Big Al & Little Ai

Big Al & Little Ai

Oleh:  Ami Young  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
31Bab
1.5KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Rasa yang tumbuh seiring berjalannya waktu membawa Dew merasakan hal-hal yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. Pertemuannya dengan Alvis Prawira semasa kuliah memberikan perubahan besar pada hidupnya Hingga persitiwa itu terjadi yang membuat Dew memilih untuk merelakan semuanya, menghilang, dan mengobati hatinya. Tapi, ternyata kisah mereka belum berakhir. Mereka dipertemukan kembali. Dapatkah Dew menerima dan melewatinya?

Lihat lebih banyak
Big Al & Little Ai Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
31 Bab
PROLOG
PROLOGSeptember, 2018Basah…basah…telat…telaaattt, Pekik gadis itu dalam hati sambil merutuki hujan yang turun deras sejak subuh memaksanya harus berlarian dari halte bis ke depan lobi kantor. “Maafkan hambamu ini ya Allah mengomel akan rezeki yang kau curahkan di bumi ini,” ucap gadis itu pada diri sendiri. Gadis itu melangkahkan kakinya lebar-lebar memasuki lobi kantor dan melesat masuk ke dalam lift. Lima menit lagi aku akan terlambat, Gak banget kan, terlambat di hari pertama bekerja. Aku menyandarkan badanku di dinding lift menetralkan nafasku yang memburu karena berlari. Ku tatap aliran air hujan di kaca dari dinding lift yang transparan. Mengapa hujan selalu mengingatkan ku tentangnya?
Baca selengkapnya
BAB I
Agustus, 2009  Senyum riang tersungging di bibirnya ketika menapaki tangga di salah salah satu gedung universitas bergengsi di Indonesia ini. Dewintra Asyakina Manyana, seorang gadis dari pulau kecil yang berhasil membuktikan dirinya dapat diterima di salah satu universitas terbaik tanpa harus susah payah mengikuti tes masuk. Sejak SMA dia sangat menyukai dunia periklanan. Bagaimana hanya dengan sebaris kata – kata dapat membuat orang terhipnotis. Dew, begitu biasa ia disapa dengan senyum sumringah berjalan masuk ke gedung tempat penerimaan mahasiswa baru tingkat universitas akan diadakan. Nomor tempat duduknya berada di lantai. Ia menengadahkan pandangan ke sekeliling ruangan. Banyak dari mahasiswa baru yang tampaknya sudah saling mengenal dan saling berbincang akrab. Dew mendengus memikirkan nasibnya yang sampai saat ini belum memiliki teman baru. Ia punya teman SMA yang juga lulus di Universitas ini tetapi mereka berbeda jurusan dan nomor kursi mereka
Baca selengkapnya
BAB 2
Alvis Prawira atau Wira panggilan dari sahabatnya Wina tapi orang lain yang diluar lingkaran orang dekatnya memanggilnya Alvis. Seorang ketua BEM Fakultas Ekonomi yang dikenal tak banyak bicara, tapi memiliki kharisma yang membuatnya disegani. Sepak terjangnya dalam organisasi kemahasiswaan membuatnya dikenal sebagai ketua BEM yang tak pernah takut menyuarakan aspirasi banyak orang. Walaupun ia memiliki lingkaran pertemanan yang luas tapi hanya segelintir saja yang benar – benar mengetahui kehidupan pribadinya, salah satunya adalah Wina. Ia dan Wina sudah saling mengenal sejak SMP, SMA, hingga kuliah pun mereka secara kebetulan lulus di Universitas yang sama dan di Jurusan yang sama. “Hai, pak ketua,” sapa salah seorang pengurus BEM saat Alvis menjejakkan kakinya di pelataran dekat ruang BEM. “Hai,” balas Alvis sembari tersenyum “Dicariin Wina tuh dari tadi. Udah mencak-mencak dia dikit lagi kebakar tuh rambut saking panasnya.” Alvis hanya terkekeh me
