"Lain kali, jangan menyentuhku dengan tiba-tiba, Shine," ucap Daffa tanpa memandang Shine.
Pria itu buru-buru pergi meninggalkan Shine yang mematung, bukan ke meja makan, tetapi ke dalam kamar mereka, satu-satunya ruangan yang ada dalam apartemennya kecuali kamar mandi.
Di dalam Daffa memegangi dadanya yang berdebar kencang setelah menutup dan mengunci pintu.
Keringat dingin keluar dari dahinya.
Thailand,08:12 AmDaffa menaruh ponselnya ke atas meja kembali setelah menerima sebuah panggilan. Ia sedang menatap kolam renang dari teras belakang villa Darren. Kembarannya itu ternyata benar-benar punya selera yang bagus, Darren mempunyai villa yang sangat cantik di Thailand. Villa pribadinya yang sedang Daffa tempati sekarang.Setelah seminggu berlalu, akhirnya Daffa menyetujui untuk membawa Shine pergi berlibur, kali ini bukan ke Jep
"Jadi, gadis itu tak sengaja menabrak kak Caroline, dan membuat pesta jadi berantakan?""Ya, Jane, begitulah yang aku dengar," ungkap Shine sembari menyedot jusnya. "Dan kalian tau? Kak Darren marah besar, aku sampai takut melihatnya."Dua minggu setelah Shine tiba di Indonesia, gadis itu dan teman-temannya, termasuk Jim, baru sempat bertemu karena kesibukan masing-masing. Mereka memutuskan untuk bertemu di sebuah kafe tempat mereka sering menghabiskan waktu."Aku justru kasihan padanya, dia pas
Sudah lebih enam jam berlalu tanpa kabar dari Mikaela, begitupun juga dengan kabar Rendy. Daffa dan orang suruhannya belum bisa mendapatkan titik terang dalam masalah ini.Daffa menyandarkan kepalanya pada kemudi mobil, sambil terus menerus menghela napas, mengkhawatirkan banyak hal.Tak lupa Daffa juga selalu memeriksa kedua ponselnya, tak ada satu pesan ataupun panggilan dari Shine.Tumben sekali, apa gadis itu menikmati masa orientasinya sebagai mahasiswi baru?
Segera setelah Mikaela menelpon Daffa karena Rendy telah kembali, Sahabatnya itu juga akhirnya menelponnya sembari tertawa mengajak untuk bertemu di apartemen yang ia beli di Singapura. Si sialan itu tidak tahu betapa khawatirnya Daffa.Mereka berdua terpaku menatap pemandangan di depannya yang penuh dengan kerlap kerlip lampu yang menyala secara acak hampir diseluruh mata memandang, begitupun lampu dari gedung-gedung yang berseberangan dari tempat mereka berdiri, sebagian besar masih menyala terang di kota yang tidak pernah tidur itu.Merasa suasana sangat kaku, Daffa berbalik untuk menggambil sesuatu. Kemudian ia kem
Jalanan menanjak dengan pemandangan pepohonan di kanan dan kiri jalan serta lautan di sepanjang perjalanan menjadi fokus Shine untuk tidak gatal bertanya pada Daffa apa yang sebenarnya menjadi tujuannya.Pulau Dewata. Ya, Daffa membawa Shine ke Bali, layaknya penculik yang membawa seorang bayi, Shine tidak berkomentar apapun dan tak berminat menanyakan apapun. Padahal sebenarnya ia ingin tahu apa yang akan Daffa lakukan.Udara sejuk menyeruak diantara lembutnya rambut pirang Shine. Ntah darimana Daffa mendapatkan mobil berjenis konvertibel yang mereka tumpangi sekarang. Pria itu seperti sudah merencanakan secara matang
"Cepat kak, aku sudah terlambat untuk kelas pagi.""Rustam dan Denny akan mengantarmu, Shine. Aku tidak bisa mengantarmu pagi ini, karena ada meeting dengan klienku.""Aku tidak peduli kak, kau mau mengantarku atau tidak?" tanya Shine penuh penekanan."Baiklah, tunggu sebentar lagi," ucap Daffa pasrah. Dengan cepat ia menghabiskan roti sebagai sarapannya.Beberapa hari in
Hari-hari setelahnya Shine masih tetap bersikap sama pada Daffa, egois, apa yang ia katakan harus Daffa penuhi, selalu bersikap ketus hingga Daffa lelah dan terkadang membiarkannya.Tapi tidak untuk saat ini, Daffa memutuskan untuk ikut ke pesta ulang tahun Vonie yang Shine katakan tempo lalu. Ia tidak ingin shine pergi pada malam hari dengan pria asing yang katanya akan menjemput Shine karena Jim tidak dapat menjemputnya.Sebenarnya Daffa sudah bisa mempercayai Jim, walau hanya sedikit. Setidaknya pria itulah yang menemani Shine ketika Daffa sibuk dengan urusannya.
Daffa bangkit dari tidurnya dengan memegangi dahi, kepalanya terasa sangat berat dan pusing yang luar biasa tengah menyerangnya. Tubuhnya juga terasa pegal dan lemas.Masih dengan mengumpulkan nyawa, ia tersadar akan sesuatu yang ganjil, diangkatnya selimut yang menutupi sebagian tubuh kekarnya sedari tadi.Firasat Daffa menjadi tak enak mendapati dirinya telanjang bulat tanpa mengenakan sehelai benangpun.Dengan dada yang berdegup kencang, ia melirik pelan seseorang yang bergerak di sebelahnya,