Share

BAB 5

Disinilah aku berada saat ini, di dalam ruangan yang cukup besar. Di dalam sini terdapat satu meja kayu jati yang cukup panjang. Terdapat barang-barang milik ku yang sempat hilang beberapa menit yang lalu di atas meja jati itu.

Aku berjalan ke arah meja itu, kemudian duduk dengan perlahan. Kursi ini sangat rupanya sangat nyaman dari yang kukira. Jauh berbeda dengan kursi milikku yang sebelumnya. Mataku kembali melihat sekeliling ruangan yang di dominasi oleh warna coklat gelap ini.

Terdapat beberapa vas bunga yang di tata dengan sediam rupa di dalam ruangan ini. Sementara di belakangku terdapat sebuah rak buku yang di isi oleh map dengan berbagai macam warna. Semuanya di tata dengan sangat rapi.

Aku lalu mengambil benda yang terbuat dari plastik di atas meja ini. Dan beberapa detik kemudian kedua mataku membulat dengan sempurna, setelah membaca tulisan yang ada di papan nama itu.

'Keira Asher, Personal Secretary.'

Benar, namaku tertulis dengan jelas pada papan nama itu. Membuatku membaca bahkan mengeja namaku berulang-ulang kali.

Aku sungguh di landa kebingungan saat ini bahkan aku masih berusaha mencerna apa yang baru saja terjadi. Semuanya terlalu tiba-tiba. Begitu banyak hal yang terjadi, hingga tidak dapat membuatku berpikir dengan baik.

Rasanya baru beberapa menit yang lalu aku menangis di dalam toilet dan sekarang aku berakhir di dalam ruangan ini. Aku dapat memahami jika saja aku di pindahkan ke divisi yang lebih rendah karena telah membuat kesalahan besar saat rapat tadi. Tapi...

Sekertaris?

Are you kidding me?!

Aku bahkan sama sekali tidak paham apa yang membuatku bisa menjadi seorang sekretaris setelah di permalukan di ruang rapat tadi.

Pukk... Pukk... Pukk!

"Aku sedang tidak bermimpi rupanya," ucapku setelah menepuk-nepuk pipiku sebanyak tiga kali. Memastikan kalau aku sedang tidak bermimpi.

Sekarang aku tahu mengapa semua pandangan itu mengarahkan kepadaku, itu karena hal mengejutkan ini! Yang sama sekali tidak pernah diduga oleh siapapun, termasuk diriku sendiri.

Aku menyadarkan punggung di kursi ini, melihat ke arah langit-langit ruangan yang telah menjadi milikku. Lalu perlahan sebuah senyuman terukir pada wajahku. "Tapi, bukankah ini hal yang bagus?"

Setelah di pikir-pikir, bukankah kenaikan posisi ini merupakan hal yang bagus untukku? Sebab aku mendapatkan posisi yang sangat bagus juga penting di perusahaan ini. Terlebih lagi gaji yang ku dapatkan sudah pasti akan bertambah.

"YUHUUUUU!" aku berdiri dan melompat, lalu mengangkat kedua tanganku setinggi mungkin. "Ini adalah hari terbaikku!"

Aku membatalkan ucapanku yang sebelumnya. Karena kesedihan yang ku rasakan sebelumnya telah terkalahkan oleh rasa gembira yang ku rasakan saat ini.

Dan satu hal yang dapatku pelajari hari ini, yaitu kehidupan memanglah penuh dengan kejutan. Seperti yang ku alami saat ini.

"Astaga, aku harus bagaimana?! Aku sangat senang!" senyuman yang tidak dapat luntur dari wajahku. "Ooh! Terima kasih Dewi Fortuna!" ucapku kembali melompat-lompat kecil.

...

Beberapa pegawai berjalan melewatiku dan beberapa dari mereka melihatku dengan tatapan yang sulit untuk di jelaskan. Bahkan tak jarang ada yang berbisik, entah apa yang mereka bicarakan.

Menggunjingku?

Mungkin saja, terlebih lagi kalian tentunya tahu apa yang telah terjadi padaku hari ini. Sudah pasti ada yang merasa iri ataupun tidak terima atas hal ini.

