Mereka bertiga langsung mencari informasi lebih banyak mengenai Rara. Aku kedatangan pak Haris ke dalam ruangan kerjaku.
"Selamat pagi, ibu Alea!" kata pak Haris sambil tersenyum. "Selamat pagi, pak Haris!" kataku sambil tersenyum. Rara langsung mendekat dan mengatakan kepada aku bahwa dia ingin pergi ke toilet. "Kakak, aku ingin pergi ke toilet sebentar saja." kata Rara sambil tersenyum. "Apa kamu ingin aku temani?" tanyaku sambil tersenyum. "Tidak, jangan. Aku bisa pergi sendiri. Aku bisa bertanya kepada pegawai kakak tentang toilet." jawab Rara sambil tersenyum. "Baik, aku akan menunggu kamu di sini." kataku sambil tersenyum. Rara keluar dari ruangan kerjaku. Aku ingin memastikan bahwa Rara sampai di toilet. Rara bertanya kepada Zidan. "Di mana arah toilet?" tanya Rara sambil merasa bingung. "Di sebelah kanan, aku bisa mengantarkan kamu ke sana." jawab Zidan sambil tersenRara pergi ke toilet dan Zidan mengikuti dia dari belakang. Zidan mengetahui maksud dari pertanyaan aku tadi. Zidan langsung pergi menemui Dita."Aku harus pergi sebentar saja. Kamu harus mengunci pintu. Apa kamu mengerti?" tanya Zidan sambil merasa khawatir."Baik, aku mengerti." jawab Dita sambil tersenyum.Zidan langsung pergi ke rumahku. Aku terkejut saat melihat Zidan."Kenapa kamu datang kemari?" tanyaku sambil merasa bingung."Aku baru menyadari siapa Rara sebenarnya." jawab Zidan sambil merasa terkejut.Rara langsung pergi menghampiri kami berdua."Ternyata kalian sudah mengetahui tentang aku. Di mana mereka bertiga?" tanya Rara sambil merasa kesal."Diam kamu anak kecil. Pergi sana!" kata Zidan sambil merasa kesal.Rara langsung menghubungi seseorang dan seseorang membawa mobil untuk menjemput dia. Aku merasa terkejut bahwa anak kecil yang sudah aku tolong adalah seorang pengintai y
Para mafia itu tertawa dengan sangat bahagia. Mereka bertiga sudah mulai merasa khawatir dan gelisah. Aku merasa tidak tenang dan ingin pergi ke tempat Besar milik mafia itu. Zidan langsung melarang aku untuk pergi."Jangan! Itu terlalu berbahaya." kata Zidan sambil memegang tanganku."Tidak, aku harus pergi. Aku khawatir dengan keadaan mereka. Alif tidak memberikan kabar kepadaku." kataku sambil merasa resah."Bagaimana jika kita menghubungi polisi saja? Saya khawatir jika mafia itu tidak hanya sedikit. Saya khawatir jika mafia itu banyak dan kita akan dalam bahaya jika tanpa pengawasan dari polisi." kata Zidan sambil merasa khawatir.Aku memikirkan perkataan Zidan. Dia memang benar tapi itu artinya mereka juga akan tertangkap oleh polisi. Aku tidak siap jika harus melihat Alif masuk ke dalam penjara."Ibu Alea, kenapa anda diam saja? Apa anda setuju dengan pendapat saya?" tanya Zidan sambil merasa bingung."Saya tid
"Maaf ibu Alea, kita kehabisan tiket pesawat menuju kota itu." Kata sekertaris."Tidak masalah, aku akan naik kereta api. Kota itu dan tempat kita ini juga tidak terlalu jauh." Kataku."Baik, ibu Alea. Saya akan memesan tiket kereta api." Kata sekertaris."Tunggu sebentar, siapa yang mengirimkan sampah ini?" tanyaku sambil merasa kesal."Sampah? Sampah yang mana?" tanya sekertaris."Ini, Dita. Apa kamu tidak bisa melihat?" tanyaku sambil menunjuk ke arah bunga di atas meja.Sekertaris aku langsung tersenyum."Bunga ini dari pak Anwar. Kenapa, ibu Alea? Apa ada masalah?" tanya Dita."Tentu saja, kamu jangan menyimpan sesuatu seperti ini lagi. Jika dia ingin memberikan bunga, kamu buang saja. Jangan menyimpan bunga di ruangan saya. Mengerti?" tanyaku."Baik, ibu Alea." Jawab Dita."Bagus itu." Kataku.Saat sedang mengerjakan tugas, Andre datang ke ru
