"Aku ingin kamu mendapatkan kepastian. Kita ini kan sudah pacaran, aku sudah melamar kamu dan kedua orang tua kita juga sudah merestui, apalagi yang kamu mau selain menikah?? Kita juga masih saling mencintai kan, Natalie?" Cavero mengelus pipi Natalie yang terdiam mendengar hal itu, "Iya sudah, aku cuma ingin tau. Kamu baik-baik saja, kan?" Natalie menatap Cavero dalam, "Aku baik dan yakin kamu adalah wanita yang tepat untuk aku jadikan istri." tegas Cavero yang memeluk Natalie di dalam dekapannya.
Karena persiapan yang begitu padat sehingga memakan banyak waktu Natalie. Natalie izin untuk libur selama beberapa hari sampai honeymoonnya selesai. Tidak perlu izin sebetulnya, cuma dia hanya ingin tidak hadir saja dan dia sudah mengumumkan itu kepada para pimpinan rumah sakit. Dia dan Cavero memilih makanan dan undangan yang segera mereka sebar baik secara online maupun offline. Mereka juga mengawasi venue dan dekorasi serta mengubah-ubah tatanan sesuai yang mereka inginkan.
Menjelang pernikahan, Natalie tidak bisa tidur karena dia terus terbayang oleh wajah Cavero ketika di pernikahan dan dia tidak sabar rasanya untuk terus bersama dengan kekasih yang selama ini dia cintai. Karena semua itu wajar bagi seseorang yang masih cinta dan akan segera menikah. Siapa orang di dunia ini yang tidak mau dicintai kemudian dinikahi? kan tidak ada. Semua pasti ingin mengikat hubungan mereka lebih erat salah satunya dengan menikah.
Sebelum pergi ke tempat dimana mereka akan menikah. Natalie mempersiapkan diri di rumah. Dia mandi, kemudian para make-up over wajah merias wajahnya dengan indah, dengan sedikit adat Bali. Natalie memakai dress pengantinnya dan dia terlihat sangat cantik dan menawan. Ketika dia turun dari tangga, ayahnya menyambutnya dengan bangga. Dia merupakan anak serta penerus satu-satunya perusahaan Sanford.
"Papa doakan kamu selalu bahagia, Natalie." Victor mencium kening putrinya dan memeluknya karena dia akan segera melepaskan putrinya. "Mama senang akhirnya kamu menemukan cinta sejati kamu kemudian memutuskan untuk menikah, Mama cuma ingin kamu mendapatkan kebahagiaan dan anak-anak yang baik dan banyak." Grace memeluk putrinya sementara Natalie terkekeh mendengar harapan ibunya yang tidak mungkin terjadi dengan cepat.
"Ya itu kan butuh proses, Ma. Cavero tidak boleh menunggu." ucapnya pada ibunya.
Natalie segera masuk ke mobil yang akan mengantarnya ke gedung dimana dia akan melangsungkan pernikahannya dengan Cavero. Dia pikir Cavero sudah pasti menunggu lama disana dan dia sangat tidak sabar serta gugup menghadapi hari ini. Mobil melaju dengan cepat ke tempat pelaminan. Sudah ada banyak mobil yang terparkir. Natalie yang digandeng ayahnya pun masuk akan tetapi, ayahnya menatap Natalie dengan tatapan yang agak panik.
Natalie pun tidak menyadari bahwa yang sedang duduk di depan penghulu bukanlah Cavero melainkan pria lain.
"Papa kenapa?" sepanjang perjalanan menuju ke tempat pelaminan, Victor semakin gugup dan panik. "Kamu harus menikahi pria itu, jika tidak maka, hal buruk akan terjadi." ucap Victor terbata-bata. Natalie masih mencoba mencerna apa yang baru saja diucapkan oleh ayahnya karena dia sudah pasti akan menikah dengan pria yang duduk di hadapan penghulu karena itu adalah Cavero.