Baca selengkapnya
BAB 3
Dew berjalan dengan lesu menapaki tangga kos menuju kamarnya yang berada di lantai 2. Ia bersyukur karena jarak kos dan kampusnya lumayan dekat. Bisa ditempuh dengan berjalan kaki sehingga ia bisa menghemat uang bulanan untuk hal – hal tak terduga. Kosannya ini terletak dekat dengan kampus dan berada di area yang memang banyak bangunan kos – kosan. Ia tak perlu dipusingkan dengan keperluan perut, mandi, dan kuliah karena hampir semuanya tersedia. Cukup sediakan uang. Ia melangkah masuk ke kamarnya dan langsung merebahkan dirinya di atas kasur busa sederhana. Kamarnya tak terlalu besar tidak juga sempit. Cukup untuk satu orang dengan satu buah lemari pakaian, satu buah rak buku, dispenser, dan penanak nasi. Itu sudah lebih dari cukup. Ingatannya melayang pada kejadian siang tadi di pinggir danau. Dew tersenyum mengingat kejadian tadi. Ia berharap laki – laki itu tidak menyadari perubahan warna pada wajahnya yang terlalu terkejut dan malu saat itu. Cukup Dew, jangan kebany
Baca selengkapnya
BAB 4
Alvis berlari kecil menuju gudang pusat kegiatan mahasiswa yang sudah terlihat di depan matanya. Ia semakin mempercepat langkhanya dikarenakan hujan yang semakin deras sambil mendekap erat Notebook yang ia sembunyikan di balik jaketnya. Pekerjaannya sedikit terganggu dikarenakan hujan yang turun saat ia tengah berada di tempat favoritnya di sebuah kursi panjang dekat danau. Tempat biasa ia mencari ide dan inspirasi menulis dan mengerjakan artikel yang akan ia kirimkan ke beberapa koran dan majalah.             Gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa atau mereka biasa menyebutnya PKM tinggal beberapa langkah lagi saat Alvis secara spontan memicingkan matanya untuk mempertajam indera penglihatannya, tak yakin dengan apa yang dilihatnya. Sejak pertemuan pertama mereka di danau, Alvis sempat beberapa kali sengaja melewati tempat itu berharap mungkin saja ia akan bertemu lagi dengan gadis itu tapi selalu saja berakhir dengan
Baca selengkapnya
BAB 5
Alvis berlari kecil menuju gudang pusat kegiatan mahasiswa yang sudah terlihat di depan matanya. Ia semakin mempercepat langkhanya dikarenakan hujan yang semakin deras sambil mendekap erat Notebook yang ia sembunyikan di balik jaketnya. Pekerjaannya sedikit terganggu dikarenakan hujan yang turun saat ia tengah berada di tempat favoritnya di sebuah kursi panjang dekat danau. Tempat biasa ia mencari ide dan inspirasi menulis dan mengerjakan artikel yang akan ia kirimkan ke beberapa koran dan majalah.             Gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa atau mereka biasa menyebutnya PKM tinggal beberapa langkah lagi saat Alvis secara spontan memicingkan matanya untuk mempertajam indera penglihatannya, tak yakin dengan apa yang dilihatnya. Sejak pertemuan pertama mereka di danau, Alvis sempat beberapa kali sengaja melewati tempat itu berharap mungkin saja ia akan bertemu lagi dengan gadis itu tapi selalu saja berakhir dengan
Baca selengkapnya
BAB 6
