Segepok uang telah diterima, hanya tinggal menjalankan perintah dari calon mertua idamannya saja. Ya, Delia, perempuan licik penuh muslihat ini tengah memikirkan cara agar Dani tidak mencurigainya sebagai penyebab insiden yang akan terjadi beberapa jam nanti.Sedangkan kini, Dani dan Alisha tengah keluar dari supermaket. Tak sengaja mereka berpapasan langsung dengan pacarnya Anjas. Perempuan itu langsung menatap ke arah perut Alisha. "Kamu yang di... ah, aku lupa." Ia menekan keningnya dengan tangan kanan sambil mengingat-ingat Alisha. "Oh, iya. Kamu yang pernah ada di Rumah sakit itu, kan?" Alisha melirik Dani. Ia tidak ingin berurusan dengan perempuan yang memiliki hubungan dengan Anjas.Dani rupanya mengerti, ia segera menjawab pertanyaan perempuan itu. "Iya, memangnya ada apa, ya?" "Kenal sama yang namanya Anjas?" tanya perempuan itu."Gak." Dani dengan tegas menggelengkan kepala."Oh, maaf. Kukira kalian saling kenal." Ia tertawa malu, kemudian pergi."Kalau dia di sini berart
Pintu terkunci ketika Alisha akan masuk ke kamar. Cukup dua ketukan dan sekali dorongan saja, ia sudah sadar diri bahwa dirinya telah membuat malu dan marah Dani. Perempuan ini hanya mampu meneteskan air mata. "Sini kamu!" Tiba-tiba Ibunya Dani menyeret Alisha menjauh dari kamar itu. "Mau ke mana, Ma?" Alisha tak berani melawan."Jangan berisik!" Alisha menatap pintu kamarnya yang telah jauh. Ia berharap Dani keluar dari kamar dan langsung menyelamatkannya dari perempuan itu."Sini!" Ia menempatkan Alisha di depan pintu utama.Alisha terkejut, dan langsung menatap ke luar. "Apa ini, Ma?" "Nggak sudi aku dipanggil mama olehmu. Sekarang keluar dari rumah ini atau aku akan mendorongmu!" Alisha menggeleng sambil mencoba menerobos pertahanan mertuanya. "Eh, mau ke mana? Keluar kataku!" Ia merentang kedua tangan, mencegah Alisha melewatinya."Dani harus tahu!" teriak Alisha. "Diam!" Ia membentak, tapi tidak berani lantang sebab Dani akan mendengar keributan itu. "Pergi kamu!" Ia beru
Seorang perempuan berpakaian merah, berumur 20 tahun, berdiri di tepi jurang. Sedikit lagi jika ia maju maka riwayat perempuan itu akan berakhir. Pada pukul 20:07, seorang lelaki juga berada di sana. Lelaki berumur 27 tahun itu tadinya juga akan berteriak untuk mengungkapkan kekesalannya, tapi di saat ia melihat perempuan itu sedikit lagi dalam bahaya, ia segera berseru, "Hey, apa yang kau lakukan di sana?"Perempuan itu terkejut. Ia segera berbalik untuk meninggalkan tempat itu. Lelaki ini segera mengejar perempuan itu. "Kenapa kamu tadi ingin melompat ke jurang?"Perempuan ini berhenti, tetapi tidak berbalik untuk menatap si lelaki. Ia mengusap air matanya setelah itu melangkah pergi.Lelaki itu kebingungan melihat perempuan itu. Ia menggaruk kepalanya sambil melihat ke arah jurang. "Di zaman seperti ini apa masih ada orang yang ingin mati seperti itu?" ***Pada pukul 12:00, Alisha Luna, perempuan yang malam itu ingin mengakhiri hidupnya dengan melompat ke jurang, kini terdiam sa
Dani merasa cemas karena Alisha muntah-muntah di dalam. Ia mengira mungkin Alisha sedang sakit."Apa kamu perlu obat?" tanya Dani di depan pintu kamar mandi.Alisha membuka pintu lalu perlahan keluar dari kamar mandi. "Aku nggak perlu obat.""Aku khawatir karena kamu muntah.""Aku nggak papa. Bisa tolong antarkan aku pulang?''"Sebaiknya telepon ibumu agar tidak cemas sebab aku akan mengantarmu besok pagi." Alisha mengangguk sambil menerima ponsel dari Dani. Ia sedikit menjauh dari lelaki itu untuk menelepon ibu tirinya. "Halo, Ibu.""Ke mana saja kamu, hah? Pasti kamu di luar sana lagi nginep sama lelaki, ya? Anjas sering mengadu tentang kelakuanmu itu." Suara ibu tiri Alisha.Alisha mencoba bersikap tegar. Ia ingin menangis, berteriak sekaligus marah, tapi ia tidak mungkin bersikap demikian di dekat Dani. "Sekarang kamu ada di mana, hah? Bapakmu sudah mencari kamu ke mana-mana sampai lupa kerja. Pasti gaji yang didapat bapakmu bulan ini berkurang karena harus mencari anak yang ng
