Pak Edi pulang dalam keadaan begitu sangat marah, hingga membuat Nilam terkejut saat mendengar suara pintu yang di banting.“Ada apa Ayah? Mana Inez?” tanya Nilam. Dia segera melihat ke arah suaminya sambil mencari sosok Inez. “Anak itu, sudah keterlaluan,” ucap Pak Edi dengan penuh kemarahan.“Maksud Ayah apa?” tanya Nilam. Dia tidak mengerti, mengapa suaminya sampai semarah itu.Pak Edi melangkah masuk, dia tidak habis pikir mengapa putrinya berbohong. Padahal selama ini dia tidak pernah mengajarkan hal itu. Nilam mengikuti langkah suaminya, sambil bertanya-tanya dalam hati. Dia masih penasaran mengapa Inez tidak ikut kembali. “Ayah,” panggil Nilam kembali. Karena dia belum mendapatkan jawaban.“Ibu mau tahu? Anak kita telah berbohong,” ucap Pak Edi. Hatinya merasa hancur, saat mengetahui putri mereka telah berbohong.“Apa?“ ucap Nilam yang begitu terkejut.“Iya, ayah tadi bertemu dengan Mang Ujang. Dan dia bilang bahwa Inez sudah tidak pernah bermain ke rumahnya lagi,” jawab Pak
Adit telah menyelesaikan semua kegiatan kampusnya, itu berarti dia harus segera kembali ke Jakarta. Namun, dirinya bingung dengan kembali ke Jakarta berarti dia akan berpisah dengan Inez. Dia tidak mau sampai hal itu terjadi, Karena perasaan cintanya sudah begitu dalam. Apalagi hubungan keduanya sudah sangat jauh.Teman-teman Adit, memutuskan untuk liburan satu hari lagi di sana, sebelum mereka kembali. Apalagi selama di sana tidak ada waktu untuk melakukan hal itu. “Lo yakin tidak ikut?” tanya Romi.“Gak, kalian aja,” jawab Adit.“Baiklah, kalau begitu kita jalan dulu. Jangan menyesal nanti,” ucap Romi. Dia mengatakan hal itu sebelum dirinya pergi meninggalkan Adit.Adit masih bermalas-malasan di atas tempat tidur, dia sengaja tidak ikut karena ingin menghabiskan waktu dengan Inez. Sebelum mereka berdua bertemu, Adit masih mempunyai waktu untuk bersantai. Inez merasa heran karena kali ini ibunya belanja hanya sedikit, hingga membuatnya bertanya-tanya. “Bu, tumben sekali belanjan
Keduanya begitu terkejut dengan kedatangan teman-teman Adit, membuat mereka panik. Romi yang mengetuk pintu merasa heran karena lama sekali Adit tidak membukakan pintunya.“Adit ke mana?” tanya Irwan.“Mana gue tahu,” jawab Romi. Sambil terus mengetuk pintu. Namun, kali ini lebih kencang dari sebelumnya. Inez segera merapihkan penampilannya, dia langsung berlari ke arah pintu yang terus di gedor. Mereka semua langsung menatap penuh heran saat pintu terbuka, di mana memperlihatkan sosok Inez.“Kalian udah balik?” tanya Adit. Yang datang dari arah belakang. Inez langsung memundurkan langkahnya, membiarkan teman-teman Adit untuk masuk. Mereka silih bergantian melihat ke arah keduanya, dengan tatapan penuh curiga.“Lama sekali buka pintunya?” kesal Romi. “Gue tidak dengar,” jawab Adit.“Kan ada Inez,” ujar Irwan. Seraya menunjuk ke arah Inez yang berdiri di samping pintu.“Memang kalian gak ada yang dengar?” tanya Iqbal.“Sudah, kenapa jadi bahas itu,” ucap Rama. Yang tidak terlalu mem
Adit yang masih fokus menatap langit yang begitu indah dihiasi bintang, tetapi semua itu berbanding terbalik dengan perasaannya saat ini. Irwan menepuk bahu Adit, hingga membuat dia terkejut."Bikin kaget aja," ucap Adit seraya memegang dadanya."Sorry," jawab Irwan."Ngapain lo ke sini?" tanya Adit seraya membalik badannya menghadap ke arah Irwan."Gue hanya ingin memastikan, kalau lo baik-baik saja" ucap Irwan.Adit menatap penuh tanya kepada Irwan, tentunya dia bingung mengapa bisa sahabatnya itu berkata seperti itu. Walau dia sadar sudah seharian ini dia lebih suka menyendiri, itu semua agar membuat hatinya lebih tenang."Kenapa?" tanya Irwan. Saat sadar Adit memberikannya tatapan seperti itu."Lo yang kenapa?" jawab Adit seraya memalingkan pandangannya."Gue bertanya, kenapa lo jadi balik tanya," sahut Irwan."Gak usah dibahas. Lebih baik Lo kembali ke dalam, gue ingin sendiri," tutur Adit. Dia kembali membelakangi Irwan yang masih berdiri di tempatnya.Irwan yang memang sangat m
