Dua puluh menit berikutnya, mereka tiba di depan hotel terbaik di kota Cappadocia. Cessa mematung melihat kedua orang tua Leo, ada Mama dan Papa, juga Arjuna dan adik sepupu Cessa serta Grandpa Arga dan Grandma Maria sedang tersenyum ke arahnya.Kenapa bisa begini? Sejak kapan mereka di sini? Lalu kenapa sang Mama dan Mamanya Leo juga Grandma Maria tampak akrab? Siapa yang membuat kejutan ini untuknya? Untuk apa?Air mata mulai membasahi wajah cantik Cessa."Papaaaaaaaaaaaa …..!" teriak si kembar kompak, lalu berhamburan berlari ke arah Arjuna. Mereka sangat merindukan Arjuna yang selalu dipanggil Papa.Meskipun sudah ada Leonard mengambil alih tugas Arjuna selama ini, tapi posisi Arjuna di hatinya tidak akan pernah berubah. Arjuna, masih menjadi pria yang terbaik yang ada untuk hidup Ratu dan Rani."Honeyyyyyy ……!" balas Arjuna.Pria itu berjongkok, lalu merentangkan kedua tangannya memeluk si kembar yang sudah ia anggap seperti darah dagingnya sendiri."Kami benar-benar tak dianggap
"Kau harus membayar ganti rugi atas mobilku yang sudah dengan sengaja kau tabrakkan! Kau tahu, bukan? Mobil itu keluaran terbaru dan hanya diproduksi 10 jenis saja di dunia?!" Suara itu sangat menggelegar, hingga membuat jantung Arga Dewantara berdetak lebih kencang dari biasanya. Arga memang bekerja sebagai sopir pribadi di keluarga Askara.Selama tiga tahun bekerja, Arga selalu bekerja dengan baik. Baru kali ini dia mengalami musibah, hingga mengharuskannya untuk membayar ganti rugi pada sang majikan. Tapi, ia sudah dituduh seperti itu. Jujur saja, Arga sangat kaget dengan kalimat kejam yang diucapkan sang majikan."Tapi, Tuan … saya sama sekali tidak dengan sengaja menabrak pembatas jalan itu,” ucap pria berusia 26 tahun itu membela diri, “saya hanya menghindari mobil ugal-ugalan yang hampir menabrak mobil Anda, Tuan."Arga akan berjuang untuk membuktikan pada majikannya kalau dia tidak ada niat menghancurkan mobil mahal milik majikannya. Justru, dia melakukan itu semua agar kes
"Kau Arga anakku, kan?" tanya pria itu lagi.Arga mematung saat melihat sorot yakin pada mata pria kaya tersebut.Diperhatikannya kembali penampilan pria di hadapannya ini; sangat nyentrik dan berkelas. Arga yakin orang ini pasti pengusaha sukses.Lalu, kenapa orang sepertinya bisa berpikir Arga adalah anaknya? ‘Bukankah, banyak orang di dunia ini memiliki wajah sama tapi tidak memiliki hubungan darah? Mungkin, inilah yang sedang terjadi,’ pikir Arga.Beberapa detik, ia berpikir, hingga akhirnya Arga membalas ucapannya, "Bukan, Tuan. Orang tua saya hanya petani. Dan, saya bekerja sebagai sopir pribadi. Jadi, tidak mungkin bila saya adalah anak Anda." Namun, tidak ada jawaban dari pengusaha kaya itu.Ia malah tampak berbisik-bisik dengan asistennya. Seketika, Arga teringat perintah Nyonya Askara. Bila ia terlalu lama berada di sini, Arga yakin wanita itu pasti akan memarahinya di depan umum.Dia harus segera pergi dari tempat ini!"Kau pasti anakku yang hilang." Suara pria kaya itu
“Dua miliar?” Arga kembali membatin. “Itu memang banyak, tapi untuk membeli diriku? Rasanya, begitu murah sekali. Sebesar itukah harga diriku sebagai laki-laki?” “Apa yang harus aku lakukan?” imbuhnya lagi bertanya pada diri sendiri.Tadi, setelah pulang dari Mall, Arga dan sang nyonya diminta untuk ke ruang kerja milik Tuan Askara di kediamannya.Pria itu menatap Arga penuh kuasa, seolah mendesak Arga untuk segera menikahi Maria.Entah mengapa, Arga sempat curiga Tuan Askara memilih pria miskin sepertinya karena tahu dia tidak berdaya.Mungkinkah, majikannya itu sengaja menjebak Arga dalam kecelakaan tersebut agar ia tak punya pilihan lain?Setelah dipikirkan, baru kali ini juga, Tuan Askara memintanya untuk mengendarai mobil termahal keluaran terbaru.“Aku sudah membebaskanmu dari tuntutan hukum, bahkan aku akan mengangkat derajatmu dengan menikahi adikku! Ingat Arga, dua miliar untuk keturunan Askara!" seru Tuan Askara tegas.Senyum tercipta di wajah majikan Arga itu. Tanpa Arga
