Share

09. Trauma

"Tenanglah, Nicky! Aku di sini, dia tidak akan bisa menyakitimu."

Beberapa menit Kenneth mendekap tubuh Nicky hingga adiknya itu lebih tenang. Kenneth merenggangkan dekapannya.

"Tidak! Jangan tinggalkan aku!" refleks Nicky memeluk tubuh Kenneth dengan lebih erat, takut ditinggalkan.

"Tidak, Nicky. Aku tidak akan meninggalkanmu," bisik Kenneth. "Bajumu basah, harus diganti."

Perlahan dan hati-hati Kenneth menyingkirkan kedua tangan Nicky dari punggungnya. Tak ingin membuat gerakan tiba-tiba yang bisa membuat Nicky panik lagi. Ia kemudian beranjak untuk mengambilkan Nicky pakaian ganti, tetapi tangan Nicky menahan pergelangan tangannya.

“Aku hanya akan mengambilkanmu pakaian di lemari, kau harus mengganti pakaianmu yang basah itu.”

Setelah Nicky melepas pergelangan tangannya, Kenneth mengambil sehelai kaos dari salah satu tumpukan pakaian di dalam lemari pakaian Nicky. “Gantilah pakaianmu!” Kenneth menyodorkan kaos itu pada Nicky.

Nicky hanya menatap pada Kenneth, seolah bicara melalui tatapan itu, 'Jangan tinggalkan aku! Aku takut.'

Kenneth menghela nafas. "Baiklah." Lalu berbalik memunggungi Nicky, mengalihkan pandangannya ke arah lain di kamar itu saat Nicky mengganti pakaiannya.

Nicky bukan lagi anak kecil. Apalagi dengan kenyataan bahwa gadis yang sedang beranjak dewasa itu bukanlah adik biologisnya maupun adik yang diperoleh melalui ikatan pernikahan orang tua mereka, perlahan membuat Kenneth sedikit menjaga jarak, meski kadang ia tak dapat menahan diri. Entah sejak kapan ia mulai merasakan sesuatu yang berbeda antara dirinya dengan Nicky. Dan playboy itu tak keberatan meski tak ada wanita di sisinya selama setahun belakangan. Mungkin Nicky menjadi salah satu alasannya.

Kenneth pun kembali duduk di samping Nicky, lalu menyandarkan kepala Nicky di bahunya. Dipeluknya bocah itu sambil menciumi rambutnya yang masih sedikit basah.

_______

Malam hari Aaron baru pulang dari tugasnya. Ia yang mendapat kabar dari Kenneth tentang kejadian yang dialami Nicky di sekolah, segera menuju ke kamar Nicky begitu ia sampai di rumah. Hanya saja, melihat Kenneth tersandar di headboard ranjang Nicky dan sedang tidur, sementara Nicky bersandar di dada temannya itu, juga dalam keadaan tidur ..., lalu ...lalu ... Kenneth bertelanjang dada, Aaron meradang.

"Hey! apa-apaan kalian ini?" geram Aaron.

"Mmn ... Ken ... ny?" gumam Nicky sambil mengusakkan kepalanya di dada Kenny.

"Kenneth, cepat pindah ke kamarmu!"

"Mmmh ... aaphaa ...?"

Adegan yang tersaji di depan Aaron itu sungguh memalukan.

Kenneth membuka matanya, melihat malas pada Aaron.

"Nicky bang ... un ...." Aaron tercengang saat menyentuh lengan Nicky yang dingin dan lembab oleh keringat.

"Aku sudah memberi tahumu, 'kan?” Perlahan Kenneth mengangkat pundak dan kepala Nicky lalu menumpuk dua buah bantal di belakang punggung Nicky untuk dijadikan sandaran, kemudian menyandarkan tubuh dan kepala Nicky pada bantal itu. "Nanti kujelaskan. Sekarang biarkan aku menemaninya sampai tidur, percayalah padaku!"

Aaron mengangguk.

"Dan tolong selimutnya." pinta Kenneth sambil kembali mengelus rambut Nicky.

