"Natalie Carter. Senang sekali bisa melihatmu lagi." Natalie tak sadar ada yang datang dari belakangnya dan menaruh pisau di lehernya sebagai ancaman. Dia tidak bisa bergerak karena tangan sebelah pria itu menahan badannya sementara satu tangannya yang tadinya memegang ponsel mencoba untuk melawan akan tetapi, dia kalah cepat dengan pria yang memakai baju hitam dan bertopeng. Arslan datang dengan kejutan dari depan pintu. Dia tak menggunakan topeng, hanya saja menggunakan cincin yang memiliki mata biru beda dengan anggota yang lain yang memiliki mata hijau. Dia tersenyum lebar dan tatapannya benar-benar menakuti Natalie. Dia berteriak dan minta untuk dilepaskan serta bertanya apa mau Arslan dengan datang kemari. "Jika aku hancur, kalian juga akan hancur. Perdagangan senjata dan obat-obatan illegal yang dikirim Victor melalui kapal Carter. Semuanya akan terbongkar." ucap Arslan dengan memasang wajahnya yang menyeringai mendekat ke hadapan Natalie. "Kamu tentunya sudah tau siapa aku,
"Lihatlah video ini!!" Natalie duduk di samping suaminya dan memperlihatkan video yang dikirim oleh Christoper melalui ponselnya. Darren juga sama terkejutnya melihat hal itu akan tetapi, dia tau beberapa alasan mengapa semua ini bisa terjadi dan dia tak yakin jika istrinya mau menerima fakta ini. "Aku tau, kamu pasti frustasi akan tetapi, dia tak memiliki hubungan dengan Arslan. Semua ini murni niatnya sendiri. Jika kamu terima fakta tersebut, aku tidak keberatan menceritakan semuanya dan aku mohon kamu lupakan saja. Demi aku, Nat?" Darren memegang kedua telapak tangan istrinya dan memelas. Namun, Natalie justru berkaca-kaca dan berat sepertinya mengabulkan keinginan istrinya. "Natalie, kalau kamu di posisiku. Apakah kamu mau jika orang yang kamu sayang terluka dan menderita? seperti aku yang tak ingin kamu untuk terluka. Tolonglah, kali ini saja." Darren terus memelas akan tetapi, Natalie justru tak bisa menahan tangis air matanya. Tangisnya pecah di hadapan suaminya.Dia bukan ha
Natalie Sanford adalah anak satu-satunya Victor Sanford and Grace Sanford, pemilik rumah sakit internasional di Bali. Natalie bekerja sebagai seorang kepala dokter dan salah satu direktur rumah sakit. Dia memiliki klinik praktek sendiri di sekitar rumah pribadinya. Natalie suka melakukan penelitian di rumah itu akan tetapi, dia masih tinggal bersama dengan bersama dengan orangtuanya. Dia tidak ingin meninggalkan orangtuanya sendirian tanpa kehadirannya."Natalie, bagaimana dengan tugas hari ini?" salah seorang dokter senior menghampiri Natalie dan mempertanyakan perihal pekerjaan Natalie."Sudah, tim analisis hanya mengatakan bahwa dia menderita kanker otak. Namun, kami menemukan peluru jenis baru yang bersarang di kepala Feni." jelas Natalie."Apa yang
"DIMANA SANG DOKTER, HUH???!!!" lelaki itu menaikkan nada suaranya dan dia berteriak kepanikan. Natalie yang sudah terlanjur bangun pun keluar dan menghampiri sekelompok pria yang berdiri tepat di hadapan Sarni."Siapa kalian? Apa mau kalian kemari?" Natalie menutup pintu ruangan pribadinya, "Siapa dokternya?" pria yang berada di barisan depan pun spontan bertanya, "Saya dokter, kenapa masuk tanpa izin? Apa kalian tidak lihat tempat ini sudah tutup?" protes Natalie yang tidak menyukai jika ada yang memasuki tempatnya tanpa izin."Kamu harus mengobati dia sekarang!! Dr Natalie Sanford!!" bentak pria itu yang membuat Natalie sedikit terkejut karena pria itu semakin mendekat ke arah wajahnya. Nafasnya saja terasa hangat di hidung pria itu. Natalie sempat menatap pria itu, kosong. Namun, dia harus segera mengobati ses