"Ya iyalah, Pa. Aku kan sudah menerima lamaran Cavero dan dia yakin aku adalah wanita yang tepat untuknya." Victor mencubit tangan anaknya, "Dia bukan Cavero, lihat ini." dengan pelan Victor mengeluarkan ponselnya dari dalam sakunya. Victor menunjukkan sebuah video yang baru saja pengawalnya kirim. Natalie yang melihat itu sembari berdiri dan berjalan serta mendekat ke arah pria itu pun kini merasa gugup dan jantungnya berdegup kencang.
Dia shock seketika, sangat shock. Namun, Natalie tidak bisa memperlihatkan ekspresinya ketika semua orang berharap dia akan bahagia hari ini. Nyatanya semua itu hancur seketia dia tau bahwa dia terpaksa harus menikahi pria itu demi menyelematkan Cavero. Video itu memperlihatkan Cavero sedang disiksa dan apabila Natalie tidak menikahi pria itu maka, Cavero akan segera mati saat itu juga.
Natalie terpaksa dan dia harus terjebak dalam pernikahan ini selama beberapa bulan nantinya. Dia duduk di samping pria itu, ketika pria itu menolehkan kepalanya, Natalie mengenali wajah itu, pria itu adalah pria yang menerobos masuk ke kliniknya dan memohon pertolongannya. Siapa lagi kalau bukan Darren, bahkan dia memasang wajah tak bersalah karena menikahi Natalie. Natalie berteriak dalam hati karena dia mengutuk Darren. Dia juga menganggap bahwa semua pernikahan palsu ini adalah rencana Darren. Menurut Natalie, Darren mungkin saja jatuh cinta saat itu dan karena kegilaannya itulah dia menghalalkan segala cara untuk mendapatkan Natalie.
"Apa-apaan ini, Darren?" Natalie mencoba berbisik dan membatalkan pernikahan itu jika dia bisa, dia juga tidak mau mempermalukan keluarganya. Ayahnya sudah berpesan agar Natalie tidak membatalkan pernikahan ini demi menjaga nama baik keluarganya.
"Kamu harus menikah atau Cavero akan dibunuh, acara ini sedang disiarkan langsung. Entah siapa yang meminta ini akan tetapi, pernikahan ini tidak bisa batal, Natalie." Victor mendekat dan berbisik di telinga Natalie. Bagai petir di siang hari, Natalie pun terjebak dalam situasi ini. Dia harus menikahi orang asing dan pernikahan ini disiarkan secara langsung. Untuk tujuan apa semua ini, Natalie tak habis pikir dan dia hampir saja meneteskan air matanya akan tetapi, dia harus kuat menghadapi semua ini demi keselamatan Cavero.
"Baiklah, saya akan memulai pernikahannya," deg....deg...deg, jantung Natalie mulai berpacu dengan cepat, dia tidak mengerti mengapa dia mau menikah dengan pria yang baru saja dia kenal kemaren. Kini Natalie sangat membenci wajah Darren karena dia pikir Darren lah yang merencanakan semua ini.
"Darren Carter, bersediakah kamu menjadi suami dari Natalie Sanford?" penghulu itu bertanya kepada Darren untuk mulai mengikat dirinya dengan Natalie, "IYA." tegas Darren yang tampaknya tidak merasa bersalah karena duduk di kursi seseorang yang seharusnya menikah dengan Natalie akan tetapi, Cavero menghilang dan sepertinya sedang diculik.
"Natalie Sanford, bersediakah kamu menjadi istri dari Darren Carter?" Natalie terdiam, terpaku, dan dia tak bisa berkata-kata. Tatapannya begitu membeku, berbeda dengan Darren yang terlihat sumringah. Dia tidak mau menjawab dan ragu untuk menjawab tidak.
"Natalie Sanford, apakah anda bersedia menjadi istri dari Darren Carter?" penghulu pun bertanya lagi karena Natalie sempat terdiam begitu lama. Dia mengehela napas dalam-dalam...
To be continued...