Aaron kemudian menyelimuti tubuh Nicky.

.

.

Kenneth telah duduk bersebelahan dengan Aaron di sofa panjang di ruang keluarga.

"Kaupikir, apa yang akan kulakukan pada Nicky?" Kenneth melirik malas pada Aaron.

"Maaf, aku seharusnya lebih paham pada situasi kalian." Aaron menyandarkan punggung pada sandaran sofa, dan kembali berbicara, "Aku baru saja menangani kasus pelecehan seksual terhadap seorang remaja yang dilakukan oleh ayah tirinya. Ya ..."

"Dan itu membuatmu berpikiran macam-macam. Aku masih waras, Aaron." Keneth mendengus sebal.

"Ya ..., aku sudah minta maaf. Aku hanya khawatir."

"Sama seperti sewaktu masih kecil dulu. Setiap kali mengalami mimpi buruk, dia tidak akan mau melepasku." Kenneth menumpukan ledua siku pada kedua lututnya.

"Aku tidak tahu traumanya seburuk itu. Kenapa kau tidak pernah mengatakannya padaku?"

"Aku hanya tidak ingin membuatmu terus mengkhawatirkannya."

"Dan memilih menanggung semuanya sendiri? Bukankah aku ini sahabatmu?" Aaron mengalkan badan dan menepuk pundak sahabatnya untuk menguatkan.

"Lagipula kau berada di Springfield, apa yang akan kaulakukan?"

"Aku bisa mengajukan permintaan mutasi."

"Kupikir ia sudah sembuh dari traumanya. Empat tahun terakhir, ia terlihat baik-baik saja. Tidak ada tanda-tanda trauma yang muncul. Sampai akhirnya tadi siang aku mendapat telepon dari sekolah Nicky, mengatakan kalau Nicky pingsan. Lalu aku menelepon Shoujin dan meminta tolong padanya untuk menjemput Nicky. Karena aku sedang di lab forensik untuk menangani kasus."

Kenneth mendesah. "Dalam minggu ini, setelah investigasi kasus penyelundupan yang terakhir selesai, aku akan ke Springfield. Kemarin Yuri menelepon, ada temuan baru tentang kasus Marc. Aku akan membawa Nicky ke psikiaternya besok. Dan aku akan meminta Shoujin untuk menjaganya, antisipasi kalau sewaktu-waktu kau patroli malam."

"Apa kau percaya pada Shoujin?"

“Apa kau punya pilihan yang lebih baik?”

“....”

“Aku tidak begitu suka dengan Shoujin. Tapi, untuk saat ini, aku rasa hanya dia yang bisa kuandalkan. Tempat kerjanya dekat dengan sekolah Nicky, rumahnya juga dekat dengan kita. Dan yang terpenting dia memprioritaskan Nicky. Aku takut sewaktu-waktu Nicky kambuh, jadi aku butuh seseorang yang benar-benar bisa menjaganya. Kalau kau bisa, tidak masalah.”

“Kau benar, Kenneth. Aku tidak bisa selalu ada untuk menjaganya.”

“Jadi kau sependapat denganku?”

“Ya. Tapi kau tahu 'kan, Shoujin menyukai Nicky?”

“Ya.”

“Kau tidak keberatan soal itu?”

“Keselamatan Nicky lebih penting. Aku tidak bisa egois.”

_______

Minggu pagi, tiba saatnya Kenneth pergi ke Springfield. Sebenarnya ia tak ingin cepat-cepat berpisah dari gadis tomboi pirang kesayangannya. Apalagi setelah mimpi buruk yang dialami bocah itu beberapa hari yang lalu. Namun, ia harus segera menyelesaikan sebuah kasus yang harus diungkap kembali setelah tujuh tahun lalu dinyatakan ditutup.

"Berapa lama kau berada di Springfield?" tanya Nicky manja pada Kenneth.

