“ Diam dan nikmati saja” ujarnya dengan tatapan menusuk
“ kak jangan ku mohon hmm ah “
“ diam, atau bundamu akan mendengarnya sayang” tangan Raven mulai menelusuri setiap lekuk tubuh Elaine yang kini tengah berada dibawahnya.
“ Hiks,, jang-ahh hm geli kak “ pekik Elaine menahan sentuhan yang mulai turun menuju bawah, tangan Raven menyelusup masuk ke dalam perut Elaine, menyentuh kedua gunung kembar milik Elaine yang begitu besar juga kenyal, tangannya tak henti memilin puncak dadanya, membuat si pemilik mendesah pelan
“ lepaskan sayang” Raven menyeringai penuh kemenangan, sebentar lagi ia akan mendapatkan Elaine sepenuhnya, setelah ia menunggu selama satu Minggu penuh untuk tidak menyentuh Elaine, sialnya ia pun tak bisa melampiaskannya kepada wanita jalang yang sering ia pakai untuk memuaskannya, entah mengapa tiba-tiba saja juniornya tak ingin bangun bahkan telah di goda seperti biasanya. Hingga ia harus bermain solo bersama Lux dengan membayangkan
“ sekali lagi kau menghinaku, akan ku buat kau menjadi jalang sungguhan Elaine, jangan pernah mencoba untuk melawanku. Jika kau tak sanggup menanggung akibatnya.” Ujarnya dengan nafas berat, Raven tak peduli dengan keadaan Elaine yang semakin merintih kesakitan pada area intinya.“ ahhh kak stop “ erang Elain tak mampu membuat Raven berhenti, baginya tubuh Elain begitu nikmat untuk di hentikan barang sedetik saja. Dari sekian banyak wanita yang telah ia jelajahi hanya milik Elaine lah yang mampu membuat kelelakiannya meminta untuk terus di puaskan“ Jadilah jalangku mulai saat ini Elaine!” erangan Raven disertai hentakan yang kuat masuk lebih dalam lagi untuk menyemburkan segala benih yang tersisaPelepasan yang mungkin tak dapat di hitung lagi membuat tubuh Raven ambruk di samping tubuh polos Elaine, mengatur nafas perlahan-lahan keringat di sekujur tubuhnya menjadi sanksi atas pergulatannya dengan Elaine begitu panas, sedangkan tubuh gadis disampingnya begitu pa
Author POV Siang berlalu begitu saja, Elaine Natalie harus menelan kenyataan pahit saat terbangun dari tidurnya, seluruh raga dan jiwanya hancur berserakan, bukan hanya itu saja melainkan mimpi dan cita-cita nya selama ini harus rela ia lepas begitu saja di kemudian hari yang entah itu kapan, di liriknya pria dewasa muda masih terlelap, Elain membenci sang kakak ttirinya “ Maafkan aku Damian, aku tidak bisa menjaga diri dengan baik “ Tepat pukul tiga sore, Elaine bergegas merapikan diri sebelum kedua orangtuanya kembali pulang, mau tak mau Elaine harus membangunkan sang kakak yang masih tertidur di kamar milik Elaine “ kak, bangun!” Elaine menggoyangkan pelan tubuh Raven, namun Raven tak memberi respon “ Kak bangun ini udah sore !” pekik Elaine kembali, berharap sang kakak segera terbangun “ hmm apa sih sayang, belum cukup ya masih mau lagi hm?” “ ih ga gitu, nanti bunda pulang kak, kakak kalo mau tidur lagi lanj
“ Menikmati sesuatu yang sedikit berbahaya” seringai kecil terlihat di sudut bibir tipisnyaaku tidak mengerti maksud dari perkataan kak Raven, tak ingin menanggapi akupun mengalihkan pandanganku ke luar jendela, melihat jalanan yang remang, langit temaram terasa begitu gelap di hiasi beberapa bintang yang menemani sang rembulan yang nampak bersembunyi dibalik awan kelabuKak Raven melanjukan mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata, membuat aku sedikit was-was, meski jalanan terasa lengah oleh pengendara motor juga mobil tetap saja seharusnya kak Raven tidak perlu menambah kecepatan lajunya, lagi pula aku masih ingin hidup, tentu jika aku punya pilihan aku tak ingin hidup bersama dengan pria setengah tak waras ini“ Kau ingin membuatku mati dan sekejap kak?!”“ jangan ngebut kak Raven!”Aku menggerutu kesal saat kak Raven bahkan tak memperdulikan teguran dariku,
Ketika Elaine menertawakan Raven, tanpa sadar sosok yang sedang dia bicarakan ternyata tepat berada di depan pintu yang belum sempat Elaine tutup karena pikirannya tertuju pada seisi ruang kamar tidur yang cukup menarik Raven tak suka jika ada yang meremehkan kemampuan dirinya, apalagi saat ini dia mendengar dengan jelas bahwa Elaine sedang memperoloknya, padahal Elaine sama sekali tidak bermaksud seperti itu “ kau menertawakan apa Elaine?!” tanya Raven saat posisinya tepat di belakang Elaine dengan kedua tangan yang melingkar di perutnya Mata Elaine terbelalak lebar “ kak Raven ngapain disini?” tanya Elaine gugup, apakah kak Raven mendengar apa yang telah ia katakan barusan? “ jawab pertanyaan ku sayang” hembusan nafasnya terasa menggelitiki ceruk lehernya, dimana Raven menyandarkan kepalanya tepat diatas bahu Elaine “ maafkan aku kak Raven, aku tidak bermaksud seperti itu” ujar Elaine pelan “ kau ingin tau ini kamar siapa hm?”
