Share

Kejutan

Alluna membelakakan mata, dia tidak menyangka bahwa lelaki asing yang diciumnya itu malah membalas ciumannya. Dan sialnya lagi, lelaki itu adalah seorang pencium yang handal!

Eh, memangnya boleh menyebut ciuman kayak gitu handal! Harusnya cowok jenis ini dikategorikan sebagai Playboy. Kalau ciuman nya sebagus ini, cowok ini pasti sudah banyak pengalaman.

Satu menit, keduanya berciuman selama satu menit, dan rasanya napas Alluna nyaris habis akibat ciuman tanpa jeda itu.

Lelaki asing itu mendekap pinggang Alluna dengan ketat, seolah memenjara Alluna agar tidak bisa kabur begitu saja.

Alluna langsung mendorong tubuh lelaki itu ketika sang orang asing hendak melanjutkan ciuman ronde kedua.

Dia gila!

Lelaki itu menatap ke arah Alluna, lalu tersungging senyum, "Apa kita tidak melanjutkannya lagi?" Godanya.

Alluna mendelik ke arah laki-laki itu, pengennya dia menceramahi lelaki itu, namun kemudian Luna mengurungkan niatnya. Yang mula-mula mencium kan memang dirinya. Jadi, gadis itu langsung putar balik dan berlari menuju mejanya.

Lelaki asing itu masih memandangnya dengan heran.

Alluna langsung berbisik pada ke empat temannya.

"Yuk, buruan kita pergi dari tempat ini, takutnya cowok itu malah ngejar ke sini lagi!" Seru Alluna sambil mengambil tasnya dan berdiri, tentu saja ke empat temannya pun mengikuti langkah Alluna.

Tepat ketika lelaki asing itu berdiri, Alluna langsung kabur bersama ke empat karibnya yang lain. Mereka segera masuk berbaur dengan para tamu perempuan lain yang penuh di lantai dansa.

Alluna menyelinap dengan sempurna diantara orang-orang yang berdansa. Dia segera meluncur ke pintu depan, diikuti ke empat temannya yang lain. Mereka lantas berlari keluar dan tertawa-tawa gembira.

"Gila lho! Luna benar-benar melakukannya!!" Jerit Sinar dengan heboh sendiri.

"Itu bukan gila lagi Nar, itu super duper gila!!" Imuy menyahuti dengan penuh semangat. Memang mereka tidak bisa melihat dengan baik karena lampu yang remang-remang, tapi mereka melihat Alluna begitu rapat dengan lelaki itu.

"Berapa menit, berapa menit?" Tanya Amba yang langsung mengeluarkan jari telunjuknya dihadapan kawan-kawannya, "satu menit dua detik coy....gila, hot banget pasti ciumannya!!"

Ucapan Amba disambut koor suara yang lain yang berkata, "cieeee!" Secara serentak.

Alluna mengusap bibirnya dengan ujung tangan, wajahnya kontan memerah. Sebenarnya bukan karena dia melakukan ciuman itu dengan baik, tapi lelaki asing itu yang bagus dalam berciuman. Ketika Alluna melakukannya, rasanya kakinya tidak berhenti gemetar karena takut dan tegang.

Seolah sentuhan lelaki itu masih berbekas di pinggangnya, Alluna berusaha mengusir bayangan cowok asing itu dalam kepalanya. Bohong kalau Alluna tegar, padahal dia masih bisa merasakan getaran di telapak tangan dan kakinya.

"Pulang yuk," ajak Alluna karena masih takut lelaki itu mengejar mereka. Tidak terbayang betapa buruknya hari ini kalau lelaki itu mengejarnya dan menganggap dia cewek murahan. Memikirkannya saja bikin Alluna bergidik sendiri.

"Yuk ah, permainan udah selesai." Lestari menyahuti setuju, membuat Alluna merasa lega.

Untungnya ke empat kawannya tidak keberatan untuk pulang. Ke limanya langsung menjejali mobil Alluna yang merupakan mobil sedan merk Honda berwarna metalik.

"Al, cowoknya ganteng nggak?" Tanya Amba yang duduk di samping Alluna.

"Eng... gimana ya, ganteng sih, tapi kesannya galak dan sulit didekati." Ucap Alluna berusaha mengingat figur lelaki yang tadi diciumnya. Alluna ingat ketika dia menepuk pundak lelaki itu, orang asing itu bertanya dengan ketus padanya. Matanya sendiri tampak galak dan siap mengusir dirinya.

“Hanya saja, ciumannya, Ng...gimana ya ngomongnya, bisa di bilang menghanyutkan. Lelaki itu seorang good kisser.”

"Tapi salut buat Alluna, dia benar benar sudah dewasa, berani dan dewasa, iya nggak teman-teman. Dia berani menerima tantangan gila dari Lastri. Gue jadi ingat, dulu juga Luna menerima tantangan buat nembak si culun di kelas kita. Siapa namanya, Abdul Fatah kan? Hahahaha, sekarang dia melakukan hal gila lagi, nyium orang asing!!!" Ucap Sinar dengan bersemangat.

Alluna hanya tertawa rikuh, mereka semua tidak tahu bahwa sampai saat ini hatinya masih kebat-kebit.

Perempuan perempuan itu menjerit ketika mereka membicarakan tentang masa lalu gila yang mereka lakukan di masa SMA.

