Share

FATE OF THE DUCHESS
FATE OF THE DUCHESS
Penulis: Shazia Zhang

1 HIDE ME

"Tidak, please ... kumohon jangan lakukan itu," lirih gadis manis berparas cantik tersebut seraya berlinang air mata. Namun seorang pria jangkung bertubuh kekar terus mendorong tubuh Brianna seraya menggerayanginya. Mencoba menyentuh bagian-bagian sensitif miliknya dengan kasar.

PLAK!!

Sebuah tamparan keras yang mendarat tepat di pipi Brianna cukup mampu membuat pipi putihnya kini berubah warna menjadi kemerahan. Panas? Sakit? Tentu! Tapi, tak sesakit hatinya kala seorang pria hidung belang beristri dihadapannya ini menggodanya dan hampir saja merengut kesuciannya.

"Pelayan rendahan! Keluarga kami tak akan pernah menerimamu bekerja di rumah ini. Jika bukan karena Collin yang meminta. Jalang tak tahu diuntung!"

Brianna tak mampu mengungkapkan siapa dia sebenarnya dan siapa Collin yang pria dihadapannya ini maksud. Meski ia adalah seorang putri dari Duke Of Birmingham, kenyataan bahwa William Osborne dan Lady Ameera disebut-sebut memiliki skandal perselingkuhan sehingga melahirkan Brianna lah yang membuatnya tak dikenal sebagai seorang putri yang sesungguhnya oleh masyarakat Inggris.

"Kau gila!" sentak Brianna seraya berlari meninggalkan rumah megah tersebut ditengah gelapnya jalanan malam kota London.

Tak peduli dengan apa yang ia kenakan sekarang, akan tidur di mana malam ini, dan apa yang akan terjadi esok hari. Brianna menyeret koper klasik kecil berbentuk kotak miliknya dengan lunglai menyusuri setiap sudut perkotaan tersebut dengan tatapan kosong.

Sesekali Brianna mengosok-gosokan kedua telapak tangannya agar terasa hangat. Kencangnya angin yang berhembus dan salju yang turun pada pertengahan bulan Desember di Inggris, harus membuatnya rela menepi pada sebuah penginapan yang mungkin masih bisa menerimanya untuk bermalam. Meski sebenarnya tujuannya adalah kembali menuju Winsdor Castle.

"One room for one night, please..." Brianna berbicara dengan aksen Inggrisnya yang sangat kental. Meski sang ibu Lady Ameera merupakan seorang ballerina cantik keturunan Perancis.

Seorang penjaga penginapan nampak melihat Brianna dengan tatapan mengejek. Ia memutar bola matanya lalu kembali mengamati Brianna dari ujung kepala sampai kaki. Seolah berkata. "Apa kau benar-benar akan menginap disini pelayan?"

Ya! Brianna masih menggenakan pakaian pelayannya lengkap dengan apron yang menempel pada bagian roknya. Meski kini nampak terlihat hampir lepas karena pria tadi menariknya paksa.

Tubuhnya sudah mulai menggigil kedinginan. Sedari tadi ia berada diluar tanpa menggenakan pakaian hangat dan sarung tangan, yang seharusnya dipakai oleh orang-orang ketika musim dingin tiba.

"40£. Tanpa sarapan dan hanya mendapatkan kamar saja."

Brianna membuka kopernya, mengambil sisa uang yang ia punya dan langsung memberikannya dengan cepat. Yang ia inginkan saat ini hanyalah cepat-cepat menghangatkan tubuhnya dan berisitirahat. Dia ingin mencoba melupakan apa yang telah menimpanya malam ini.

"Oke, ini kuncimu. Kembalikan besok malam di jam yang sama.”

Brianna mengambil kunci tersebut dan bergegas menuju kamarnya. Ia mengenyakan tubuhnya di atas tempat tidur seraya memandangi langit-langit kamarnya. Kini, pikirannya kembali melayang pada saat itu. Saat-saat indah saat ia masih tinggal di Winsdor Castle bersama ayahnya, William Osborne.

"Andai saja kau masih hidup, Dad," gumam Brianna.

Kamar yang hangat, lengkap dengan perapian kecil disudut ruangan membuat Brianna mulai merasa nyaman. Briana menarik selimut tebal di ujung kakinya dan mulai tertidur lelap.

TOK! TOK!

Brianna memicingkan matanya seraya menggeliatkan tubuhnya. "Ouch!" Kedua kakinya terasa sangat nyeri. "Mungkin karena aku berjalan sangat jauh kemarin," ucapnya.

TOK! TOK!

Kali ini bunyi ketukan di kamar Brianna lebih terdengar seperti gedoran keras. Seakan memaksa Brianna untuk segera membukanya.