Ketika Elaine menertawakan Raven, tanpa sadar sosok yang sedang dia bicarakan ternyata tepat berada di depan pintu yang belum sempat Elaine tutup karena pikirannya tertuju pada seisi ruang kamar tidur yang cukup menarikRaven tak suka jika ada yang meremehkan kemampuan dirinya, apalagi saat ini dia mendengar dengan jelas bahwa Elaine sedang memperoloknya, padahal Elaine sama sekali tidak bermaksud seperti itu“ kau menertawakan apa Elaine?!” tanya Raven saat posisinya tepat di belakang Elaine dengan kedua tangan yang melingkar di perutnyaMata Elaine terbelalak lebar “ kak Raven ngapain disini?” tanya Elaine gugup, apakah kak Raven mendengar apa yang telah ia katakan barusan?“ jawab pertanyaan ku sayang” hembusan nafasnya terasa menggelitiki ceruk lehernya, dimana Raven menyandarkan kepalanya tepat diatas bahu Elaine“ maafkan aku kak Raven, aku tidak bermaksud seperti itu” ujar Elaine pelan&
" Elaine!! " Lambaiantangan damian mengisyaratkan keberadaannya, aku pun segera menghampirinya dengan rasa yang berkecamuk di dalam dada. Damianmengajakku bertemu di sebuah cafe biasa, aku menyukai tempat ini, sebab dari sudut ruangan ini aku bisa melihat matahari terbenam lalu menyiratkan warna jingga yang nampak indah, senja namanya. " Hay,, " SapakuTersenyum canggung. Setelah dua tahun berlalu, Lama sekali rasanya,mengingat antara aku dan dia yang sudah tak saling bertemu dan menyapa apalagi berbicara sampai sedekat ini " Aku sudah memesan kopi kesukaanmu ra, minum dulu kamu pasti haus " Jelas damian memecahkan kecanggungan diantara kita, di sodorkannya secangkir kopi dengan gelas cantik berwarna hijau muda, ya dia selalu tau apapun kesukaanku terkecuali hatiku, dia tak pernah menanyakan kabar hatiku semenjak hari itu, sedikitpun mungkin tak pernah terlintas dalam pik
“ tunggu Elaine, bisa kah kau memberiku kesempatan untuk memulai semuanya dari awal? “ sebuah tawaran yang selalu aku nantikan itu kini terwujud juga, entah harus dengan aapa aku mengatakan kepadanya, jujur dalam hati yang paling dalam namanya masih setia, dengan bodohnya aku pun mengangguk. " Ayo Biar ku antar " Ajaknya meraih tanganku, lalu bergegas keluar meninggalkan caffe " Baiklah,, " Aku hanya tersenyum, mencoba baik-baik saja. Pada dasarnya aku memang lemah di hadapanmu Damian. " Mungkin ini akan menjadi hari terakhir dimana kamu bisa mengantarkanku pulang " Lirihku dalam hati Jalanan malam itu lengang.. Di tambah dengan keheningan yang ia ciptakan di dalam mobil membuat duri dalam rasaku semakin Menggelitik. Ada rasa sesak saat ia kembali membahas masa lalu, begitu juga ada rasa bahagia akhirnya pertemuanku dengannya kembali setidaknya dapat memberi kesan manis meski hanya sedikit, mengin
" Ikut aku, sekarang! " Terdengar nada suara yang dingin namun tajam, seketika aku bergidik ngeri, mau dibawa kemana aku?Tepat di sebuah taman belakang yang nampak sepi karena semua orang sibuk menikmati makanan di ruang tengah, di mana tempat resepsi di adakan. Dia menghentikan langkahnya, lalu melepaskankan tanganku, aku meringis menahan sakit di pergelangan tanganku yang kemerahan." Sampai kapanpun, aku gak akan pernah menganggap ini nyata " Ujarnya penuh dengan penekanan, matanya terlihat kelam yang menatapku dengan tajam" Tapi kak,, "" Aku tidak akan melepaskanmu, sekalipun kau telah menjadi adik tiriku, ingat itu! " Titahnya yang tak bisa di bantah, kalimat pernyataan itu membuat bulu kuduk'ku meremang" Kak, aku gak pernah suka sama kak raven, jadi tolong lupakan aku kak, sekarang kita bahkan udah jadi saudara " Aku mencoba mengungkap perasaanku kesekian kalinya lagi, tak peduli lelaki di hadapanku mener