Mobil Alluna melaju membelah jalanan. Gadis itu memutar radio yang menyenandungkan lagu. Kiss me, dari sixpence none the richer, lagu lawas yang bikin Alluna langsung memerah mukanya.

**

"Jangan lupa handphone mu Al," ucap mama dari arah dapur ketika Alluna sudah di depan pintu hendak keluar.

"Udah Ma!" Alluna menjawab di depan pintu. Alluna kemudian berputar, menuju bagasi. Hari ini mobil dipakai oleh ayahnya untuk bekerja, yang tersisa untuknya hanya Honda Scoopy, kendaraannya sejak kuliah. Usia Scoopy itu sudah hampir lima tahun, tapi kondisinya masih sangat bagus. Alluna menjaga motor miliknya sebaik mungkin.

Setelah memasang helm retro miliknya, Alluna meninggalkan rumahnya dengan perasaan riang. Hari ini dia akan pergi ke gedung PT Virtual Arc, dimana dia akan bekerja hari itu.

PT Virtual Arc berada di bawah kendali Miracle corp, sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang multimedia. Gedung yang terdiri dari lima belas lantai itu berisi orang-orang hebat muda yang memang bergerak dalam penciptaan game Treasure.

Alluna sampai di depan kantor, segera menemui bagian HRD yang langsung membawa Alluna ke bagian desain. Disana dia bertemu dengan ketua Tim, lelaki yang ramah, bernama Hendra. Hendra menyambut Luna dengan gembira karena isi bagian di Divisi Karakter semuanya laki-laki.

Hendra lantas memperkenalkan Alluna pada para desain karakter lain. Ada Sean yang biasanya dipanggil Peang karena seringkali melakukan tingkah gila dan suka ngelawak, ada Budi yang hitam kulitnya dan sering dipanggil Ibud singkatan dari ini ibu budi, nama ini mengacu pada pembelajaran bahasa di masa tahun sembilan puluhan. Ada Iwan yang berambut kribo dan suka mutar lagu melankolis di laptopnya setiap istirahat dan terakhir ada Giring yang dipanggil Nidji. Ketika berkenalan dengan Giring, sempat Alluna menyangka Giring Nidji beneran, tapi ternyata KW-nya.

“Luna, gue emang leader di divisi Karakter, tapi nanti elu bakal ketemu sama bos kita, yang membawahi semua bagian. Sebenarnya sih dia bos yang memiliki semua isi gedung ini, tapi untuk game, sepertinya Bos lebih tertarik mengelola bagian Treasure. Jadi, secara khusus Bos kita yang bakal banyak minta dan nanya-nanya. Karena elu masih baru, nanti gue anter buat ketemu sama si Bos.” terang Hendra pada Alluna yang disambut dengan anggukan bersemangat.

Hendra kemudian membungkuk sedikit ke arah Alluna, “Tapi hati-hati, bos lumayan galak, dia enggak pandang bulu, perempuan laki-laki kalau mau dimarahin, pasti dimarahin aja.

“Iya…” Luna lagi-lagi mengangguk.

Setelah berkenalan dengan bagian Desain, Hendra membawa Alluna ke tempat sang bos mereka yang kebetulan ruangannya tidak jauh dari wilayah desain karakter. Sang sekretaris yang berada di depan pintu kantor sambil menghadap ke arah komputer melihat sekilas Hendra dari balik kacamatanya.

Kira kemudian mengambil gagang telepon dan menekan satu tombol yang terhubung dengan sang Bos. Tidak bebeerapa lama Kira lantas berkata pada Hendra, “Masuk saja. Pak Ghani menunggu.”

Hendra mengangguk. Dia lantas mengetuk dua kali pintu kantor Bos. Itu adalah peraturan yang berlaku ditempat itu. Jumlah ketukan menunjukkan maksud. Bila ketukannya dua, berarti keperluannya berhubungan dengan karyawan. Bila ketukan tiga berhubungan dengan pekerjaan.

Setelah mengetuk, Hendra membuka kenop pintu. Ketika pintu terbuka, tampak seorang lelaki menunduk di depan meja, tengah menandatangani beberapa surat. Hendra mendekat begitu juga Alluna.

“Pak, saya hendak memperkenalkan staf baru di divisi Desain karakter.”

Lelaki yang terlihat menunduk itu mengangkat wajah, saat itulah mata Alluna membulat, bahkan tanpa Alluna Sadari mulutnya terbuka. Walau saat itu gelap, Alluna tidak akan mudah melupakan lelaki yang sudah diciumnya--atau menciumnya--di Klub Semalam. Sekarang, ditengah ruangan dengan penerangan cahaya yang lebih jelas, Alluna baru menyadari bahwa lelaki itu demikian tampan dengan garis mata yang tegas, alis mata yang lebat, hidung yang mancung dan bibir yang sedikit tebal.

Ketika melihat Alluna, Ghani sang bos sempat terkejut hingga bangkunya bergeser. Namun lelaki itu mampu mengendalikan diri. Ghani tidak pernah menyangka, perempuan yang datang mencuri ciumannya saat di klub malah muncul dihadapannya saat itu. Padahal Ghani sudah berupaya mengejar gadis itu sampai keluar dari klub. Namun perempuan misterius itu menghilang bersamaan dengan deru sebuah sedan berwarna metalik.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status