Dani terkejut dan menyudahi makanannya lalu mengambil kunci mobilnya yang berada di atas meja makan. "Kabari aku kalau dia sudah kembali. Aku akan mencarinya di luar sana.""Iya, Pak." Dani segera memasuki mobil kemudian melajukan kendaraannya untuk mencari Alisha. Di sepanjang jalan tidak luput dari penglihatannya. Namun, sosok Alisha tidak terlihat olehnya. Dani menyesal karena tidak memiliki foto perempuan itu, sebab saat dia berhenti dan bertanya kepada salah seorang pejalan kaki di depan sebuah toko. Dani kebingungan untuk menjelaskan fisik Alisha. Ia hanya bisa mengatakan warna baju dan umur perempuan itu yang dikira-kiranya baru berumur 20 tahun.***Alisha berjalan di tengah keramaian kota Tenggarong sambil membayangkan kejadian pilu sebelum dirinya hamil. Seorang lelaki tiba-tiba memasuki kamarnya. Tepat di saat ayah dan ibunya sedang berada di luar kota karena mengunjungi rumah salah seorang keluarga ibu tirinya yang sedang mengadakan hajatan. Lampu kamar sengaja dipadamka
Alisha terdiam bingung karena meragukan mereka, tapi juga tidak berani untuk meminta Dani untuk menemaninya."Tunggu dulu!" cegah Dani sambil menarik tangan Alisha agar tidak dibawa oleh mereka. "Apaan, sih, kamu sudah dengar tadi, kan?" tanya lelaki baju putih."Aku ikut sama kalian untuk memastikan kalau cewek ini nggak sedang kalian tipu," jawab Dani."Astaga, Bro. Kami serius mau bawa dia ketemu sama, Anjas," keluh lelaki baju ungu dengan sikapnya yang terlihat serba salah."Aku akan pulang kalau sudah melihat lelaki itu langsung," kata Dani.Kedua lelaki itu saling melirik. Mereka memberikan isyarat yang sulit dimengerti oleh Dani, tetapi Dani tidaklah bodoh, sebab ia memiliki firasat buruk dengan kedua lelaki itu."Aku cuma mau pergi kalau dia ikut denganku," sela Alisha.Dani melirik Alisha lalu tersenyum. Merasa jika dirinya telah menang karena Alisha berpihak kepadanya. "Oke. Ayo, berangkat!" ajak lelaki baju biru.Alisha dan Dani segera memasuki mobil Dani sedangkan kedua
Alisha berteriak seraya mencoba untuk mengambil ponsel dari ayahnya. Namun, Anjas segera menangkap tubuhnya sehingga ia tidak dapat mencegah kemarahan ayahnya. "Ayah, ini tidak seperti yang kau---" Plak! Penjelasan gadis ini terhenti mana kala ayahnya menampar keras wajah kirinya. Gadis ini merasakan sakit dan tiba-tiba merasakan pusing. "Dasar anak durhaka! Inikah balasanku selama ini?" Indra membentak sambil memperlihatkan rekaman video Alisha sedang tidur bersama tiga orang lelaki di kamar hotel. Alisha terkejut karena ia mengenali bahwa kamar itu adalah kamar yang semalam ditempatinya. "Nggak, itu bukan aku, Pak!" "Ini jelas-jelas kamu.'' Nadya mengambil alih ponsel Anjas dari tangan suaminya lalu memaksa Alisha untuk memperhatikan video itu. "Anjas, bela aku!" desak Alisha. "Aku awalnya nggak nyangka, tapi itulah kenyataannya,'' jawab Anjas dengan wajah lesu dan kecewa. Alisha tidak menyangka bahwa ibunya dan Anjas akan merencanakan neraka untuknya. Gadis ini menangis hi
Alisha terdiam saat ia melihat rumah kosong yang sepi jauh dari rumah penduduk sekitar. "Ini rumah, Om?" "Iya. Masuklah!" Madin masuk lebih dahulu. Alisha tampak ragu melangkah masuk ke rumah itu. "Masuklah." "Apa tidak ada tempat lain, Om? Terus terang saya takut di sini. Gelap dan sepi." Ia melihat ke sekitarnya."Bermalam dulu di sini. Besok aku akan antar kamu ke tempat kerja lalu kita akan mencari tempat tinggal untukmu."Luna mengusap perutnya yang mulai bergerak. Nyawa bayi dalam perutnya berdenyut. "Apa kamu lapar? Kita sudah makan tadi." Madin heran melihat Luna yang kini menyentuh perutnya."Nggak, Om. Saya cuma kekenyangan." "Oh, kukira tadi kamu lapar lagi." Madin tertawa. "Ayo, masuk." Alisha memberanikan diri untuk masuk ke rumah itu. Tidak buruk juga seperti yang ia pikirkan beberapa menit yang lalu. Rumah itu terlihat nyaman ditempati walaupun dinding rumahnya tidak diberi cat. Ia meletakkan tas berisi pakaiannya di atas ranjang. "Tidurlah. Aku harus pergi untu