"Kapan Cavero kemari?" Natalie mempertanyakan kapan Cavero datang dan memberitahu mereka karena Cavero tidak membahas hal itu semalam. "Dia berbicara dengan kami kemaren waktu kamu masih di klinik. Dia berencana melamar kamu dan dia akan mempersiapkan segalanya. Kamu terlihat tidak senang?" Victor mengangkat alisnya melihat tingkah laku putrinya yang aneh."Bagaimana aku bisa senang jika semuanya terlihat mendadak seperti ini. Cavero seolah memutuskan semua itu sendiri. Dia sepertinya tidak memberikan ruang untuk bernapas." keluh Natalie, dia menggigit jarinya kemudian duduk di depan ayahnya."Bukankah kamu mencintainya, Natalie? Jika terlihat misterius sejak awal mengapa berhubungan dengan pria seperti itu? Hidup kamu penting untuk Papa sama Mama. Jangan sampai salah memilih pendamping apalagi setelah melakukan p
"Aku ingin kamu mendapatkan kepastian. Kita ini kan sudah pacaran, aku sudah melamar kamu dan kedua orang tua kita juga sudah merestui, apalagi yang kamu mau selain menikah?? Kita juga masih saling mencintai kan, Natalie?" Cavero mengelus pipi Natalie yang terdiam mendengar hal itu, "Iya sudah, aku cuma ingin tau. Kamu baik-baik saja, kan?" Natalie menatap Cavero dalam, "Aku baik dan yakin kamu adalah wanita yang tepat untuk aku jadikan istri." tegas Cavero yang memeluk Natalie di dalam dekapannya.Karena persiapan yang begitu padat sehingga memakan banyak waktu Natalie. Natalie izin untuk libur selama beberapa hari sampai honeymoonnya selesai. Tidak perlu izin sebetulnya, cuma dia hanya ingin tidak hadir saja dan dia sudah mengumumkan itu kepada para pimpinan rumah sakit. Dia dan Cavero memilih makanan dan undangan yang segera mereka sebar baik secara online maupun offline.
"Iya." jawab Natalie dengan nada terpaksa. "Selamat anda berdua telah resmi menjadi suami istri." ucap sang penghulu. Keduanya hanya terdiam sampai Darren bergerak cepat dan membuat Natalie terbangun dari lamunannya. "Natalie awassss!!!!" teriak Darren yang segera mendekap istrinya dan terjatuh dari kursi. Tembakan itu meleset dan Natalie diselamatkan oleh Darren. Penghulu itupun terbunuh di tempat dan semua orang seketika kacau dan panik karena insiden tembakan itu.Darren dengan pelan memeluk Natalie dan mengajaknya merangkak keluar melalui pintu belakang. Semua orang sudah keluar lewat pintu depan termasuk orangtua Darren dan Natalie yang ternyata sudah kenal sejak lama."Dimana sang pengantin, Louis?" Victor bertanya kepada Louis yang merupakan ayah Darren sekaligus sahabat lamanya, "Entahlah, bagaimana bisa semua i
"Aku menikah dengan kamu untuk menyelamatkan Fransisca." Natalie begitu terkejut mendengar semua itu, "Aku tidak peduli, Darren. Aku ingin bercerai. Bagaimana pun caranya aku ingin bercerai. Aku tidak ingin hidup bersama dengan orang yang baru saja aku kenal kemaren, ini rasanya menyiksa." ucap Natalie yang semakin menangis."Tidak bisa, Natalie. Kontrak pernikahan ini menyatakan 6 bulan baru kita bisa bercerai. Aku tidak mengira ada yang menikahkan kita secara paksa seperti ini." ucap Darren yang terdengar sangat innocent di telinga Natalie."Itu karena kamu sudah merencanakan segalanya!!! Kamu ini memang gila, apa di dunia ini tidak ada wanita lain yang bisa kamu jadikan istri dan pelayan nafsumu. Dari jutaan wanita yang ada di Indonesia raya ini, mengapa harus akuuuu, Darren?? mengapa??" Natalie menaikka