September 2018       Dew tersadar dari kenangan yang tanpa seiinnya menyeruak masuk. Mengingatkannya kembali pada sosok itu. Sosok yang sampai saat ini terkadang masih ia rindukan. Dew merasa miris pada dirinya sendiri yang hingga detik ini masih belum sepenuhnya move on. Dew mengedarkan pandangan di dalam lift yang isinya tak hanya ia sendiri. Ada seorang laki-laki kira-kira berusia sekitar dua puluh lima tahun dengan postur tubuh tinggi untuk ukuran orang Indonesia, wajah yang bersahabat, dan dilihat dari gerak-geriknya sepertinya dapat dikategorikan playboy, pikir Dew yang sedari tadi matanya sibuk memindai dari ujung kepala hingga ujung kaki. Dew berharap tindakannya tidak terlihat mencolok karena ia tau itu sangat tidak sopan. Mereka sempat saling berbalas senyum ketika sama-sama memasuki lift. Sementara di samping Dew berdiri dua orang yang ia taksir usia mereka sepantaran dengan dirinya. Pakaian yang mereka kenakan terlihat sangat berg
Baca selengkapnya
BAB 7
              Galen masih tak percaya pada apa yang baru saja terjadi. Gadis itu ada di hadapannya. Dew ada di sini, brdiri di hadapannya. Ia tak berubah, masih sama seperti dulu. Tinggi badannya masih tetap sama, Suaranya, cara ia berkenalan, Dew yang kikuk, Dew dengan senyumnya yang menenangkan. Semuanya masih terasa sama. Ia hampir saja lepas kendali. Ingin rasanya ia menghampiri dan mebawa tubuh kecil itu ke dalam pelukannya. Betapa ia sangat merindukan Dew. Setelah bertahun-tahun pencariannya yang berakir nihil. Galen sudah mulai menyerah dan saat ia sudah hampir mencapai batasnya, ia dipertemukan dengan gadis yang selama ini selalu mengisi pikiran dan hatinya. Ia yakin gadis itu sama terkejutnya dengan dirinya. Dilihat dari ekpresi gadis itu tadi. Galen maklum dan paham benar mengapa Dew berpura-pura tak mengenalnya. Menurutmu bagaimana reaksimu ketika bertahun-tahun menghindar dan bersembunyi dan kemudian bertemu dengan orang yang ingin kau
Baca selengkapnya
BAB 8
                Di hari pertama bekerja, Dew berusaha menyesuaikan diri dengan ritme kerja yang baru dan jenis-jenis pekerjaan yang akan ia handle nantinya di bawah pengarahan bang Agus. Walaupun diwarnai insiden sedikit keterlambatan tapi tim di divisinya tak mempermasalahkan hal itu. Ditambah lagi mereka adalah orang-orang yang kompeten di bidangnya dan orang-orang yang seru menurut Dew. Tapi, diantara semua itu ia bertemu kembali dengan Galen. Seniornya dulu semasa kuliah dan merupakan salah seorang yang ia hindari dan membuatnya harus bersembunyi selama tiga tahun sekaligus mengobati trauma yang ia derita. Dew tak bisa berbuat apa-apa selain menguatkan hati dan pikirannya untuk menyambut jabatan tangan itu. Sebenarnya, ia masih belum siap bertemu kembali dengan orang-orang yang membuatnya mengalami hal terburuk dalam hidupnya yang sangat ingin ia lupakan. Tiga tahun bukanlah waktu yang sebentar dan mudah ia lalui. Tapi, tak lucu k
Baca selengkapnya
BAB 9
            “Udah ngetehnya, Dew?” tanya Tara tanpa mengalihkan tatapannya pada layar komputer.             “Iya, Ra. Sempet ngobrol-ngobrol tadi di belakang sama Yono sama pak Galen juga.”             “Oh, iya. Si Bos sempat ke sini tadi nanyain kamu. Trus aku jawab kamu lagi di pantry.”             “Pak Galen nanyain saya? Emang ada apa?”             “Ya ampun, Dew. Bahasamu pake saya. udah biasa aja sama gue juga ini.”             “Pak Galen nanyain? Emang ada apa?”             “Lah, emang tadi waktu ngobrol di pantry si Bos gak ngomong apa-apa?  &n
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status