"Aminah," lelaki itu bangkit dari kursinya dan mengejar langkah Aminah.
"Tunggu," Romeo menarik paksa lengan gadis itu yang masih memegang lap.
Iya tak tahan lagi dengan kejantanannya yang semakin menegang dan berdiri,
Aroma sop iga itu sungguh menggoda gairah siapa saja yang telah duduk di meja makan, di sana ada Buu Martha Pak Romeo dan juga Aminah, kedua asisten rumah tangga itu terlihat report dengan membawa hidangan-hidangan lainnya memenuhi meja makan yang besar."Cukup bi." pinta Bu Marta dengan mengangkat tangannya,tumben sekali padahal meja makan
Mobil mewah Anthony itu terhenti di depan butik yang tak kalah mewah, jelas itu butik untuk orang-orang menengah ke atas, iya semisal pejabat atau juga selebriti."Hey ayo sayang, ayo kita turun," ajak Anthony pelan dengan meraih tangan Aminah yang terlihat pasrah.Gadis itu hanya menundukkan kepalanya menerima tarikan kekasihnya Anthony, tentu dalam kalbu
Lagi-lagi, ruangan ini harus Aminah injak. Betapa ingin Aminah melangkah pergi, meninggalkan gedung dengan bangunan mewah ini, pergi tanpa harus terusir oleh sosok yang sangat membencinya.Baru saja ia hendak pergi membawa diri tapi sosok Itu telah mendapatkannya, lalu menghampiri tanpa ia inginkan.
Tarikan Omah yang cukup mendesak membuat Anthony juga Ratih menyatu dengan seketika, Omah mendudukkan kedua orang itu di sebelahnya, meninggalkan Aminah sendirian.Anthony tak berdaya, dia sedikit kaku dengan berjalan mengikuti tarikan omah, langkahnya sedikit tertahan, berat meninggalkan sang kekasih yang hanya tertunduk dengan perasaan kecewa.
Benarkan apa yang ada di hadapan itu? Wanita itu? Apa iya dia yang merencanakan ini semua? bukankah ia membenci sosok gadis hina itu? Belum lagi tatapan menohok yang ia berikan, nampak jelas mata itu membencinya, tak mungkin jika kali ini hatinya berbalik arah.Aminah yang tertegun, dengan suara ketus di hadap pintu itu gemetar, enggan menoleh, apalagi sampai..
"Lanjutkan makannya." suara berat terdengar memimpin di ujung meja.Sosok tinggi besar juga berkacamata dan berwibawa itu memimpin makan malam sehingga semua terlihat menunduk dan juga mengikuti suruhan itu, "Siapa laki-laki besar itu," telisik Aminah dengan tajam.
Gadis dengan wajah cantik, ramah dan tersenyum itu seolah hanya topeng semata, kebaikannya hanya semu, "Oh ya, aku bisa menanamkan sedikit modal untuk usaha mu itu," tawar Ratih dengan senyuman setengah bibir.Sedangkan Anthony, dan Aminah kekasihnya itu masih terlihat menikmati hidangan makan malam, terlihat gadis polos itu sangat lapar."Sayang pelan-pel
Aminah menoleh dengan getir, belum lagi sentuhan Jeremy di pahanya membuat tubuhnya merinding, juga kaku membuatnya tak berdaya.Ingin sekali ia menolak dan bahkan berteriak atas kekurang ajaran itu tapi entah kenapa Aminah seakan membisu dan mematung takut.Sentuhan di sebelah paha itu semakin menggila saja, ia kini bahkan dengan berani menyentuh kedua paha Aminah, membuat dress pendek itu semakin tersingkap saja.Tangan itu seakan memberikan kehangatan pada paha mulus Aminah."Tenang, kau tak akan kedinginan lagi cantik," ujar suara lelaki itu dengan pelan disertai hembusan bisikan di sebelah kuping Aminah.Aminah benar-benar tak mampu berkutik, ia semakin takut saja, sementara tubuhnya sudah sangat merinding.