Nicky bergelayut manja, mengalungkan kedua tangannya pada leher kakaknya. Dan Kenneth sendiri asik memainkan rambut Nicky. Mesra. Seperti itulah yang terlihat dari dua manusia yang tengah duduk berdempetan di sebuah kafe di bandara itu.

Sedangkan Aaron memilih memainkan ponsel demi mengalihkan perhatian dari pemandangan yang bisa membuat matanya iritasi sekaligus iri. Namun, telinganya tetap saja bisa menangkap obrolan dua manusia freak di depannya.

"Mmm ... seminggu ... sebulan ...."

"Lama sekali!" protes Nicky.

"Hahah ... tidak, Sayang. Aku hanya bercanda. Aku belum tahu. Segera setelah proyek di sana selesai, aku langsung pulang."

"Menyebalkan." Nicky mencebik.

"Kenapa?"

"Kau selalu memanggilku seperti itu."

"Aku memang menyayangimu, apa itu salah?"

"Tentu saja tidak. Hanya saja ..."

"Lalu apa kau bisa berhenti bersikap manja padaku?"

Nicky menyipitkan matanya.

"Bisa kau lepaskan tanganmu? Lihatlah, Aaron mulai kesal. Aaron, tidakkah kau merasa heran ketika ada gadis tomboi yang manjanya kelewatan?"

Nicky menoleh pada Aaron.

Aaron hanya berdecak dan menggeleng.

"Kalau begitu, aku akan tetap memanggilmu seperti itu."

"Iisshh ... kau menyebalkan," protes Nicky sambil mengeratkan pelukannya.

"Nicky, hentikan itu! Orang-orang menatap aneh pada kalian."

"Siapa peduli?"

"Kalian itu terlihat seperti sepasang kekasih. Lebih tepatnya pasangan gay."

Sekilas memang penampilan Nicky terlihat seperti laki-laki. Dan dengan sikap manjanya pada Kenneth, wajar jika orang yang melihat, berpikir mereka adalah sepasang gay. Sedangkan di St. Angelo hubungan sesama jenis masih menjadi kontroversi. Beberapa kelompok mengupayakan legalitas atas hubungan itu atas nama hak asasi manusia. Sedangkan kelompok yang lain berusaha membendungnya agar tak merebak, dengan alasan medis, psikologis dan norma-norma tertentu.

Meskipun St. Angelo secara administratif berada di negara bebas, nyatanya perubahan tak bisa dengan cepat diterima begitu saja oleh warganya, terutama para orang tua konservatif.

"Kau gila, Aaron. Fantasimu saja yang ke mana-mana."

"Astaga." Aaron mengusap-usap kasar dahinya. "Kenneth, ini karena kau terlalu memanjakannya."

"Hehehe ...." yang diprotes hanya nyengir.

Kenneth menoleh pada jam di pergelangan tangannya.

"Nicky, aku harus pergi sekarang."

Dengan berat hati Nicky melepaskan tangannya dari leher Kenneth lalu melipat kedua lengannya.

Kenneth berdiri, diikuti kedua orang yang mengantarnya.

"Jaga dirimu selagi aku tidak ada."

"Kenny, tunggu!"

Untuk terakhir kalinya sebelum kepergian Kenneth, Nicky memeluk erat tubuh jangkung kakaknya. Lalu setelah ia melepaskannya, ia pun berjinjit mengecup sebelah pipi kakaknya. Lalu ...

"Cukup, Nicky! Jangan berlebihan! Memalukan, kau sudah besar." Aaron menyeret Nicky menjauhi Kenneth.

"Memangnya siapa yang peduli? Kau berlebihan. Pulang saja ke tempat asalmu!" Nicky kesal.

Kenneth melambaikan tangannya ke arah Nicky. Dibalas lambaian yang tidak ikhlas dari anak itu.

.

.

Nicky menyandarkan punggungnya dengan kesal di kursi penumpang mobil kakaknya.

"Nicky. Mulai sekarang kau harus menghentikan kebiasaanmu itu. Berhentilah bersikap manja. Meskipun perempuan, tak seharusnya semanja itu. Terlebih kau sudah melabeli dirimu sebagai gadis tomboi. Ironis.”

