Share

sembilan puluh dua

Malam itu rumah yang tadinya sepi menjadi gaduh akibat kedatangan Alif. Bocah bermata bulat dengan bulu lentik itu merajuk ingin tidur bersama dengan bundanya. Ambar tak habis pikir, kenapa putranya bisa seperti itu, karena biasanya dia juga tidur sendiri. Sementara Iyan seperti mati gaya, lelaki yang biasanya selalu bisa mengatasi masalah itu terlihat bingung, tak tahu harus berbuat atau berkata apa.

"Kakak mau tidur sama Bunda? Kenapa, Kak? Bukannya Kakak sudah terbiasa tidur sendiri?" tanya Ambar setelah mengajak Alif duduk di sofa. Sementara yang lainnya hanya berdiri sambil menatap heran pada Ambar yang masih memakai mukenah. Termasuk Rudi yang mengantarkan Alif.

"Kan tadi Alif tidur sama Ayah." Bocah berambut ikal itu menoleh pada Rudi, "terus Alif ingat sama Bunda, karena dulu kita kan sering tidur bertiga," sahut Alif dengan polosnya. Ambar menghela napas mendengar penuturan sang buah hati, begitu juga dengan orang-orang yang ada di tempat itu, termasuk Rudi. Lelaki yang dulu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status