"Kau mau ke mana? Aku ada perlu denganmu." Suara wanita tua yang Arga kenal sebagai tante dari Tuan Askara menghentikan langkah Arga yang hendak pulang ke kontrakannya.Dahlia perlahan berjalan mendekat ke arahnya.Merasa ada hal penting, Arga pun membalikkan tubuhnya lalu menatap wanita yang bahkan tak pernah meliriknya sama sekali–selama ini."Sa–saya mau pulang Nyonya," ucap Arga gugup. 'Mau apa dia mendekatiku?' batin Arga bertanya saat wanita paruh baya itu semakin mendekat ke arahnya. Melihat wajah Dahlia yang terlihat tidak bersahabat, Arga merasa inilah wanita dengan peran antagonis nomor satu yang pernah ditemuinya.“Aku tidak menyangka. Orang miskin sepertimu bisa memiliki wajah tampan yang begitu mempesona,” ucap Dahlia, setelah berada di depan Arga, “makanya, kau bisa menikahi keponakanku, hmm?” Ucapan wanita itu menjatuhkan harga diri Arga. Dia merasakan terhina begitu luar biasa.Kalau saja Arga boleh memilih, dia pun tidak mau berada di posisi ini. Ia yakin pujian
"Ikuti saja kemauan kakakku." Satu kalimat itu hampir membuat jantung Arga copot, tapi dia tak mau berlama-lama ada di sini. Arga sekarang yakin apa yang dikatakan beberapa pelayan selama ini mengenai Maria itu– benar adanya. Nona muda ini sangat menakutkan!"Baik Nona, kalau begitu saya permisi dulu," pamitnya lagi.Arga pun buru-buru keluar dari perpustakaan tersebut. Lalu, ia kembali menemui Tuan Askara untuk menceritakan semuanya.Setelah menekankan pada Tuan Askara kalau dirinya terpaksa akan menerima tawaran ini, Arga pun memilih kembali ke kontrakannya.Namun, matanya membulat sempurna ketika tiba di kontrakannya! Orang yang tadi dia temui di Mall, sedang menunggu kedatangannya."Apalagi sih maunya mereka?" gumam Arga kesal.Arga segera memarkirkan motor buntutnya di depan kontrakannya, lalu menghampiri orang-orang itu."Apalagi yang kalian inginkan?!" seru Arga dengan raut wajah masam.Seharian ini, dia sangat lelah. Ditambah dengan kedatangan orang-orang ini, tentunya ak
"Kau dengar sendiri kan apa yang dikatakan adikku? Kau bahkan sudah memintanya untuk menjadi istrimu, sekarang dengan gampangnya membatalkan semua yang sudah kami rencanakan," ujar Tuan Askara."Bukan begitu maksud saya, Tuan," ucap Arga berusaha menjelaskan diri."Ck!" Tuan Askara berdecak malas, "asal kau tahu saja, bahkan aku sudah mempersiapkan pernikahan kalian." "Tapi---"Arga tak melanjutkan ucapannya begitu melihat atasannya menatap tajam dirinya.Pandangan Arga lantas tertuju pada Maria yang berada di lantai dua. Netra pekat keduanya bertemu--saling tatap satu sama lain.Arga tak menyangka wanita ini bisa berbicara lantang. Dia pikir, Maria benar-benar tidak bisa berkomunikasi secara normal. Nyatanya, sekarang Maria paham apa yang sedang dia ributkan di bawah dengan Tuan Askara."Apa yang harus aku lakukan sekarang," gumam Arga di dalam hati.Dia benar-benar bimbang untuk mengambil keputusan."Aku tidak mau menerima uangmu ini karena aku yakin, uang ini tidak halal," tuduhn
"Baiklah Tuan, saya siap menikah dengan Nona Maria," ucap Arga mantap.Semua ini dia lakukan hanya demi membantu Maria untuk bisa hidup normal seperti orang kebanyakan.Tuan Askara tersenyum puas."Bagus! Memang harusnya kau memenuhi keinginanku, karena selama ini aku sudah memperkerjakanmu di sini dengan sangat baik. Malam ini, kau akan menikah dengan Maria, tapi hanya dihadiri oleh beberapa orang saja." "Pernikahannya tertutup! Dan siang ini, kau harus ikut denganku ke kantor pengacaraku," ucap Tuan Askara panjang lebar."Ke kantor pengacara?" Arga dibuat bingung oleh permintaan bosnya ini."Tentu saja kau harus ikut denganku ke kantor Pak Bima, pengacaraku. Kita harus membuat kontrak pernikahan sebelum pernikahan itu benar-benar terjadi," ucap Tuan Askara dengan enteng.Hal ini jelas membuat Arga tersentak kaget. "Maksud Anda bagaimana, Tuan?" "Iyalah! Kau harus menandatangani surat kontrak pernikahan. Mana tahu, di tengah jalan kau mengingkarinya, atau ketika anakmu lahir, terny