Itu karena di perusahaan ini, bukanlah hal yang mudah untuk naik ataupun merubah jabatan. Sebab mereka harus melewati beberapa tes yang bisa dikatakan cukup sulit, terlebih lagi Navier sendiri lah yang akan mengetes mereka.

Aku menggaruk belakang leherku dengan canggung. Ini yang pertama kalinya aku menjadi pusat perhatian juga merasa tidak nyaman. Akupun meletakkan kembali nampan yang telahku ambil sebelumnya dan berjalan pergi dari kantin perusahaan.

Yah, ini sudah waktunya untuk istirahat makan siang namun aku membatalkan niatku untuk makan di kantin perusahaan bersama pegawai yang lainnya. Selain merasa tidak nyaman, kali ini Yeeun juga tidak bersamaku.

Karena beberapa menit yang lalu aku mendapatkan pesan dari Yeeun, kalau dia harus pergi untuk mengambil beberapa data dari pabrik produksi. Dan tentunya aku tidak mungkin untuk melarangnya.

"Hah... tidak apa-apa, aku bisa makan saat pulang nanti," ucapku memegang perutku.

Aku berjalan pergi ke salah satu koridor yang paling sepi di antara koridor yang lainnya. Di ujung koridor itu terlihat sebuah mesin minuman yang memang sengaja di letakkan di setiap koridor. Juga terdapat tempat duduk di samping mesin minuman itu.

CLANG!

Aku memasukkan tanganku ke dalam mesin minuman itu, mengambil sekaleng soda yang baru saja ku beli. "Oh! Aku kan hanya membeli satu."

Sepertinya sekali lagi Dewi Fortuna berpihak kepadaku. Aku pun mengambil dua kaleng soda itu dan duduk di kursi itu. Lalu meminum sekaleng soda yang baru saja ku beli. "Ah! Ini jauh lebih baik!"

Seorang diri di koridor ini memang jauh lebih baik. Tentunya ini bukan yang pertama kalinya aku datang kemari. Aku sering kemari untuk menenangkan diri, khususnya setelah mendapatkan kemarahan dari atasanku.

Siapa lagi kalau bukan, Navier!

Rasa kesal langsung kembali menyelimuti hatiku mengingat pria itu. "Ugh! Benar-benar psikopat gila!" kesalku sambil meremas kaleng soda milikku. "Ah, Alien. Yah... dia pasti alien gila!"

Aku sangat yakin ada yang salah dengan otak pria itu dan itu sudah pasti!

Coba saja kalian pikirkan baik-baik, manusia macam apa yang memiliki sifat yang tidak menentu dan seperti dia? Tidak ada, hanya dia seorang!

"Apa itu panggilan baru untukku?"

Aku membeku saat itu juga, dengan gerakan patah-patah aku menoleh ke samping. Pucuk dicinta ulam pun tiba, pria yang baru saja ku bicarakan kini sudah berada di koridor ini.

Kedua kaki jenjang dengan sepatu pantofel hitam mengkilap itu berjalan ke arahku. Atau mungkin lebih tepatnya ke arah mesin minuman yang tepat berada di sampingku.

Aku langsung memalingkan wajahku, enggan untuk melihatnya. Apa kalian lupa dengan apa yang telah dia lakukan kepadaku?! Aku akan bersikap seolah-olah dia tidak ada. Namun tidak lama kemudian aku mendengar suara tombol dari mesin meminum itu.

"Apa mesin ini rusak?" ucap pemilik suara serak itu. Aku meliriknya yang sedang menatap mesin minuman itu dengan keheranan.

Aku memejamkan mataku sejenak lalu menghela nafas. "Hah... Ini, anda bisa mengambilnya Tuan Walsh," tanganku terulur, memberikan sekaleng soda yang belumku buka kepadanya.

Tentunya dengan wajahku yang masih enggan untuk melihatnya. Bagiku saat ini tembok jauh lebih menarik daripada wajah atasanku itu.

Navier mengambil sekaleng soda itu dari tanganku. "Terima kasih."

'Ayo, cepatlah pergi dari sini,' batinku. Berharap dia segera pergi dan menghilang dari koridor ini.

Namun, aku merasakan kursi tempatku duduk sedikit bergoyang. Aku pun menoleh dan saat itulah aku melihat Navier duduk tempat di sampingku. Aku yang terkejut tentunya segera menjaga jarak darinya.

