Seketika Kenzo mematung dengan tubuh memunggungi Ana.
Namun, itu tak lama. Pria itu kemudian pergi ke lantai dua–tempat di mana kamarnya dan kamar Kinara berada.
Sempat Kenzo terhenti kala melintas di depan kamar Kinara. Pria berlesung pipit itu menatap pintu yang tertutup rapat dengan tidak biasa.
Setelah menghela napas berat, Kenzo akhirnya pergi ke kamar yang tidak jauh dari kamar Kinara.
Tring!
Notifikasi pesan dari ponsel mengalihkan perhatian Kenzo dari layar monitor komputernya.
Tampak pesan dari Dirga, asisten kepercayaannya
[Saya sudah mencari tahu tentang perusahan Sebastian Company, Pak. Ternyata perusahan itu adalah perusahaan kecil yang berada di bawah kendali kita.]
[Bereskan!] balas Kenzo cepat.
Senyum seringai terlihat kembali di wajah Kenzo yang dingin. “Abas Sebastian, ya? Kita lihat siapa yang lebih kuat?”
Kenzo lalu membuka laci mejanya dan melihat foto yang menampilkan potret kinara.
Pria bermata lebar itu menatap foto itu lama, sebelum berkata, “Aku akan menghancurkanmu lewat caraku, Kinara. Hanya aku yang boleh menyakitimu.”
***
“Apa karena aku hanyalah salesman?” Wajah Kenny tampak begitu kecewa memandang Kinara
“Salah satunya.”
“Jadi selama ini ka—“
“Selama ini aku hanya main-main. Kamu tidak usah besar kepala!” potong Kinara.
Pria berbibir warna merah alami itu mendongak, lalu memejamkan matanya. Merasakan rasa sakit yang tertahan. “Kamu akan menyesal, Kinara! Camkan itu!”
….
“KENY!” teriak Kinara dengan wajah yang penuh akan peluh.
Napasnya tersengal. Wanita bermata sipit itu memperhatikan sekitar.
“Mimpi lagi,” ucapnya seraya menyeka peluh di kening menggunakan punggung tangannya.
Kinara meraih gelas yang berada di nakas, menenggak air putih itu hingga tandas. “Ya Tuhan, kenapa aku mimpi itu lagi? Sudah 4 tahun lamanya.”
Kinara melirik jam yang berada di dinding. Waktu menunjukkan pukul 02.30, karena tidak bisa tidur lagi, Kinara memilih untuk keluar kamar dan melihat-lihat sekitar luaran mansion. Mungkin dengan berjalan-jalan bisa membuat rasa bersalah itu hilang dalam pikirannya.
Bruk!
Tidak sengaja Kinara menabrak seseorang.
Posisi pencahayaan yang minim membuat Kinara tidak melihat seseorang yang berjalan dari arah berlawanan dengan jelas.
Beruntung, tangan kekar pria itu menangkapnya. Tubuh pria jakung itu terhuyung ke depan dengan jarak wajah keduanya yang dekat.
Kenzo mampu melihat wajah cantik Kinara dari cahaya rembulan yang menerobos masuk lewat kaca. Sejenak tatapan mereka terkunci, hingga keduanya tersadar disaat bunyi perut Kenzo terdengar keroncongan.
“Ma-maaf,” ungkap Kinara tergagap, lalu Kenzo membantunya berdiri. Rona merah terlihat dari wajah keduanya.
“Ngapain kamu?” tanya Kenzo terdengar dingin.
“Ma-af, saya hanya jalan-jalan. Mimpi buruk membuat saya tidak bisa lagi tidur. Maaf sudah lancang.”
Kenzo mengangguk lemah. Lagi-lagi suara bising dapat mereka dengar dari perut Kenzo.
“Anda lapar?” tanya Kinara membuat Kenzo kembali mengangguk.
“Saya tidak sempat makan malam tadi.”
“Apa boleh saya memasakkan sesuatu untuk Anda? Anggap ini sebagai ucapan terima kasih saya, karena Anda telah menolong saya.”
“Baiklah.” Kenzo lalu mendahului Kinara menuju dapur dan diikuti perempuan itu dengan cepat.