"Tentu saja, aku tahu itu." kataku sambil tersenyum.Karyawan hotel itu langsung pergi dari kamar tidurku. Aku langsung memakan makanan itu."Hotel ini memiliki selera yang bagus. Makanan mereka membuat aku semakin tertarik. Lain kali aku akan datang ke hotel ini lagi." kataku sambil makan.Saat melihat jendela, banyak bintang di langit. Aku pergi keluar dari hotel untuk melihat bintang dari bawah."Anda ingin pergi ke suatu tempat, ibu Alea?" tanya pemilik hotel."Benar, saya ingin keluar sebentar." Jawabku."Apa ingin saya temani?" tanya pemilik hotel."Tidak perlu, saya bisa sendiri." Jawabku.Lalu, resepsionis memberikan bunga lagi kepada aku."Ini ada kiriman dari seorang pria untuk ibu Alea." kata resepsionis sambil memberikan bunga itu."Buang saja!" kataku."Tapi ini juga ada surat di dalam bunga." Kata resepsionis."Suda
Genggaman dia terasa sangat kuat dan hangat. Saat aku melihat wajah dia, ternyata dia adalah pria yang sudah mencium aku di kereta api. Aku langsung melepaskan tangan dia."Ternyata kamu! Dasar kurang ajar, lepaskan tangan aku!" kataku sambil merasa kesal."Jangan banyak bicara dan tetap memegang tangan aku. Jangan pernah lepas jika kamu tidak ingin dalam bahaya." Kata Alif.Saat itu, aku langsung memegang tangan dia lagi dan berlari. Kami berhenti di sebuah pohon yang sangat besar dan bersembunyi."Lelah sekali." kataku sambil duduk."Jangan berisik! Nanti mereka dengar dan menangkap kita berdua." Kata Alif."Kenapa mereka ingin menangkap aku? Urusan mereka itu dengan kamu. Aku tidak ingin terlibat dengan kalian." Kataku."Apa kamu bodoh? Jika mereka melihat kamu sendiri, mereka akan memanfaatkan kamu. Mereka akan berbuat sesuatu yang buruk." Kata Alif.Saat itu, aku merasa semakin kes
Saat itu, Alif melihat ke arah jendela dan tidak menjawab pertanyaan aku. Aku melihat ke jendela juga. Ternyata kedua teman dia sedang melihat kami berdua. Aku mulai mengerti alasan dia melakukan ini kepada aku."Gila, mereka masih berada di sana. Buat suara!" kata Alif."Apa?" tanyaku sambil terkejut."Resahan." Jawab Alif.Aku mengikuti keinginan Alif dan mereka berdua pergi."Apa kamu tidak mendengar suara wanita itu? Ayo pergi!" kata Fauzi."Ternyata dia memang benar. Ayo kita pergi!" kata Roni.Alif berdiri dan langsung memakai bajunya kembali. Saat itu, perasaan kesal berubah menjadi kagum. Aku merasa tertarik kepada Alif. Meski aku tahu dia bukan pria yang baik. Dia sudah dikejar banyak mafia. Pasti dia melakukan pekerjaan yang berbahaya."Bagus juga kamu." Kata Alif."Aku Alea, kita belum melakukan perkenalan dengan baik." kataku sambil mengulurkan tangan.
"Selamat pagi, ibu Alea!" kata Dita."Pagi." Kataku."Kenapa kemarin ibu menghilang? Apa ada yang menculik ibu?" tanya Dita.Aku hanya tersenyum karena aku tidak tahu harus menjawab apa. Itu memang sebuah penculikan tapi anehnya aku suka."Kenapa ibu tersenyum?" tanya Dita."Tidak ada." Jawabku.Aku langsung masuk ke ruang kerja. Dita masuk ke dalam ruang kerjaku."Ada apa, Dita?" tanyaku."Saya ingin memberitahukan berita buruk untuk ibu Alea." Kata Dita."Berita buruk? Apa itu?" tanyaku sambil merasa terkejut."Perusahaan kehilangan banyak uang dan aset perusahaan." Jawab Dita."Apa? Bagaimana bisa?" tanyaku sambil merasa bingung."Kemarin ada seorang pria bernama Amar. Dia ingin menjadi investor baru kita. Ternyata saat dia pergi, aku memeriksa banyak berkas. Semua tidak akurat dan mendadak keuangan menurun drastis. Saya pergi untuk menyelidiki dia.
"Untuk masalah cinta aku tidak akan khawatir." Kataku."Kenapa?" tanya Alif."Aku yakin kamu tidak akan memberikan cinta yang palsu. Aku ini pandai membuat pria mencintai aku. Aku akan menganggap kamu sebagai tantangan untuk aku." Jawabku.Alif merasa terkejut dengan apa yang aku katakan. Dia tidak menyangka bahwa aku akan mengatakan sesuatu seperti itu."Kamu cukup menarik, kamu beda dari wanita lain. Kamu tidak menyerah tapi sayang itu akan percuma." Kata Alif."Kenapa? Aku yakin itu tidak akan percuma. Aku bisa membuat kamu jatuh cinta kepada aku." kataku sambil tersenyum."Buktikan saja." Kata Alif."Baik, aku akan membuktikan itu." Kataku.Aku membawa dia ke rumah."Aku tidak menyangka akan berada di rumah wanita yang telah aku tipu. Bahkan dia menolong aku untuk bersembunyi." Kata Alif."Apa pak Amar tidak akan melepaskan penyamaran anda itu?" tanya