Share

the fourth chapter : confession | 고백?

   Malam pun sudah berganti pagi. Cahaya matahari menembus masuk melalui celah-celah gorden  yang tidak tertutup rapat, membangunkan seorang gadis dari tidur lelapnya.

   Sejenak ia merenggangkan otot-ototnya yang masih terasa kaku. Ia lantas tersenyum, mengingat semua kenangan manisnya semalam. Raut wajah Junwo, bau soju serta samgyeopsal masih ia ingat dengan jelas. Hanya memikirkannya saja dapat membuat wajah Seulbi merona merah.

   Semalam Seulbi telah meminum sekitar dua botol soju bersama Junwo. Pengar? Seulbi bahkan tidak butuh obat ataupun makanan pereda pengar. Toleransi alkohol nya bisa dibilang cukup tinggi. Ia mampu meminum 3 botol soju tanpa mabuk sekalipun. Ia lantas bangun dan beranjak dari ranjangnya.

Oke, Seulbi kamu harus semangat, karena everything gonna be yaudah lah mau gimana lagi, ucap Seulbi pada dirinya sendiri seraya membuka tirai gorden.

   Hari ini Seulbi hanya akan berlatih script dramanya dirumah, karena senin depan syuting dramanya akan dimulai. Lagi-lagi ia gugup memikirkan bagaimana syuting dramanya nanti akan berlangsung. Ia takut jika nanti ia diremehkan oleh orang lain disana.

   Padahal beberapa minggu yang lalu, Seulbi sudah mengikuti proses reading bersama aktor dan aktris lain yang akan membintangi drama tersebut. Yang artinya dia juga sudah bertemu dengan beberapa staf, bahkan dengan Sutradara maupun penulisnya. Begitulah Seulbi, ia memiliki kecemasan yang sedikit berlebihan. Overthinking mungkin sudah menjadi teman baiknya.

   Hari yang mendebarkan pun tiba. Sejak jam 9 pagi, ia sudah dijemput oleh manajernya. Saat ini ia sudah berada di sebuah rumah sakit sebagai set dramanya. Tidak seperti yang ia pikirkan sebelumnya, para aktor dan aktris yang mana adalah sunbaenim nya memperlakukan Seulbi dengan sangat baik. Begitupula dengan para staff disana. Mereka semua sangat membantu Seulbi yang sedang berproses ini.

   Di hari itu Seulbi hanya melakukan beberapa adegan scene. Hanya sebagian dan belum semuanya. Namun ia melakukannya dengan sangat baik. Sutradara dan para sunbaenim juga memujinya dan mengatakan bahwa Seulbi telah bekerja keras dengan sangat baik. Seulbi memang seharusnya lebih meningkatkan rasa percaya dirinya.

   Semua dukungan dari para staff, crew, dan sunbaenimnya membuat Seulbi menjadi lebih tenang dan percaya diri untuk melakukan syuting di hari-hari setelahnya. Apalagi setelah ia mendapatkan dukungan dari Park Junwo.

   Waktu telah berlalu dengan cepat. Sudah beberapa minggu sejak pertemuan Seulbi dan Junwo dimalam itu.  Seulbi dan Junwo pun juga semakin dekat.  Di sela kesibukan Junwo yang sangat padat, ia tetap menyempatkan waktunya untuk bertemu dengan Seulbi.

   Begitupula dengan Seulbi yang menyempatkan waktu, ditengah kesibukan syutingnya untuk menemui Junwo. Entah sekedar makan bersama atau menceritakan hari mereka masing-masing. Jika tidak bisa bertemu, mereka akan bertukar kabar lewat telepon.

   Seulbi semakin merasa nyaman dengan Junwo. Ia sadar setelah malam itu, perasaannya telah tumbuh. Dari rasa kagum menjadi rasa sayang yang tulus. Ia senang Junwo memperlakukannya dengan baik. Ia juga merasa bahwa Junwo menaruh perhatian lebih kepadanya.

   Namun disisi lain Seulbi juga merasa kebingungan. Apakah Junwo juga suka padanya? Ataukah ia memang baik pada semua orang? Atau malah ia hanya menganggapnya sebagai seorang adik? Berbagai pikiran terlintas dalam benak Seulbi. Dia bingung atas hubungannya dengan Junwo saat ini.

   Hanya ada satu orang yang dapat membantunya atas kebingungannya ini. Orang itu adalah Jung Mina, sahabat Seulbi. Sudah 2 tahun ini mereka berteman. Satu almamater, satu jurusan, serta tahun kelahiran yang sama. Jung Mina pun juga sedang merintis karir nya di industri film dan drama Korea Selatan. Hal tersebut yang menjadikan mereka berdua lebih dekat, karena berbagi suka duka yang sama.