Jam segini biasanya para pelayan masih terlelap dalam mimpi. Jadi, Kenzo yang tidak nyaman membangunkan pelayangnya, biasanya memasak mie instan untuk mengganjal lapar.
Kinara lalu melihat nasi di dalam magic com. Terlintas dalam benaknya untuk membuatkan nasi goreng. Tetapi, sebelum dia memasak, Kinara harus bertanya kepada kenzo terlebih dahulu. “Apa Anda suka dengan nasi goreng, Pak?”
“Tentu.” Kenzo menjawab dengan singkat.
Pria itu sama sekali tidak menoleh ke arah Kinara. Fokusnya hanya pada ponsel yang ia genggam.
Kinara mulai mengambil bahan-bahan seperti bumbu, telur, sosis dan juga sayuran. “Aku ingat, jika Keny tidak menyukai wortel, tetapi ini bukan Keny.”
Kenzo melirik Kinara yang sedang menimang-nimang wortel di tangannya. “Yang simple saja. Tidak usah pakai sayuran. Penting ada telur dan sosis biar cepat. Apa bisa? Saya sudah lapar.”
“Baik, Pak.”
Kinara mengangguk, lalu meletakkan kembali wortel itu ke dalam kulkas. Menuruti keinginan dari Kenzo untuk tidak menambahkan sayuran dan sejenisnya.
Tak butuh waktu lama, Kinara akhirnya menyajikan sepiring nasi goreng itu di hadapan Kenzo.
Tampak wanita yang masih ada luka lebam di wajahnya itu ikut duduk di sana, tetapi hanya memperhatikan Kenzo makan.
Jujur saja, Kinara sempat gagal fokus melihat Kenzo yang memakai kaos oblong dan juga celana pendek.
Ingatan tentang Keny kembali terlintas.
Tetapi, mengingat sikap keduanya sangatlah berbeda, Kinara segera menggelengkan kepala. Dua orang ini bukanlah orang yang sama. Kenzo cenderung dingin dan juga kaku. Dia sangat berbeda dengan Keny yang ramah dan humoris.
“Katakan kepada saya, siapa itu Keny?” Pertanyaan Kenzo membuat Kinara tersadar dari lamunannya.
“Ha?” Kinara terkejut membolakan matanya.“Ceritakan sama saya, siapa itu Keny.” Sekali lagi, Kenzo menanyakan pertanyaan yang sama.Dia paham jika wanita yang berada di hadapannya itu tengah terkejut.“Ke-keny?”“Iya. Saya dengar kau menyebut nama itu tadi.”“Di-dia mantan kekasih saya.”Kenzo manggut-manggut seraya menikmati nasi gorengnya. “Mantan? Berarti sudah putus? Dia yang putusin kamu?”Kinara menggeleng. “Saya yang putusin dia.”Kenzo meminum minumannya hingga separuh, lalu melanjutkan lagi menikmati nasi gorengnya. “Okay. Kamu putusin dia, berarti dia pria brengsek atau memang kamu sudah memiliki pria lain?”Mata Kinara berkaca-kaca. “Bukan. Bukan seperti itu. Keluarga saya tidak menyukainya dan … ada satu hal yang tidak bisa saya jelaskan.”Kenzo menatap tajam Kinara. Dia ingin menuntut jawaban dari wanita itu, tetapi Kenzo segera menahannya. Dia masih ingin menjalankan rencana untuk menyiksa Kinara. “Kamu sempat mengira saya ini Keny. Apa saya mirip dengannya?”“Tidak han
“Pak, Abas Company sudah saya bereskan. Tentu saat ini dia sedang kelimpungan mencari dana.”“Bagus. Segera tekan Abas Company untuk segera melunasinya, Ga.”“Baik, Pak.”Kenzo tersenyum penuh dengan kemenangan mendengar laporan asistennya.“Dengan ini, pria bernama Abas situ tidak bisa memberikan uang kepada Mega. Dia akan menekan Nigroho mengenai utang. Di sana aku akan muncul dan seolah menjadi dewa penyelamat untuk sesaat,” gumam Kenzo.Ya, semenjak bertemu kembali dengan Kinara, Kenzo telah mempersiapkan rencananya. Satu per satu untuk membalaskan dendam pada Kinara yang sudah memberikan rasa sakit begitu dalam. Dan … semua sudah berjalan sesuai keinginannya.Tok tok tok!Suara pintu mengalihkan fokus Kenzo. “Masuk!”Pintu ruangan pun terbuka.Ternyata, Kinara sudah mengenakan gaun selutut dengan warna merah terlihat dengan anggun. Kulitnya tampak sangat cerah dengan warna gaun tersebut.Kenzo tampak membeku dengan penampilan Kinara. Bahkan make-upnya mampu menyamarkan luka lebam