Inez dan kedua orang tuanya, kembali disibukkan dengan rutinitas mereka. Namun, tidak seperti biasanya. Inez masih terlihat murung, bahkan beberapa kali dirinya tersandung sampai membuat kedua orang tuanya mengingatkan dia agar lebih hati-hati. “Ayah,” panggil Nilam. “Kenapa Bu?” Jawab Pak Edi. “Ibu merasa aneh dengan anak kita,” ucap Nilam. Entah mengapa dia merasa kalau ada sesuatu yang sedang di pikirkan oleh Inez. “Itu hanya perasaan ibu saja, udah ayo,” ajak Pak Edi. Nilam hanya bisa menghela napas panjang, saat mendengar jawaban dari itu. Padahal dia sangat berharap kalau suaminya akan peka terhadap apa yang dia rasakan tentang putri mereka. Inez sama sekali tidak fokus saat membantu mereka, hingga memutuskan untuk kembali lebih awal. Dan sebelumnya dia meminta ijin dulu kepada keduanya. “Ayah, ibu,” panggil Inez. “Kenapa Neng?” Jawab Pak Edi. “Kamu capek?” sambung Nilam. “Gak kok Bu, apa boleh aku pulang duluan?” tanya Inez. “Kirain Ayah ada apa,” sahut Pak Edit. “I
Sebelum Inez kembali pulang, dia baru teringat pesan yang harus di sampaikan kepada Adit. “Aku hampir lupa,” ucap Inez. Dia kembali membalik badannya menghadap ke arah Adit. “Lupa apa?” tanya Adit yang masih berdiri di tempatnya.“Nanti sore, ada acara di balai desa,” tutur Inez. “Acara apa? Kami kan harus pulang sore ini,” ucap Adit.“Mungkin akan ada acara perpisahan untuk kalian, aku juga tidak paham. Hanya ayah memberiku pesan seperti itu,” jawab Inez. Adit masih bingung karena sebelumnya tidak di beritahukan perihal hal itu, di tengah kebingungan itu dia hanya mengangguk sebagai jawaban. Inez segera melangkah pergi setelah memberitahukan pesan dari ayahnya. Sebenarnya Inez merasa sangat sedih karena sebentar lagi dia akan berpisah dengan Adit. Namun, dia sekarang merasa sedikit tenang setelah Adit berjanji akan membawanya ke Jakarta. Adit segera kembali ke rumah, dia tidak ingin membuat teman-temannya semakin curiga. Sedangkan teman-temannya merasa semakin curiga, mereka in
Satu bulan berlalu semenjak kepergian Adit, Inez menjadi sosok pemurung. Bahkan cenderung lebih suka menyendiri, hal itu membuat orang tuanya begitu bingung dengan perubahan yang terjadi kepada Inez.Lingkungan tempat mereka merasakan perubahan terhadap dirinya, Inez terkenal ramah bahkan selalu menyapa mereka. Sekarang sudah tidak pernah dia lakukan bahkan terkadang dia berjalan sambil melamun seperti sedang memikirkan sesuatu. Hal itu membuat tetangga mereka penasaran, saat Nilam sedang menyapu halaman. Bu Tantri langsung menghampirinya."Rajin banget Ceu, biasanya Inez yang melakukannya," ucap Bu Tantri."Iya Bu, cuma hari ini dia sedang tidak enak badan," jawab Nilam.Bu Tantri semakin penasaran, dia selalu ingin tahu apapun. Tidak jarang membuat dirinya banyak tidak di sukai, tetapi Nilam berusaha bersikap baik kepada Bu Tantri karena mereka bertetangga. Apalagi selama ini tidak pernah ada masalah di antara mereka.“Ceu Nilam, kok saya merasa Inez akhir-akhir ini berubah,” uca
Nilam masih tampak shock mendengar pengakuan yang keluar dari mulut Adit, sedangkan Pak Edi semakin marah mendengarnya."Jadi itu alasan kalian melakukan hal seperti tadi?" tanya Pak Edi. Menatap keduanya saling bergantian.Nilam langsung menoleh ke arah suaminya, dia tidak mengerti apa yang sedang di katakan olehnya. Inez dan Adit hanya terdiam mendapat pertanyaan itu, mereka sadar bahwa apa yang telah keduanya lakukan itu salah."Maksud Ayah apa?" ucap Nilam. Sembari menatap penuh tanya ke arah Pak Edi, yang masih fokus menatap kepada Inez dan Adit."Ibu tanyakan saja, apa yang telah mereka lakukan. Bahkan ayah sangat malu saat melihatnya," ungkap Pak Edi.Nilam langsung memalingkan pandangan kepada Inez dan Adit, tentu dia ingin jawaban dari apa yang di katakan oleh suaminya beberapa saat lalu."Neng, nak Adit. Tolong jelaskan ada apa ini?" Pinta Nilam.Mereka berdua masih tetap bungkam, bahkan Inez tidak kuasa untuk membuka mulutnya begitu juga dengan Adit."Apa di antara kalian