Raid mode bucin begini benar-benar menguji iman. K
*Happy Reading*"SHE SAY YESS!!" seru Raid heboh sedetik setelah Nissa menganggukkan kepala. Tanda menerima lamaran mendadak namun sukses bikin baper ala Raid.Abang!" teriak Nissa panik.Saking senangnya, Raid memang refleks berdiri cepat dan hampir meloncat seperti anak kecil dapat mainan baru. Tentu saja hal itu membuat perahu yang mereka tumpangi oleng dan hampir terjungkal.Beruntung perahu tidak sampai benar-benar terjungkal, karena Raid cepat menguasai kondisi dan membuat parahu mereka kembali stabil. Bayangkan kalau perahu beneran terjungkal. Acara lamaran romantis bakal berakhir masuk angin, pasti.Ugh ... ya ampun. Hampir saja!"Ya ampun, Bang. Senang sih senang, tapi nggak pake acara ngajak nyungsep bareng juga, kali," omel Nissa kemudian. Hilang sudah euforia yang sempat dirasakan tadi akibat lamaran romantis tadi. Berganti dengan rasa kesal, setelah panik beberapa saat lalu. "Maaf, sayang. Abang terlalu bahagia tadi." Raid meringis bersalah di tempatnya. Sementara Nissa
*Happy Reading*"Masih kesel?""Nggak!""Beneran?""Hm ....""Kalau udah nggak kesel, kok nggak ngomong apa-apa dari tadi. Bahkan, senyum aja kayaknya malas, ya?"Nissa mendesah kasar di tempatnya. Lalu melirik Raid dan menarik kedua sudut bibirnya guyon. Menampilkan senyum yang sangat terlihat dipaksakan. "Nih udah senyum. Apa Abang senang?" ucap Nissa malas. Raid mendengkus geli melihat kelakuan Nissa. "Itu bukan senyum, sayang. Lebih mirip menyeringai. Bikin Abang merinding aja, deh.""Maksudnya senyum Nissa nyeremin?" cebik Nissa tak terima. "Nggak nyeremin sih, tapi bikin hati Abang jadi sakit aja.""Kok, bisa?""Soalnya Abang jadi ngerasa gagal bikin kamu bahagia. Padahal Abang sudah janji kan tadi di depan makam kedua orang tua kamu, akan berusaha sebaik mungkin buat kamu selalu tersenyum bahagia. Tapi lihatlah sekarang, belum apa-apa Abang udah gagal bikin kamu senyum manis. Payah banget ya, Abang?"Nissa mendekus kasar di tempatnya. Namun, dengan pipi yang mulai merona ka
*Happy reading*"Maksudnya? Abang menyelidiki aku selama ini?" "Abang menyelidiki semua orang yang dekat dengan Naira."Raut wajah Nissa langsung berubah. Meski tidak terlalu kentara, tapi Raid menyadarinya. Seolah mengetahui kesalahannya, Raid pun buru-buru berucap, "Jangan cemburu, please. Kamu tahu kan, bagaimana arti Naira dulu untukku?"Nissa menunduk lesu. Sekuat apa pun dia meneguhkan hatinya, tetap saja rasa cemburu itu kerap mengusiknya. Bagaimana pun dia tetaplah seorang wanita yang punya rasa egois ingin dijadikan ratu satu-satunya oleh seorang pria. Namun, mau bagaimana lagi? Naira dan Raid seperti satu paket. Saling ketergantungan satu sama lain. Mau tak mau Nissa harus menerima kenyataan tentang keberadaan Naira di sekitar mereka, jika memang telah memutuskan menerima Raid. Sejujurnya Ini sungguh tak nyaman. Tetapi Nissa tak punya pilihan. "Apa ...Abang masih mencintai, Naira?" Nissa ingin memastikan pilihannya sekali lagi. Dia butuh diyakinkan jika pilihannya sudah te
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.