Sementara itu, Kenzo dan Kinara telah turun dari mobil.Keduanya terpisah dan Kenzo janji akan lekas datang di waktu yang tepat. Meski tidak mengerti, Kinara segera menurutinya.Kinara benar-benar terlihat sangat cantik saat ini. Pilihan rambut dan dress menyempurnakan tubuhnya yang ramping–membuat siapa saja akan terpesona, termasuk beberapa pelayan restoran ini.Setelah menanyakan ruangan yang Mega pesan, seorang pelayan kemudian mengantarkannya ke sebuah ruangan VVIP.“Terima kasih, Mbak.” Kinara masuk ke dalam.Ternyata, sudah ada Mega dan juga Abas tengah menikmati wine-nya. Namun, tidak ada papanya di sana.Meski dalam hati sangat takut, Kinara mencoba untuk bersikap biasa-biasa saja. “Ma, Om. Maaf menunggu lama.”Mega terkesiap melihat penampilan putri sambungnya. Kinara terlihat sangat cantik dan anggun. Bahkan pakaian yang Kinara pakai adalah pakaian limited edition. Tidak semua orang bisa membelinya. ‘Bagaimana mungkin! Siapa yang mendandaninya sampai seperti ini?’ batinnya.
“Pak Abas, kami sudah memberikan peringatan kepada Anda. Tetapi, Anda tidak mengindahkannya. Kami hanya ingin menuntut hak kami. Jika Anda tidak dapat melunasinya, sesuai kesepakatan, semua aset Anda adalah milik kami. Terlebih, Anda juga bersikap kurang ajar terhadap calon istri Tuan Kenzo atau Tuan Keny.”Mega membungkam mulutnya sendiri. Pria yang dia kira cupu adalah suhu yang sesungguhnya.Wajah Mega dan Keny memucat seketika. Keny ternyata bukanlah pria sembarangan seperti yang mereka pikirkan.Abas segera bersujud di kaki Kenzo. Dia memohon belas kasihan kepada pria yang sempat dia hina.“Tolong saya, Pak. Jangan sita aset saya, saya mohon,” rengeknya.Kenzo tersenyum smirk, bahkan kakinya menendang Abas. Tubuh gempal itu seketika terjengkang.“Kamu juga akan dipenjara. Kasus pelecehan dan juga penganiayaan.”“Tidak, Pak! Saya mohon, jangan hukum saya seperti ini.” Abaz menangkupkan kedua tangannya, meminta ampun kepada Kenzo.“Bawa pria tidak tahu diri ini keluar!” perintah Ke
“Saya percaya.” Kenzo tersenyum tipis dan hampir tidak terlihat. Merasa senang karena semua sesuai dengan rencananya saat ini. “Emmm.” Pria berlesung pipit itu berdeham untuk menstabilkan suaranya lalu berkata, “saya harap, ini tidak akan membebani kamu.” Kinara menggeleng. “Ini sudah menjadi keputusan saya, Mas. Dengan saya bisa lepas dari Abas Sebastian, itu lebih dari cukup. Tapi …,” gantung Kinara kembali merasa takut. “Tapi kenapa?” Kinara teringat dengan Baim Nugroh. Akankah papanya itu mau menerima pinangan dari Kenzo, mengingat dahulu mati-matian Baim menolak Keny. “Emm.” Dehaman Kenzo menyadarkan lamunan Kinara. “Eungh … bagaimana dengan papa saya? Saya tidak yakin, jika Papa akan menerima pernikahan tersebut.” Kenzo tersenyum smirk. “Itu mudah bagi saya. Apapun bisa untuk saya. Kuncinya ada pada kamu,” ucapnya dengan menoleh sekilas, kemudian kembali fokus pada kemudi. ‘Dia memang bukan Keny. Tapi, jika Keny tahu, dia pasti akan mengira aku benar-benar wanita matre.’
