“Dinda! Kamu panggil bagian HRD sekarang,” pinta seorang lelaki berusia tiga puluh lima tahun bermata elang, berambut lebat, berwajah tampan namun wajahnya yang tampan itu berbalut keegoisan dan kesombongan.“Baik Pak,” jawab Dinda kalem, seorang sekretaris berusia dua puluh lima tahun yang di minta untuk menghubungi bagian HRD.Lelaki tampan namun ketus dan super galak itu, anak dari pemilik perusahaan Batu Bara terbesar di Indonesia. Lelaki itu bernama Reynaldi Utomo Gerald Putra Jr adalah Putra tunggal Richard Gerald seorang warga negara Indonesia berkebangsaan Jerman yang telah menikah dengan seorang wanita Jawa bernama Widyawati.Kurang dari sepuluh menit, seorang HRD bernama Andini berjalan menuju ruang kerja Dinda untuk melaporkan kedatangannya.“Pagi.., Mbak Dinda,” sapanya berdiri di sisi kanan pintu ruang kerja Dinda.“Mari Buu.., ikut saya,” ajak Dinda menuju ruang CEO dari PT Batu Bara Gerald Putra Tbk. Sebuah perusahaan yang sudah Go Public dan salah satu perusahaan besar
Ceklek...!Pintu ruangan kerja CEO itu pun terbuka. Ayunan langkah kaki Meyta beriringan dengan detak jantungnya yang kian berdetak lebih kuat saat jarak antara kakinya menuju meja kerja CEO tersebut semakin kian dekat.Perlahan Meytha menarik napasnya lalu membasahi kerongkongannya yang terasa kering dengan salivanya. Entah mengapa kini pikirannya terasa buntu. Dan ia kini hanya memandangi sepatu pantofelnya yang tak terdengar saat ia menyentuh lantai di ruangan itu.Terlihat hamparan permadani lembut berwarna merah menutupi lantai marmer pada ruang kerja sang CEO. Pada saat sepatu jenis pantofel dengan sedikit bukaan pada jemari kaki indah Meytha menyentuh sedikit permadani yang terasa empuk dan lembut pada bagian depan jemarinya.Kini Meytha berdiri mematung persis di belakang kursi yang berada di hadapan Reynaldi.“Duduk..! Kenapa kamu berdiri?!” tegas Reynaldi menatap wanita pemilik bola mata terindah yang kini berdiri di hadapannya.Sebelum bertemu dengan Meytha, Reynaldi telah m
Meytha pun keluar dari ruangan Reynaldi dengan tisu yang masih di pegangnya. Dan ia menemui Dinda yang terbiasa melayani kebutuhan Reynaldi. Maka Meytha pun menemui Dinda di ruang kerjanya. “Mbak Dinda.., bapak minta dibuatkan kopi. Pantry yang dipakai itu yang di ujung sana ya?” tanya Meytha. “Bukan Buu.., sini biar aku aja yang buat. Karena aku tau takaran kopi buat bapak Rey. Hmmm.., barusan ibu Andini bilang, Bu Meytha jadi sekretaris juga?” tanya Dinda menggeser kursi kerjanya. Dinda berjalan keluar ruangannya dan masuk ke ruangan yang dekat dengan ruang kerja Reynaldi. Lalu ke bagian sisi kanan dari ke empat sofa besar itu berada. “Disini Bu Meytha pantry si Bos. Ini takaran untuk gulanya dua, kopinya satu dan panaskan dulu air di teko listrik ini, kita tunggu tiga menit.” Terlihat Dinda memasukkan air ke dalam teko listrik dan menekan tombol on lalu mengambil saru sendok teh kopi, dua sendok teh gula. Ia juga terlihat mengeluarkan susu cair rasa vanila dalam kemasan satu l
Reynaldi keluar kantor dengan seorang sopir menuju sebuah restoran seafood untuk bertemu dengan kedua orang tua angkatnya. Di sepanjang jalan menuju restoran tersebut, lamunan dan bayangan atas sosok Meytha di masa lampau, berhamburan keluar dalam pikirannya. Selama sembilan tahun berada di Jerman tidak membuatnya mampu mengikhlaskan semua yang telah terjadi diantara mereka.~ FLASH BACK MASA LALU UTOMO/REYNALDI~ “Kamu itu..! Kalau mau menikah sama anak saya, harus punya modal! Masak anak saya mau kamu nikahi cuman di KUA aja? Kamu pikir Meytha nggak punya keluarga, macam kamu? Hah!” sengit Bimantoro, bapaknya Meytha kala Utomo mengatakan niatnya untuk menikahi Meytha, saat mereka telah menjalin kasih selama lima tahun. “Maaf Pak.., untuk acara besar-besarannya saya belom ada dana. Tapi kalau untuk acara syukuran dan makan bersama keluarga besar bapak saya punya sedikit tabungan, Pak,” sahut Utomo yang tak gentar mendengar penolakan atas dirinya. Dikeluarkan uang sejumlah dua puluh
