Tubuh Melati bergerak seketika, terlebih saat dia melihat Sinta menyalakan handphone dan mengarahkan kepada dirinya.
Vanya tersenyum sinis, dia pun segera mengambil sebotol sirup yang sudah mereka siapkan.'Kayaknya tuh cowok punya fantasi liar,' batin Vanya melirik kearah lelaki bertopi dan bermasker yang ada di samping Sinta.Olla segera mengambil gunting, sedangkan Lidya memegangi tubuh Melati. Jikalau gadis itu berontak.Dengan tersenyum mengejek, dia segera menggunting cardigan yang melekat ditubuh Melati. Sehingga, Melati hanya menggunakan kaos putih berlengan pendek dan juga rok selututnya.Vanya pun menyiramkan sirup berwarna merah itu di atas kepala Melati. Sehingga, airnya bisa sampai ke bawah dan mengenai kaos putih sang gadis malang itu.'Glek.' Lelaki di samping Sinta hanya bisa menelan salivanya, saat dia bisa melihat jelas bagian tubuh Melati yang tercetak dan transparan akibat kebasahan.“Santai kali, BrDoni semakin naik fitam, melihat Melati yang hanya berdiam tanpa mengikuti perintahnya. Dia pun teringat salah satu film yang pernah dia tonton, bagaimana pemeran utama pria terlihat sangat menikmati permainan setelah menyiksa lawan mainnya terlebih dahulu.“Lo emang ditakdirkan untuk balas rasa sakit Gue!” Doni melepaskan cengkramannya, lalu kembali mencambuk paha putih Melati dengan ikat pinggang.Kini, perut dan kakinya sudah memerah.“Buka semua kain yang masih melekat ditubuh, Lo!” ancam Doni sambil mengayunkan kembali ikat pinggangnya. Melati menggeleng, jika harus mati hari ini. Dia tidak akan menyesalinya.'Bugh!'Kembali dia mencambukan ikat pinggang itu ke kaki sang gadis. Membuat Melati meringis menahan nyeri diseluruh tubuhnya.“Lo gak bisa ngelawan setelah ini!” Doni melemparkan ikat pinggang itu lalu melepaskan semua kain yang menutupi tubuhnya.Sinta tersenyum penuh kemenangan, saat yang ia tunggu akhirnya tiba. Doni telah sepakat dan
“Lit, aku pulang dulu, ya,” pamit Maudi kepada Lita yang sedang berjaga.Lita tampak bimbang, tidak mungkin ia menghadapi keluarga Melati sendirian.“Ada sesuatu yang harus aku urus, setelah keluarga Melati datang. Kamu bisa pulang.”Seolah paham dengan apa yang terjadi, Maudi pun menambahkan. “BIlang yang sebenarnya terjadi. Katakan juga, aku akan kesini lagi nanti sekitar jam delapan,” jelasnya, sambil melirik ke jam tangan yang sudah menunjukan pukul enam sore lebih.Lita mengangguk, pemuda dihadapannya terlihat sudah sangat kelelahan. Sedari tadi Maudi yang sibuk mengurus administrasi dan juga sibuk meyakinkan pihak keamanan sekolah agar mau menahan para pelaku.“Jaga Melati, ya!” Maudi segera meninggalkan ruang perawatan Melati. Ada beberapa hal yang memang perlu dia urus.Siapa disangka, saat Maudi pergi keluar pintu rumah sakit lewat koridor kiri. Dewi dan Raka datang dari koridor kanan. Mereka segera menuju ruang rawat Me
“Lo pernah sadar gak sih. Gak seharusnya kita berdua hadir dikehidupan Melati. Yang berujung membawa dia ke penderitaan.”“Maksud Lo?”Maudi memejamkan matanya, “dia masuk Rumah Sakit lagi hari ini.”“Apa yang terjadi?” Bisma menoleh ke arah Maudi.“Sinta, dia bully Melati hari ini sama Geng nya saat dia ambil berkas-berkas kepindahan.”Bisma mengepalkan tangannya, “cewek itu!”“Dan yang lebih parah lagi, Doni ada diantara mereka! Dia melakukan kekerasan yang berlebihan sama Melati.”“Doni?” tanya Bisma tidak percaya.“Ya! Doni, dia suka sama Melati.” Maudi terkekeh, “bukan hanya kita yang suka dia.”“Lalu, kenapa dia melakukan kekerasan?”“Entahlah! Dia bilang kalau selama ini dia gak suka sama Lo. Jadi, begitu dia tahu Melati adalah perempuan yang bisa buat Lo jatuh cinta dengan tulus. Dia ingin balas dendam lewat Melati, bahkan dia tadi hampir ngelecehin Melati.”Bisma membulat