‘Tuhan … rasanya kenapa deg-degan begini,’ batin Kinara.“Mari kita mengobrol di sana, Kinara! Biar kita tidak mengganggu acara para laki-laki.” Seikha mengajak Kinara untuk mengobrol di meja seberang dan Kinara menurutinya.Kinara dan Seikha tampak mengobrol bersama. Sedari tadi mereka membicarakan mengenai masakan dan juga hobi masing-masing. Sesekali wanita berambut sebahu itu memperhatikan Kenzo. Pria itu benar-benar sangat berkharisma. Sudut bibir Kinara naik ke atas. Hatinya menghangat dengan detak jatung yang takberaturan.“Sebentar lagi halal, kan?” ledek Seikha membuat Kinara senyum-senyum sendiri.“Mas Kenzo sangat baik, Bu.”“Iya. Kelihatan, kok. Kalian pasangan yang sangat serasi.”Kinara tersenyum getir. Dia sangat berharap jika Kenzo adalah Keny. Ada rasa bersalah dalam diri Kinara jika menikah dengan Kenzo, karena pikirannya akan terus bersama dengan Keny. “Terima kasih, Bu.”Selesai makan bersama, Kenzo dan Kinara pamit untuk undur diri. Bahkan Hussain sangat terkesan
“Ada yang ingin kamu beli?” tawar Kenzo.Kinara menggeleng. “Tidak, Mas. Cukup. Semuanya sudah cukup,” jawab Kinara yang masih merasa tidak enak atas kebaikan pria itu.“Kapan saya harus menemui papa kamu?” tanya Kenzo.Kirana menyibakkan rambutnya ke belakang telinga. Terlihat keraguan dari raut wajahnya. Kenzo yang menyadari akan keraguan tersebut, menghentikan langkahnya kemudian menangkup kedua pipi Kinara.“Jangan takut, saya bisa meyakinkan papamu.”Pipi Kinara merona. Melihat tatapan teduh Kenzo, darahnya seakan berdesir. “I-iya.”Senyum manis terlukis di wajah tampan Kenzo. Senyum yang biasa Kinara lihat dari Keny. Gadis itu menjadi teringat dengan mantan kekasih yang entah sekarang berada di mana.“Jadi?” tanya Kenzo meyakinkan.“Kapanpun Anda siap.”Kenzo manggut-manggut seraya melebarkan senyumannya. Sebuah senyum kemenangan. Tidak sulit membuat gadis itu masuk ke dalam perangkapnya. ‘Good.’“Mas, apa saya boleh bertanya sesuatu?”Kenzo mengangguk. sebisa mungkin dia tersen
“Kinara, kamu mau ke mana?” tanya Baim.Kinara tampak menoleh ke Kenzo. Pria jakung berlesung pipit itu seolah tahu jika dia ingin ikut kembali ke mansionnya.“Saya rasa kamu harus tinggal di rumahmu dulu sampai kita benar-benar halal.”Kinara tertunduk. “Tapi,” gantungnya dengan suara bergetar.Kenzo mengangkat dagu gadis itu. Mata kinara yang berkaca-kaca seolah menggoyahkan imannya. ‘Shit! Kenapa aku selalu lemah jika melihat matanya.’ Kenzo memberikan anggukan kepada Kinara dan berkata, “Saya akan menjamin keselamatan kamu di sini. Tidak ada yang boleh menyentuh kamu. kalau kamu sampai lecet sedikit saja, saya pastikan orang itu tidak akan melihat matahari terbit.’’Tubuh Mega membeku. Rasa takut kini menyelimutinya. ‘Sialan. Kinara benar-benar beruntung.”Mega menghindari tatapan Kenzo yang tajam. Wanita itu langsung menenggak air putih yang berada di meja hingga tandas.“Tidak usah khawatir, Nak Keny. Om berjanji, Kinara akan selalu baik-baik saja.” Baim menyahut, lalu merangkul