Amanda baru saja datang dan menemukan Chiya berada di dalam ruangan Awan. Namun, ia terkejut karena tidak menemukan Awan berada disana.
Amanda bertanya pada Chiya yang juga terlihat kebingungan dan hendak berjalan keluar untuk mencari Awan, "Awan dimana, Chiya?"
"Hmn, nona Amanda. Saya baru datang dan tidak menemukan Awan-san. Saya kira, Awan-san keluar bersama anda." Jawab Chiya merasa bersalah. Apalagi saat itu, dugaannya meleset, karena Awan ternyata tidak bersama Amanda.
"Apa mungkin Awan-san bersama nona Annisa?" Tanya Chiya terpikir dengan kemungkinan lainnya.
"Sama Annisa? Aku rasa itu tidak mungkin. Setahuku, jadwal Annisa hanya sampai sore ini."
Setelah sering menghabiskan waktu dan mengenal Annisa selama beberapa minggu terakhir, Amanda sampai hapal jadwal praktek Annisa di rumah sakit ini. Sehingga ia begitu yakin jika Annisa pasti sudah pulang saat ini.
Amanda hendak mengatakan hal lain, sebelum firasatnya mengingatkan sesuatu yang buruk sedang terjadi saat itu.
"Nona Amanda, ada apa? Apa nona sudah tahu keberadaan Awan-san?" Tanya Chiya penasaran, begitu Amanda tiba-tiba terdiam seperti orang sedang konsentrasi mendengarkan sesuatu.
Amanda melambaikan tangannya ke depan sebagai isyarat agar Chiya tidak bersuara.
Saat itu, Amanda mencari penyebab firasat aneh yang menghampirinya. Dengan bantuan Pixie, Amanda dapat dengan cepat menemukan titik gangguannya. Begitu berhasil mengidentifikasinya, Amanda segera berkata, "Chiya, kamu tunggu disini! Sepertinya, aku tahu dimana Awan berada."
"Ah, benarkah?"
Chiya tampak berbinar senang. Ia sudah setengah mati mencemaskan Awan karena tidak menemukan keberadaannya. Bagaimana pun, ia bersama Lana dan Xynthia adalah orang yang bertanggung jawab selama Awan tidak bisa menjaga dirinya.
Tidak sempat menjawab pertanyaan Chiya, Amanda tiba-tiba sudah menghilang dari hadapan Chiya. Amanda merasakan gelombang kekuatan aneh yang berasal dari lantai basemen, sehingga ia merasa harus segera melihatnya sebelum hal yang tidak diinginkan terjadi. Kekuatan tersebut terasa lumayan kuat dan memiliki energi yang cukup aneh, sehingga Amanda penasaran untuk segera memastikannya.
Chiya yang baru pertama melihat kemampuan Amanda dibuat berdecak kagum, "Nona Amanda ternyata memiliki kemampuan yang luar biasa. Sangat pantas bersanding dengan Awan-san."
Baru saja Chiya berpikir seperti itu, ia teringat dengan dokter cantik, Annisa. Tidak adil jika mengatakan Amanda saja, padahal Annisa juga sangat cantik. Chiya jadi bingung sendiri untuk memilih siapa yang paling cocok untuk tuan mudanya.
Baru saja dibingungkan dengan dua wanita tersebut, Annisa terlihat berjalan dengan tergesa ke arahnya.
"Nona Annisa?" Seru Chiya terkejut melihat kehadiran Annisa disana.
"Chiya, dimana Awan?" Tanya Annisa dengan wajah tegang.
"Hmn, itu..." Jawab Chiya salah tingkah.
"Itu apa? Apa yang terjadi?" Annisa melihat di dalam kamar, namun tidak ada siapapun disana dan itu membuat ia menjadi lebih cemas.
"Chiya, dimana Awan?" Tanya Annisa mengulang pertanyaannya.
"Nona, tolong tenang dulu! Saya juga baru datang dan tidak menemukan Awan-san. Baru saja, saya bertemu dengan nona Amanda. Katanya, nona Amanda sudah melihat keberadaan Awan-san dan sekarang sedang pergi kesana."
"Benarkah?" Annisa baru bisa merasa sedikit lega.
Jika ada Amanda, ia yakin Awan akan baik-baik saja. Annisa sudah melihat sendiri bagaimana kemampuan Amanda, sehingga ia sangat yakin dengan hal itu.
Tapi, bagaimana pun ia masih belum bisa lega sepenuhnya selama belum melihat Awan baik-baik saja.
"Katakan, kemana Amanda pergi? Kita harus segera menyusulnya."
"Hmn, itu..." Chiya bingung bagaimana menjelaskannya.
"Kenapa? Ayo kita susul Amanda sekarang!" Ucap Annisa tidak sabar.
"Masalahnya... saya tidak tahu kemana nona Amanda perginya. Nona Amanda menghilang begitu saja."
Chiya yang seorang Kunoichi pun tidak bisa melihat bagaimana Amanda melakukannya, karena Amanda menggunakan peri waktu untuk bisa bergerak lebih cepat. Sehingga sangat sulit untuk diikuti oleh mata manusia biasa.