Pssshh!

Navier membuka sekaleng soda itu lalu meneguknya. Aku dapat melihat jakunnya yang bergerak setiap kali meneguk soda itu. Membuatnya seakan-akan sedang berakting di dalam sebuah iklan.

Dia menjauhkan kaleng soda itu dari bibirnya. Secepat mungkinku alihkan pandanganku. Bisa-bisa aku mati malu jika kedapatan sedang memperhatikannya.

Berulang-ulang kali aku mengumpat di dalam hati. Sepertinya Dewi Fortuna tidak lagi bersamaku saat ini, sebab orang yang sangat tidak inginku lihat dan temui saat berada sedang duduk dan berada di sampingku.

Sial!

Benar-benar sial!

Hanya keheningan yang menyelimuti di antara kami. Tidak satupun dari kami yang ingin berbicara, seolah-olah kami sedang berada di dunia masing-masing. Hingga...

"Kau suka dengan posisi barumu?" tanya Navier dengan tiba-tiba.

Aku terlonjak. Terkejut mendengar pertanyaan yang tiba-tiba di lontarkan kepadaku. "Kenapa anda bertanya?" ucapku dengan setengah hati.

"Karena aku yang memberikan posisi itu kepadamu," jawab Navier.

Kali ini ucapan Navier berhasil membuatku melihat ke arahnya. "A-Apa? Bukankah anda membenciku?"

Terkejut.

Aku benar-benar terkejut mendengar apa yang baru saja Navier katakan kepadaku beberapa detik yang lalu. Sebab sama sekali tidak pernah terlintas di pikiranku jika Navier akan membuatku menjadi sekertarisnya.

"Apakah aku pernah mengatakan kepadamu kalau aku membencimu Nyonya Keira?" Navier menoleh, menatapku dengan mata se-biru lautan miliknya.

Aku terdiam.

Aku tidak bisa mengatakan apapun.

"Well, Aku harap kau menyukainya," sambung Navier.

Jika sebelumnya aku enggan untuk menatapnya, kali ini aku menatapnya dengan kerutan di dahiku. "Anda benar-benar aneh."

"Aneh?"

"Yah, anda sangat aneh. Anda telah memarahi dan mempermalukanku saat rapat tadi. Tapi sekarang anda malah membuatku menjadi sekertaris anda."

Untuk pertama kalinya, aku benar-benar di buat kebingungan dengan sifat seseorang yang begitu aneh. Aku bahkan sama sekali tidak bisa mengerti jalan pikirannya yang menurutku sangat membingungkan.

Aku beranjak dari kursi itu kemudian berdiri di hadapan Navier. "Tapi, terima kasih atas posisi yang telah anda percayakan padaku. Aku pasti tidak akan mengecewakan anda Tuan Walsh."

Aku membungkukkan badanku, lalu melangkah pergi dari sana. Karena merasa sudah tidak ada lagi hal yang perlu di bicarakan di antara kami. Toh, aku juga telah menunjukkan rasa terima kasihku kepadanya. Seiring dengan langkah ku, aku pun menetapkan niat untuk menjaga jarak darinya. Namun baru beberapa langkah sebuah suara membuatku berhasil menghentikan langkahku.

"Tuan Navier!"

Aku terdiam sejenak, mendengar suara yang menggema di koridor. Perlahan aku menoleh ke belakang, melihat Navier yang masih berada di posisi yang sama. Tangan kanan nya memutar-mutar kaleng soda yang telah kosong itu.

Panggilan itu... gara-gara panggilan itu, dia membuatku di permalukan saat rapat tadi. Namun sekarang, mengapa dia kembali menyebutkan panggilan itu?

Amarahku yang sebelumnya telah menghilang perlahan kembali tersulut, hanya karena mendengar panggilan bodoh itu. "Ah, tenang saja aku tidak akan memanggil anda seperti itu lagi Tuan Wal--"

"Tidak, panggilan itu... only between you and me," potong Navier. Dia beranjak dari kursi itu dengan tangannya yang tidak lagi memainkan kaleng soda itu. "Itu hanya berlaku untukmu," ucap Navier menatapku dari ujung koridor.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status