"Ada yang mencarimu!" Penjaga penginapan bertubuh besar menggenakan gaun lengkap dengan korset paus agar roknya lebih mengembang, berbicara sinis pada Brianna.

"Siapa?" tanyanya.

"Mana kutahu," sahutnya seraya menggedikan bahunya.

Brianna menautkan kedua alisnya. Mencarinya? Siapa? Oh, tidak! Jangan bilang itu Draco Felton. Bagaimana dia bisa menemukannya?

"Bisakah kau bilang bahwa aku tak ada disini?" tanya Brianna cepat. Nampak jelas kekhawatiran tersirat di wajah cantiknya.

"Nope!" sahutnya tegas.

"Aku akan membayarmu 40£, seharga dengan satu hari menginap disini. Bagaimana?" tawar Brianna.

"45£, aku akan menerimanya jika kau memberiku uang sebanyak itu."

"Ok! Deal. Aku akan membayarmu, sekarang!" Brianna berlari mengambil uang miliknya dan memberikannya pada penjaga penginapan. "Katakan padanya kau salah lihat dan aku bukanlah Brianna Osborne yang ia cari."

"Thankyou, aku akan melakukannya," sahutnya seraya berlalu meninggalkan Brianna yang masih menahan nafasnya. Gadis uitu terlalu terkejut dengan pemikirannya sendiri yang mengira itu adalah Draco Felton.

Brianna menutup kembali pintu kamarnya dengan cepat. Ia berjalan kearah jendela besar yang kebetulan langsung menghadap ke jalanan. Dapat ia lihat dengan jelas seorang pria berambut coklat, bersetelan jas, dan coat biru dongker berjalan keluar dari penginapan yang ia tempati.

"Itu benar-benar Draco." Brianna menutup mulutnya sendiri saat melihatnya.

Apa yang ia lakukan? Mengapa ia harus repot-repot mencari dirinya sampai kemari. Apakah ia akan membalas dendam karena malam kemarin Brianna tak mau melayani hasratnya yang memburu?

"Aku harus pergi dari tempat ini! Aku harus pergi jauh dari London dan kembali ke Winsdor Castle."

Brianna berkata sendirian. Ia mengemasi barang-barangnya dengan cepat dan berpakaian sebagaimana mestinya. Meski saat ini ia tak memiliki peticoat besar dan korset paus yang seharusnya ia pakai layaknya wanita-wanita Inggris dan Wales.

Ia menuruni undakan tangga tanpa memperhatikan sekitar, sehingga hampir saja ia menabrak seorang pria dihadapannya.

"Ah, sorry!" Brianna berkata terburu-buru lalu berlalu.

"Siapa wanita itu?" tanya pria tersebut pada penjaga penginapan.

"Entahlah, semalam ia datang dengan pakaian pelayan yang sangat berantakan. Namun sekarang ia terlihat sangat cantik menggenakan gaun tersebut."

Pria tersebut memperhatikan Brianna yang perlahan mulai menghilang dari hadapannya.

"Keluarga bangsawan?" tanyanya lagi.

"Oh, Tuan Radcliffe yang benar saja. Keluarga bangsawan katamu?" Penjaga penginapan tersebut sedikit terkekeh seraya memutar bola matanya. "Kubilang tadi ia kemari semalam dengan pakaian pelayan. Yeah ... meski kuakui ia memilik uang yang lumayan banyak. Ia membayarku 45£ untuk menyembunyikannya pagi tadi,"

"Apa kau bilang? Mengembunyikan? Apa maksudmu?"

"Ada seorang pria tampan yang mencarinya. Namun ia tak ingin menemuinya. Entahlah, mungkin ia memiliki rahasia besar."

Harry Radcliffe adalah Duke of Edgar putra tertua dari Queen Emma dan King Phillipe. Kesehariannya nampak sangat sederhana meski ia adalah seorang pangeran, ia tak pernah mau media terlalu menyorot kehidupannya.

"Tuan, kau melamun?"

"Astaga! Aku sampai lupa apa tujuanku kemari," sahut Harry. "Kurasa aku harus pergi sekarang. Ingatlah, jangan sampai ada yang tahu bahwa aku mengelola tempat ini." Harry berkata lalu pergi meninggalkan tempat tersebut.

Nyatanya saat keluar yang dilakukan Harry adalah berusaha mencari Brianna. Meski ia sudah sepenuhnya kehilangan jejak Brianna.

***

"Brianna?" seorang tiba-tiba saja menepuk bahunya cepat.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Khorik Istiana
Ijin promosi Thor, Mampir ke "Surat Wasiat Sang Duke" teman-teman.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status