"Iya." jawab Natalie dengan nada terpaksa. "Selamat anda berdua telah resmi menjadi suami istri." ucap sang penghulu. Keduanya hanya terdiam sampai Darren bergerak cepat dan membuat Natalie terbangun dari lamunannya. "Natalie awassss!!!!" teriak Darren yang segera mendekap istrinya dan terjatuh dari kursi. Tembakan itu meleset dan Natalie diselamatkan oleh Darren. Penghulu itupun terbunuh di tempat dan semua orang seketika kacau dan panik karena insiden tembakan itu.Darren dengan pelan memeluk Natalie dan mengajaknya merangkak keluar melalui pintu belakang. Semua orang sudah keluar lewat pintu depan termasuk orangtua Darren dan Natalie yang ternyata sudah kenal sejak lama."Dimana sang pengantin, Louis?" Victor bertanya kepada Louis yang merupakan ayah Darren sekaligus sahabat lamanya, "Entahlah, bagaimana bisa semua i
"Aku menikah dengan kamu untuk menyelamatkan Fransisca." Natalie begitu terkejut mendengar semua itu, "Aku tidak peduli, Darren. Aku ingin bercerai. Bagaimana pun caranya aku ingin bercerai. Aku tidak ingin hidup bersama dengan orang yang baru saja aku kenal kemaren, ini rasanya menyiksa." ucap Natalie yang semakin menangis."Tidak bisa, Natalie. Kontrak pernikahan ini menyatakan 6 bulan baru kita bisa bercerai. Aku tidak mengira ada yang menikahkan kita secara paksa seperti ini." ucap Darren yang terdengar sangat innocent di telinga Natalie."Itu karena kamu sudah merencanakan segalanya!!! Kamu ini memang gila, apa di dunia ini tidak ada wanita lain yang bisa kamu jadikan istri dan pelayan nafsumu. Dari jutaan wanita yang ada di Indonesia raya ini, mengapa harus akuuuu, Darren?? mengapa??" Natalie menaikka
Dalam video itu jelas menunjukkan bahwa Cavero diracuni dan dia kesulitan bernapas. Dia terlihat begitu kesakitan dan mencoba untuk bernapas akan tetapi, ketika dia mencoba untuk meraih suatu botol berisi cairan. Salah seorang pria bertopeng hitam yang berbentuk karakter seperti ksatria baja hitam pun muncul dan menjauhkan botol yang mungkin saja berupa cairan penawar racun jauh dari jangkauan Cavero.Cavero semakin menderita dan kehabisan nafas. Hidungnya mulai mengeluarkan darah dan dalam video itu tidak ada suara sama sekali. Bahkan percakapan pria bertopeng dengan Cavero yang entah apa isinya pun tidak terdengar. Mungkin pengirim sengaja mematikan suara di video demi menjaga privasi dan keamaan si pria topeng hitam.Di video yang berdurasi selama 10 menit itu juga menunjukkan bagaimana mereka memandikan serta
Darren melihat pria itu memberontak agar dilepaskan akan tetapi, pria bertopeng itu sangat tidak peduli. Dia justru duduk di sofa yang terletak di sudut ruangan. Dia membiarkan pria itu terus memberontak sampai dia mengambil sebuah suntikan yang lagi-lagi membuat wajah pria yang dirantai di atas ranjang rumah sakit pun memasang wajah berteriak.Darren tak mau berlama-lama karena dia merasa ngilu melihat hal tersebut. Dia sejenak berpikir mungkin itu hanya bayangannya saja. Ketika dia menjauh dia merasa seolah seluruh ruangan ini gelap, tidak ada cahaya apa pun. Dia mencoba mencari cara untuk keluar dari ruangan ini dengan meraba ke setiap dinding. Dia berhasil keluar dan apa yang dilihatnya mungkin saja hanya bayangannya."Besok ada rapat dengan Perusahaan Stanfield jam 7 pagi, online. Jangan lupa siap-siap. Awasi