   Namun Jung Mina sendiri pun, tidak tahu tentang kecemasan terbesar Seulbi. Tidak mudah bagi Seulbi terbuka pada orang lain untuk menceritakan kesulitannya. Itulah mengapa Mina sering marah kepadanya, karena Seulbi selalu manahan semuanya sendirian. Namun Seulbi merasa bahwa ini adalah saat yang tepat untuk menceritakan Junwo pada Mina.

   Dan disinilah mereka sering bertemu, di sebuah cafe yang tenang dan tidak terlalu ramai. Tempat yang paling pas untuk bertemu dan  mengobrol selama berjam-jam. Selain karena tempat dan desain ruangannya yang nyaman, pemilik cafe ini sendiri pun adalah kakak laki-laki Mina. Bahkan Seulbi beberapa kali menjadi pekerja part time di cafe ini.

”Mina, apa yang harus ku lakukan saat ini. Menurut mu apakah Junwo Oppa menyukai ku?”

”Coba kau ceritakan apa saja yang telah Junwo lakukan padamu.”

   Seulbi mengatakan bahwa Junwo Oppanya itu telah memperlakukan nya dengan baik dan hangat. Ia sering sekali mengusap kepala Seulbi dan mengatakan bahwa Seulbi telah bekerja dengan baik.

   Junwo juga seringkali menemuinya ditengah kesibukannya untuk sekedar mengajaknya makan. Junwo sangat sering menelepon dan mengiriminya pesan. Hanya menceritakannya saja membuat pipi Seulbi merona merah.

   Menurut Mina, Junwo pasti menyukainya. Jika Junwo sudah memperlakukannya dengan sangat manis begitu, tidak mungkin jika ia tidak menyukainya. Mina berkata, jika Junwo hanya menganggap Seulbi sebagai teman apalagi seorang adik, ia pasti sangat brengsek.

   Apalagi jika Junwo sampai mengghostingnya. Seulbi semakin bingung, ia tidak mengerti dengan semua ini. Kenapa Junwo tidak segera menyatakan perasaannya padanya dan membuat ia menunggu kebingungan.

”Kapan Draxeo konser di Jepang?”

”Minggu depan mereka sudah akan berangkat.”

”Nah itu artinya Junwo Oppa mu itu, hanya mencari waktu yang tepat. Bukankah begitu?”

”Aku juga berharap seperti itu. Semoga yaa.” Jawab Seulbi dengan raut wajah yang sedih.

   Namun sampai sekarang Seulbi belum menceritakan kedekatan nya dengan Junwo pada sepupunya Woohyun. Entah apa yang akan Woohyun katakan jika tahu kedekatan mereka. Seulbi pernah melihat Woohyun berada di sebuah variety show. Saat itu, ia ditanya oleh MC acara tersebut.

”Jika punya adik perempuan, apakah kalian akan mengijinkan adik mu untuk dating dengan salah satu member?”

   Dan seperti yang sudah Seulbi duga, Woohyun menjawab tidak akan mengijinkannya sama sekali. Ia berkata bahwa, tidak akan pernah mengijinkan adiknya untuk dating dengan salah satu temannya.

”Lalu bagaimana kau akan mengatasinya, jika nanti kau beneran sudah dating dengan Park Junwo?”

”Hanya untuk saat itu aja, aku ga akan dengerin perkataan nya Woohyun Oppa.”

   Menurut Mina, Seulbi tetap harus mendengarkan perkataan Woohyun. Toh Woohyun lah yang mengenal Junwo dengan lebih baik. Namun Seulbi menyangkalnya. Ia merasa bahwa Woohyun hanya tidak ingin adiknya dating dengan temannya, karena jika nanti putus itu hanya akan membuat hubungan pertemanannya canggung.

   Obrolan mereka berlanjut, dari yang awlanya membicarakan Junwo, lalu sampai permasalahan seputar tugas kuliah. Beberapa hari yang akan datang akan ada penilaian di mata kuliah Seulbi. Mereka diharuskan meniru gerak-gerik dari seekor binatang apapun itu. Seulbi dan Mina berpikir bahwa mereka harus menjadi binatang yang unik agar nilai mereka bisa bagus.

”Duh Mina, kau akan jadi apa besok.”

”Aku sudah memikirkannya. Aku akan menjadi kepiting.”

”Kepiting? Gimana caranya?”

