Share

BAB 03. TERNYATA DIA …

Pagi itu, Alka diminta untuk menjemput Calista. Keluarga besarnya ingin mengenal calon istrinya. Awalnya Alka menolak, tapi karena ayahnya keburu emosi, akhirnya ia terpaksa menjemput Calista untuk dibawa ke rumahnya.

Setibanya di rumah Calista, Alka mendapati Geraldi yang hendak pergi ke kantor. Dia tidak berbasa-basi pada pria paruh baya itu, langsung meminta izin untuk menjemput Calista.

“Lista! Ada Alka di sini. Dia mau menjemputmu untuk dibawa ke rumahnya.”

Calista yang baru saja melangkahkan kakinya keluar dari kamar, seketika terhenti setelah mendengar nama Alka disebut. 

‘Alka? Ngapain itu orang datang ke sini? Bikin kesel aja!’ gerutunya dalam hati sambil menutup pintu.

Calista masih kesal dengan ucapan Alka yang menganggapnya seperti perempuan liar waktu pertama kali bertemu.

“Pa, aku masih belum siap untuk datang ke rumahnya. Apa ini tidak terlalu terburu-buru? Nanti saja ya, Pa, kalau kami sudah bertunangan.” Calista berjalan menghampiri ayahnya dan mencoba untuk merayunya.

“Calista! Ini permintaan mertuamu, kamu harus mematuhinya. Jangan buat mereka kecewa. Ingatlah tujuan utama kita Lista. Kita butuh bantuan mereka. Kalau mereka kecewa dengan sikapmu itu, Papa tak yakin mereka mau menolong kita.”

Calista diam. Lagi-lagi alasan yang sama dikatakan oleh orang tuanya.

Alka langsung beranjak dari tempat duduknya setelah Calista menghampirinya dengan ekspresi manyun. 

Setelah berpamitan, mereka langsung keluar menuju mobil yang terparkir manis di halaman rumahnya.

Ini pertama kalinya Calista dijemput oleh seorang pria. Dulu dia memang pernah menjalin hubungan, tapi tak bertahan lama setelah diketahui kalau kekasihnya ternyata berselingkuh dengan temannya sendiri. Calista langsung memutuskan untuk tidak memiliki hubungan dengan siapapun. Ia yakin jika sudah bertemu dengan jodohnya, walaupun tak pacaran pasti bakalan laku.

“Kuharap kau tidak mempermalukan dirimu sendiri di hadapan keluargaku.”

Kata-kata tajam itu terucap dari pria angkuh yang kini tengah duduk di kursi kemudi.

“Apa maksudmu?” tanya Calista, tidak terima disudutkan oleh calon suaminya itu. 

“Tidak usah sok polos.” 

Calista mendengus kesal setelah menyadari ke mana arah pembicaraan yang dimaksud Alka. Tapi hal itu membuatnya jadi sedikit gugup. 

‘Tenang, Calista. Dia tidak mungkin tahu kejadian malam itu,’ batin Calista, mencoba bersikap tenang. 

“Kuharap aku tidak akan melihat tanda cinta lagi lehermu lain kali,” kata Alka, membuat Calista gugup. 

“Itu bukan tanda cinta seperti dalam bayanganmu!” seru Calista, berusaha menekan rasa panik. “Jangan menyimpulkan seenaknya!” 

Alka mendengus. “Aku tidak peduli kau bercinta dengan siapa. Asalkan jangan merusak nama baik keluargaku!” 

Calista merengut kesal mendengar ucapan Alka. Tapi ia tidak melayangkan protes karena tahu bahwa keadaan tidak berpihak kepadanya. Sudah syukur Alka tidak membeberkan soal tanda sialan itu kepada keluarganya.

Tak lama kemudian, mereka pun tiba di sebuah rumah besar yang membuat Calista termangu. Kedatangannya disambut hangat oleh keluarga Alka. Mereka sangat menyukai Calista yang tidak terlalu banyak bertingkah, tidak seperti gadis-gadis yang pernah dibawa oleh Alka sebelumnya.

“Om, Tante, gimana kabarnya?” tanya Calista dengan sopan. Yang ia kenali di situ hanya Riana dan Bayu, karena mereka pernah datang ke rumahnya.

“Alhamdulillah kami baik. Bagaimana dengan kamu dan keluarga, Calista?” tanya Riana menyambutnya dengan penuh semangat.

“Alhamdulillah. Kami semua juga baik,” jawabnya dengan suara yang lembut.

“Ayo Sayang, kita mengobrol di dalam.”

Calista diajak masuk oleh Riana dan juga keluarganya yang lain. Sedangkan Alka sudah tidak kelihatan batang hidungnya sejak mereka tiba di rumah ini. 

“Tidak usah khawatirkan Alka. Dia pasti sudah kembali ke ruang kerjanya di atas,” jelas Riana saat melihat Calista celingak-celinguk. 

“Oh … iya, Tante,” kata gadis itu sambil tersenyum sopan. 

Bisa-bisanya Alka meninggalkannya sendirian dengan keluarga besarnya seperti ini!

Setibanya di ruang keluarga, tiba-tiba langkah Calista terhenti. Netranya menatap seseorang yang tampak tidak asing, yang membuat napasnya langsung tercekat. 

“Di-dia ...” Calista masih ingat betul laki-laki yang sudah menghabiskan malam panas bersamanya. Tapi bagaimana mungkin ….

Calista mengerjapkan matanya berkali-kali, berharap ia salah lihat. “Tidak mungkin,” bisiknya tak percaya.

Tak pernah disangka-sangka, ia dipertemukan kembali dengan pria asing itu di rumah calon suaminya sendiri!

Sama dengan Calista, pria itu juga terkejut ketika mendapati gadis yang berdiri tidak jauh darinya. Gadis yang sudah diperawaninya malam itu … gadis yang sudah dicarinya selama beberapa hari belakangan, kini hanya berjarak beberapa langkah saja darinya. 

Mereka berdua saling bertatapan. Degup jantung Calista semakin tidak terkontrol sehingga membuatnya salah tingkah. Rasanya ingin sekali berlari keluar dari sana dan hilang ditelan bumi! 

‘Bagaimana mungkin pria gigolo itu ada di sini?!’

“Calista! Ayo duduk di sini.” Riana menyilakan Calista duduk di sofa yang kosong. 

Calista tersadar dari lamunan dan segera berjalan menghampiri dengan langkah yang terasa sangat berat. 

‘Ya Tuhan … mati aku!’ gerutu Calista saat menyadari pria itu masih terus menatapnya dengan tatapan intens. 

“Perkenalkan, ini namanya Alvaro, adiknya Alka.” Riana mengenalkan pria yang kini sudah berdiri di hadapan Calista. 

“Hah?!” Tanpa sadar Calista memekik saking terkejutnya. Jadi pria itu bukan pria bayaran seperti yang Calista pikirkan? 

“Ma-maaf,” katanya gelagapan. “A-adiknya Alka?” 

Riana tidak menyadari raut Calista yang berubah drastis dan menjelaskan bahwa Alvaro adalah anak bungsu keluarga Yanuard yang baru pulang dari Eropa setelah menyelesaikan studinya.

Calista menelan ludah gugup. Tangannya mulai berkeringat dingin dan tidak bisa tenang. Dia benar-benar takut Alvaro menceritakan semuanya pada keluarganya.

‘Apa yang harus kulakukan?!’ 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status