"Bis … aku ha-mil!" Raya menatap kekasihnya yang sedang menyantap makan siang mereka.Bisma terlihat acuh, dia menatap Raya sekilas. "Ya, itu gampang.""Jadi, kamu mau tanggungjawab, kan?""Tanggungjawab? Ngaco. Kita masih sekolah, gugurkan saja!" Bisma kembali malahap makanannya, tanpa memperdulikan Raya yang sudah menangis.'Aku Bodoh. Aku sudah tahu kalau dia itu suka mainin wanita. Tapi … kenapa aku bisa menerima dia waktu itu?' Raya mengulas perutnya yang masih rata. Ini merupakan kesalahan terbesar yang pernah dia ambil. Desas desus itu memang sudah terdengar di telinga nya, bahwa seorang Bisma Adi Prasetyo merupakan seorang playboy ulung. Suka memainkan perasaan wanita, dan memutuskan hubungan dengan seenaknya.Tapi, kenapa dia bisa terjebak dengan perasaannya sendiri? Dia malah menyerahkan sesuatu yang paling berharga miliknya, kepada lelaki sampah dihadapannya. Kepopuler
"Bisma, Bisma, Bisma!" suara dukungan dari orang-orang mulai menggema di seluruh lapangan, padahal pertandingan belum dilaksanakan. Namun, para perempuan sudah berjejer. Mereka tidak ingin melewatkan ketampanan dari seorang Bisma satu detik pun."Aduh, duh. Kamu apa-apaan sih Sekar bawa aku kesini, aku gak suka." Seorang gadis merasa risih karena harus desak-desakan dengan siswa yang lainnya.Sekar hanya tersenyum, dia menstabilkan nafasnya dan tersenyum memandang ke arah pemain basket. "Kamu itu Mel, ini pertandingan tim basket kita melawan SMA Favorit. Kamu masa gak mau lihat. Ini bakal jadi sejarah besar kalau kita bisa ngalahin SMA Angkasa."Melati terlihat murung. SMA Angkasa … dulu dirinya ingin masuk ke sekolah tersebut, namun kedua orang tuanya melarang. Tapi pada kenyataannya, adiknya sendiri sekarang berada di sekolah tersebut."Kamu nonton aja sendiri sama yang lain. Aku mau keperpu
"Kamu mau kemana Bisma?" Adi Prasetyo—Ayah Bisma—menghampiri anaknya yang berniat pergi lagi dari rumah. Pemuda itu memang kerap tidak tidur dirumah, dan memilih untuk menghabiskan waktu di hotel yang memiliki fasilitas lengkap."Ini kan hari Sabtu, aku mau weekend-nan sama teman-teman." Bisma melemparkan tas yang dia bawa kepada salah satu pelayan. Mereka yang mengerti langsung menangkapnya dan segera memasukkan kedalam mobil sport milik Bisma."Kamu ini, bukannya Daddy sudah bilang. Nanti malam ada makan malam sama klien."Bisma hanya tersenyum dan segera berbalik, "Bilang aja aku lagi sakit. Lagipula untuk apa makan malam sama klien, gak penting." Bisma segera pergi memasuki mobilnya."Tutup semua gerbang!" Adi berteriak kepada satpam. Satpam yang mendapatkan perintah langsung melaksanakan perintah dari Tuan Besar mereka, walau setelah ini mereka sadar. Pasti akan mendapatkan amukan da
Hari Senin, pada saat jam istirahat. Bisma sengaja menampakan dirinya di taman tempat biasa Melati membaca buku. Gadis itu terlihat menoleh ke arah Bisma, namun kembali fokus pada buku bacaannya.Bisma merasa kesal karena Melati acuh, padahal dia sangat berharap Melati mau menghampirinya dan memberikan jas yang sudah ia pinjamkan semalam."Bis … gue mau bicara." Sinta datang tiba-tiba dan memeluk Bisma.Bisma yang merasa kaget langsung menoleh ke arah Melati, ternyata ia melihat ke arah Bisma. Dia segera menarik Sinta menjauh, dan membawa mantan pacarnya ke tempat yang lumayan sepi. "Apaan sih?""Gue gak mau putus, Bis. Lagian kita gak ada masalah apapun."Bisma membuang muka. "Gue mau fokus belajar, bokap gue marah karena nilai gue turun. Terus Lo juga keterlaluan kalau udah shopping suka lupa diri sampai habis ratusan juta. Gue kena omel.""Udahlah l
Bisma yang merasa gelisah langsung mengambil handphone dan dompetnya, karena kalau malam-malam pergi membawa mobil pasti kedua orangtuanya tidak akan mengizinkan."Aku harus kasih penjelasan ke dia." Bisma merasa tidak tenang, dia harus memberikan penjelasan kepada Melati. Apalagi besok adalah hari Minggu, dia pasti tidak akan bisa bertemu dengan Melati. Bisma juga yakut Melati mengetahui semua, karena semenjak Bisma sibuk memikirkan gadis itu, dia tidak pernah minum obat terlarang tersebut.Bisma keluar mengendap-endap dan segera naik ojek untuk pergi ke alamat rumah Melati. Beruntung dia masih mengetahui alamatnya. Sesampainya dirumah Melati dia meninjau rumah itu dengan teliti, lalu memanjat pagar."Kamar dia yang mana, ya?" Bisma kebingungan dan mulai melihat-lihat