   Mina segera menunjukkan kemampuan beraktingnya sebagai kepiting. Ia menaikkan kedua tangannya ke atas lalu berjalan secara menyamping. Ia bahkan bisa mengeluarkan suara gelembung dengan sangat baik.

   Seulbi tertawa terbahak-bahak melihatnya. Mina kembali duduk dan tiba-tiba bertanya pada Seulbi.

”Oiya, apakah nanti kau akan mengatakan bahwa kau adalah sepupu dari Jang Woohyun.”

”Tiba-tiba banget deh na. Enggaklah toh aku juga cuma sepupunya.”

   Seulbi berniat untuk tidak mengatakan pada siapapun kecuali orang terdekat nya, bahwa ia adalah adik sepupu Jang Woohyun. Menurutnya juga tidak akan mempengaruhi apapun, toh ia juga bukan adik kandung dari Jang Woohyun.

”Tapi bukankah itu bisa mendongkrak popularitas mu?”

”Iya itu emang bener. Tapi aku ingin dikenal sebagai Park Seulbi. Bukan adik sepupu Jang Woohyun.”

   Seulbi ingin dikenal karena kerja kerasnya sendiri. Bukan panjat sosial melalui sepupunya. Ia percaya bahwa suatu hari nanti, ia juga bisa sama terkenalnya dengan Woohyun.

   Hari mulai gelap, obrolan dua sahabat yang sudah berlangsung selama berjam-jam itu pun akhirnya berakhir. Mereka memutuskan untuk pulang kerumah masing-masing.

   Ponsel Seulbi berdering ketika ia baru sampai di depan pintu apartemennya. Nama Park Junwo yang tertera di layar ponsel nya membuat senyuman terlukis di wajahnya.

”Junwo Oppa, kenapa?”

”Apakah kau ada dirumah? Aku ada di depan apartemen mu, bisakah kita bertemu?”

”Iya aku ada dirumah. Mendadak banget, ada apa Oppa?”

”Turunlah kebawah, aku tunggu kau di mobilku.”

   Dengan bergegas Seulbi turun kembali kebawah apartemennya. Seulbi gugup, ia bertanya-tanya dalam hatinya kenapa Junwo ingin menemuinya dengan sangat mendadak. Mobil Junwo terlihat dalam pandangan Seulbi. Ia menuju mobil itu dan segera masuk kedalamnya.

”Kenapa Oppa, kau mengagetkan ku.”

”Hahahah maaf jika sangat mendadak. Aku ingin mengajak mu kesuatu tempat.”

   Junwo segera melajukan mobilnya. Beberapa waktu berlalu, sampailah mereka di Namsan Mountain Park. Dari sana terlihat begitu indahnya pemandangan Seoul di malam hari.

”Wah, indah sekali. Keliatan banget ya dari sini, benar-benar kota yang sangat sibuk.” 

”Begitulah Seoul.” balas Junwo secara singkat.

   Mereka berdua memandangi Seoul dalam diam. Entah apa yang sedang dipikirkan oleh dua insan ini.

”Seulbi yaa.” panggil Junwo memecahkan keheningan yang tercipta barusan.

   Seulbi yang tadinya menatap pemandangan Seoul itu pun beralih menatap Junwo yang memanggilnya.

   Junwo menatap manik mata hitam Seulbi seraya menggenggam tangannya yang mungil. Seulbi terkejut dengan perlakuan Junwo. Jantungnya berdegup kencang, pipinya pun merona merah.

   Junwo melanjutkan perkataannya, ”Aku tidak tahu apakah ini adalah waktu dan tempat yang tepat untuk mengatakannya,” Junwo menghirup napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan,

”tapi aku menyukaimu entah sejak kapan. Park Seulbi, berkencanlah denganku.”

   Seulbi hanya bisa diam mendengarnya. Ia sedikit terkejut dengan pengakuan cinta Junwo. Namun pada akhirnya ia tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Junwo segera memeluk tubuh gadis itu dan mencium rambutnya dengan penuh kasih sayang. Seulbi dengan nyaman memeluk tubuh Junwo yang hangat.

   Mereka melepaskan pelukan itu dan disitulah mata mereka bertemu, membuat mereka saling tatap dalam diam. Junwo mendekatkan wajahnya pada Seulbi. Ia menatap Seulbi sesaat hingga benar-benar menghapus jarak antara wajahnya dengan wajah Seulbi. Dekat, sangat dekat.

   Seulbi memejamkan matanya dan merasakan bibir Junwo menciumnya dengan lembut. Seoul di malam itu menjadi saksi bisu, dari kebahagiaan serta kepercayaan yang akan menghancurkan Seulbi kelak.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status