#FLASH BACK MASA LALU UTOMO/REYNALDI#Utomo yang keluar dari kamar mandi dan telah memakai boxer serta membelitkan handuk pada bagian pinggangnya terbelalak kala dilihat pakaian Meytha, kekasih yang dicintanya telah berserakan di lantai keramik kamarnya. “Meytha..! Apa yang kamu lakukan? Gila kamu..!” pekik Utomo saat memunguti pakaian kekasihnya yang berserakan di lantai keramik. “Pakai lagi.., aku nggak akan merusak kamu, Mey..., Please.., pakai pakaianmu. Kalau mau.., sudah dari lama aku merusak dirimu. Jangan lakukan ini sayang..,” tuturnya lembut sembari memberikan pakaian Meytha yang saat ini menyelimuti tubuhnya dalam balutan selimut tebal di atas tempat tidur.Meytha yang mendapatkan penolakan, menatap kecewa pada Utomo dan membalikkan tubuhnya ke arah dinding pada sisi kiri tempat tidur itu. Utomo yang tahu Meytha kecewa dengan membalikkan tubuhnya ke arah dinding kala ia memberikan pakaiannya, berdiri dari sisi tempat tidur dan beranjak menuju lemari untuk mengambil pakaia
#FLASH BACK MASA LALU UTOMO/REYNALDI# Sejak saat itu, hubungan cinta kasih antara Utomo dan Meytha pun selalu diikuti dengan pergumulan penuh hasrat. Kini Utomo sudah tak segan lagi untuk meminta Meytha melakukan hubungan layaknya suami istri. Dan kejadian itu terjadi hingga empat bulan ke depan. Sampai akhirnya pada suatu hari, saat Utomo yang satu kantor dengan Meytha telah sampai dikantor terlebih dahulu, namun tak mendapati Meytha di kantor, membuat hatinya sangat gusar. Karena telepon Meytha tidak aktif. Walaupun sudah berulang kali Utomo dihubungi.“Napa elo..? Kayak orang bingung begitu,” tanya Rifai sahabat dan teman satu kantor Utomo. “Meytha belum sampai kantor, apa memang dia sakit yaa, sampai nggak kerja?” tanya Utomo bermonolog sembari memandang ke arah Rifai.“Laah.., elo tanya ke gue.., mana gue tahu. Bukannya elo yang jadi pacarnya..? Hehehehe.., dasar lelaki kagak punya tanggung jawab,” umpat Rifai seraya bercanda. “Udah elo fokus aja kerjain. Akhir bulan ini.., na
#FLASH BACK MASA LALU UTOMO/REYNALDI#Sekitar jam sembilan malam Utomo ke kosnya, usai dia mencari penghasilan tambahan sebagai tukang ojek Online. Hal itu dilakukan semata-mata untuk menabung dan bertekad untuk bertanggung jawab sepenuhnya dari diri Meytha. Sering kali Utomo berkhayal suatu ketika Meytha mengatakan padanya kalau gadis itu hamil. Dan itu sudah menjadi mimpi dan harapannya setiap kali akan terlelap dari tidurnya. Seperti hari ini, saat Meytha tidak masuk kerja, Dia berpikir kalau kekasihnya enggak enak badan karena hamil. Tetapi, rekan kantornya yang dimintai tolong belum juga menghubunginya. Maka Utomo berpikir untuk membersihkan diri terlebih dahulu sebelum dia menghubungi Rifai, rekan kerjanya. “Ya udahlah gue lebih baik mandi dulu aja. Apalagi ini badan pada lengket semuanya,” ucapnya pada diri sendiri seraya menaruh pakaian kotornya pada sebuah ember hitam. Selama ini Utomo mencuci pakaiannya sendiri. Biasanya sehabis mandi di pagi hari, pasti dia akan mencuci
#FLASH BACK MASA LALU UTOMO/REYNALDI# “Fai.., gue harus denger sendiri penjelasan dari Meytha. Dia sama sekali nggak ngomong apa-apa sama gue. Pasti terjadi sesuatu sama Meytha. Buktinya dia nggak hubungi gue,” ungkap Utomo seraya mengambil celana panjangnya. “Tomo..! Tolong denger gue, Broo..! Sekarang udah jam sebelas lebih. Elo kesana dalam keadaan hati elo panas seperti ini, bisa-bisa malah jadi berat urusannya. Emang elo mau digebukin ramai-ramai di lingkungan rumahnya si Meytha!” cegah Rifai pada sahabat yang juga rekan kantornya. “Tapi.., gue harus minta kejelasan sama dia. Gue kagak terima kalau nikah sama lelaki lain. Padahal kemarin dia masih tidur bareng gue. Masa iya Meytha simpen lelaki lain. Gue kagak terima, Fai..,” ucap Utomo tetap ngotot pada Rifai. Rifai yang tahu kalau temannya bersikeras ingin menemui Meytha, akhirnya mengikuti keinginannya, asal Utomo mau terima sarannya. Rifai pun berkata, “Ok..! Gue kasih elo ke rumah Meytha. Tapi elo harus satu motor sama g