"Dia tidak ada di tempat itu? Bagaimana bisa?" tanya Darren memastikan, "Iya benar, tempat ini bersih setelah pembunuhan Feni." jawab pria itu singkat. "Ya sudah, cari di tempat lain. Jika perlu cari di tempat ini." Darren memijat keningnya sembari memerintahkan anak buahnya. "Baik, boss. Kami akan memanggil Nino." Darren menganggukan kepalanya dan mengiyakan hal tersebut.Tempat itu sepertinya tidak asing. Pembunuhan Feni bukanlah hal yang dia tidak tau. Dia tau apa alasan dibalik semua itu akan tetapi, itu tidak penting. Dia tidak ingin apabila kehidupan pribadinya sampai tercampur dengan kasus-kasus yang sama sekali tidak memberikan keberuntungan untuknya. Dia lebih baik fokus dengan kehidupan keluarganya dan mencoba mendapatkan hati Natalie.Terus terang Darren tidak mengerti kenapa dia begitu khawatir dan peduli ke
Mentari pagi menyambut hari Natalie yang indah. Dia berjalan melewati lorong rumah sakit, melewati taman bunga lili yang indah dan mawar merah merona yang mempesona hatinya. Dia seketika mengingat ucapan dari Darren waktu itu. Dia mempertanyakan kepada dirinya sendiri apakah dia bisa bertahan hidup bersama dengan pria yang selalu memiliki hasrat untuk mencintanya?Natalie selalu berpikir bahwa yang diucapkan Darren adalah sekumpulan kata palsu tanpa makna. Namun, dia menyadari beberapa hal, tatapan Darren, cara Darren menyentuhnya dan memberinya kasih sayang. Semua itu terasa berbeda bagi Natalie. Dia sudah melupakan Cavero sepenuhnya akan tetapi, dia juga tidak bisa jatuh cinta dengan begitu cepat.Dia ingin memberi jarak antara luka dan cinta yang baru. Dia ingin memberi jeda atas waktu yang telah dia lewati dengan apa yang akan dia lewati. Dia sedang berada di tengah-tengah kebingungan antara apakah dia sedang jatuh cinta dengan Darren atau tidak namun, jantungnya selalu berdetak k
Jika mengenal Darren bisa membuat Natalie begitu candu karena dia bisa melupakan masa lalunya dengan cepat. Dia tak bisa menolak ajakan Darren untuk liburan sekaligus bulan madu di Eropa. Bukan hal yang sulit untuk pria kaya seperti Darren mengajak istrinya untuk berlibur apalagi cuma sekedar bulan madu di Eropa selama 2 minggu. Pasangan itu bisa saja menghabiskan uangnya untuk berlibur mengunjungi seluruh dunia akan tetapi, mereka tidak punya waktu untuk berlibur lama-lama. Natalie masih jual mahal meskipun dia mengistirahatkan pikirannya sejenak dari misteri pembunuhan Cavero yang kasusnya kini ditutup. Dia tak ingin apabila terus bertanya akan tetapi, tidak mendapatkan jawaban atau clue dari pertanyaanya.Dia menyiapkan barang-barangnya untuk bulan madu. Dress, sweater, jaket, lingerie dan perlengkapan kosmetik yang di bantu oleh asistennya. Dia juga menyiapkan koper Darren yang terlihat lebih sederhana daripada miliknya. "Jadi gimana, Nat? udah siap semua kan?" tanya Devina di t
"Siapa?" Natalie bertanya ketika Darren selesai bicara di telpon. "Mama. Dean katanya dipindahkan tugas jadi pengawal Fransisca karena previous bodyguard dia just died.""Haaa?" Natalie memelototkan matanya terkejut. "Kok bisa gitu, kenapa?" "Karena Fransisca diserang dan pengawalnya mencoba menyelamatkannya. Dia justru mati karena tertikam oleh pisau beracun. Dean baru saja mengirim pesan dan menjelaskan semuanya." jelas Darren sembari membaca pesan yang dikirim oleh Dean."Apa ini ada hubungannya dengan pernikahan kita? Aku sempat melawan kamu dengan tidur di kamar tamu dan tidak tidur di samping kamu?" Natalie mendekat dan menatap Darren yang terlihat bingung sendiri. "Kalau memang benar begitu, apakah mereka mengawasi gerak-gerik kita selama ini?" "Semua ini terdengar tidak masuk akal. Apa manfaatnya kita menikah dan memenuhi semua aturan itu?" Darren bertanya-tanya kepada dirinya sendiri. Banyak yang terlintas di pikirannya. Jika pernikahan ini adalah sebuah jebakan untuk balas