“....”

Aaron memutar kunci mobil dan menyalakan mesinnya.”

"Aaron ...." lirih Nicky.

"Apa tidak boleh aku merasakan kasih sayang?"

Aaron tersentak.

"Aku tidak ingat sedikit pun tentang masa kecilku. Seperti apa wajah orang tuaku, apa mereka pernah memanjakanku."

"Maaf, Nicky. Kita bicarakan ini lain kali. Tapi ingatlah baik-baik, aku tidak bisa memperlakukanmu seperti Kenneth memperlakukanmu. Aku akan bersikap tegas."

Nicky diam tertunduk.

Aaron menginjak pedal gas dan melajukan mobil meninggalkan parkiran bandara.

_______

Saat ini Nicky sedang sibuk, sangat sibuk, sibuk memikirkan hari-harinya tanpa Kenneth sambil berbaring di kasur single di kamarnya sepulangnya dari sekolah. Tiba-tiba saja perasaan Nicky berubah sendu. Ke mana dia akan bermanja? Aaron? Jangan harap! Belum apa-apa kakak rambut cepak itu sudah mengatakan akan bersikap tegas. Huft, hidupnya akan berat mulai sekarang.

"Mulai sekarang kau bawa mobil sendiri ke sekolah." Tiba-tiba saja Aaron muncul dari balik pintu kamar Nicky lalu bersandar di pinggiran pintu dengan kedua tangan terlipat di dada.

Mendengar ucapan kakak keduanya itu, seketika Nicky terlonjak dari kegiatan berbaringnya. "Benarkah? Kau serius? Kenny tak pernah membiarkan aku berada di belakang kemudi, meskipun dia tahu aku bisa mengemudi dengan sangat baik."

"Tentu saja."

"Tapi kenapa?"

"Jangan manja, jangan merepotkan orang lain!"

"Jadi itu alasannya, karena kau tidak mau mengantarku?" Nicky kembali menjatuhkan tubuhnya ke kasur.

"Huft ..." Aaron menepuk dahinya yang tak pusing. "Memangnya kapan terakhir kali aku mengantarmu? Itu sudah lama. Maksudku Shoujin, berhentilah menempelinya. Kalau Kenneth seperti kekasihmu, Shoujin terlihat seperti selingkuhanmu."

"Ayolah, bukan aku yang selalu menempelinya, tapi dia yang menempeliku terus."

"Dan kau mau saja ditempeli."

"Selama itu memberiku keuntungan, kenapa tidak?"

"Jadi kau tidak mau?"

"Tentu saja aku mau!"

Lihatlah wajah Nicky yang mulai senyum-senyum tak jelas, membayangkan betapa keren dirinya. Memarkirkan mobil di halaman parkir sekolah, lalu keluar dari mobil sambil menyibak rambut pendeknya. Dirinya akan bersinar sedari sekarang. Ditambah bekal popularitas sebagai tukang onar yang sudah dimilikinya sejak awal menghuni sekolah.

"Apa Kenny mengijinkan?"

"Tidak usah kaupikirkan. Sekarang juga kuantar kau mendapatkan izin mengemudi, supaya kau bisa secepatnya membawa mobil sendiri."

"Lalu kau sendiri bagaimana?"

"Apanya?"

"Bagaimana kau berangkat bekerja??"

"Aku bisa naik taksi atau .... Tak usah kau pikirkan, kau tenang saja!"

"Oke! Kita berangkat!" dalam sekali hentak Nicky bangkit dari ranjangnya.

_______

Semua kepala menoleh ke arah suara deru knalpot sebuah mobil. Dan semua mata tertuju pada sedan modifikasian berwarna hitam-putih. Mobil yang sudah lama tak menampakkan diri itu kini muncul kembali, memasuki halaman parkir dan berhenti di sana.

Mengundang tanya di benak semua orang yang sebagian di antara mereka berharap bisa melihat si tampan pemilik mobil itu sering-sering.

_______

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status