"Nona Amanda berpesan agar saya menunggunya disini. Pasti nona Amanda akan membawa Awan-san kembali." Tambah Chiya mengulangi pesan Amanda padanya, sekaligus untuk membuat Annisa tenang.
Amanda bergerak cepat mengikuti asal pancaran energi di area basemen. Setelah mencari beberapa saat, Amanda menemukan sumber energi dari salah satu ruangan yang terletak di sudut area parkir.Tempat itu relatif sepi, karena tempatnya yang terletak di ujung dan juga tempat disana agak minim pencahayaan. Mungkin karena ruangan tersebut lebih difungsikan sebagai gudang, sehingga sangat jarang orang mengunjunginya.Ketika Amanda membuka pintu, ternyata pintu tersebut terkunci dari dalam.Ruangan itu sendiri, cukup kedap suara sehingga sulit untuk mendengar apa yang terjadi di dalam sana jika tidak mendekat dan mendengarnya secara lebih fokus. Amanda melepas intentnya untuk mempelajari apa yang terjadi di dalam sana.Alangkah terkejut dirinya, begitu menemukan sebuah emosi yang meledak-ledak dan mungkin itulah penyebab energi aneh yang tadi dirasakannya. Tidak ingin membuang waktu lebih lama, Amanda segera mendobrak pintu tersebut.Brak,Pemandangan pertama yang dijumpai Amanda di dalam s
Annisa menunggu Awan di depan pintu ruangan tempat Awan dirawat dengan perasaan cemas. Ini sudah 30 menit dan Ia masih belum mendapatkan kabar apapun dari Amanda. Annisa sudah coba menghubungi nomor Amanda beberapa kali, tapi nomor tersebut sedang sibuk dan tidak dapat dihubungi."Nona Amanda datang." Ujar Chiya tiba-tiba."Dimana?" Annisa melihat ke luar disepanjang lorong rumah sakit, tapi tidak menemukan keberadaan Amanda dan Awan.Berkebalikan dengan yang dilakukan oleh Annisa, Chiya justru berbalik masuk ke dalam ruangan. Benar saja! Didalam ruangan sudah ada Amanda yang saat itu sedang membaringkan Awan di atas tempat tidur."A-apa yang terjadi dengan Awan-san, nona Amanda?" Tanya Chiya sedikit terpekik karena terkejut, begitu melihat Awan dalam keadaan pingsan dan seluruh pakaiannya dipenuhi oleh darah.Annisa segera berbalik karena mendengar pekikan Chiya dan menemukan Amanda dan Awan ternyata sudah ada di dalam ruangan. Sama halnya seperti Chiya, Annisa sangat terkejut menda
Henry duduk dengan gelisah dalam mobilnya yang terparkir di halaman depan rumah sakit, tempat parkir umum. Selama itu, setiap beberapa detik sekali ia memperhatikan layar ponselnya, berharap ada notifikasi pesan masuk. Ini sudah 30 menit berlalu, ia menunggu di dalam mobilnya, sekembalinya dari mengantar pergi Annisa.Tentu saja, Henry sedang menunggu konfirmasi dari para eksekutor yang dikirimnya untuk menghabisi Awan. Henry beranggapan, Awan menjadi satu-satunya penghalang baginya untuk bisa mendapatkan Annisa. Sehingga, tidak cukup baginya untuk sekedar menyingkirkannya saja dan Henry berniat untuk melenyapkan Awan untuk selamanya, agar tidak menjadi sandungan baginya di masa depan. Setiap detik berlalu, membuat Henry semakin tidak tenang.Sebenarnya, ia bisa saja parkir di basemen rumah sakit dan melihat langsung proses eksekusi yang dilakukan oleh orang-orang suruhannya. Tapi, itu beresiko dapat mengekspos dirinya.Henry memiliki karakter yang sangat licik. Meski banyak bermain
Dunia terasa berputar lebih cepat bagi Henry, sebelum akhirnya ia jatuh tidak sadarkan diri."Hmn, ternyata begitu mudah menipunya." Imbuh Amanda sambil membersihkan tangannya dengan tisu.Detik itu, Amanda ternyata telah membawa beberapa wartawan dan juga aparat keamanan bersamanya. Amanda dengan memanfaatkan statusnya dalam divisi zero, berhasil memframing media, jika Henry merupakan penjahat yang sedang dicari karena kasus percobaan pembunuhan.Pernyataan Amanda dikuatkan oleh pernyataan salah seorang petugas dari kepolisian. Sehingga berita tersebut terlihat begitu meyakinkan dan sulit untuk dibantah.Henry yang sudah tidak sadarkan diri, diborgol dan segera dibawa ke kantor polisi.Amanda sendiri sedikit dipusingkan ketika harus membuat Henry sebagai tersangka. Ia tentu tidak bisa bersikap seperti Awan, membunuh seseorang begitu saja. Sebagai seorang petugas, ada banyak aturan yang membatasi tindakannya.Apalagi saat itu, semua pelaku sudah habis dibantai oleh Awan yang mengamuk.
Amanda hanya tersenyum cuek ketika melihat betapa ketakutannya Henry saat ini, "Kamu tahu, kami bisa melakukan apa saja saat ini, karena orang yang kamu targetkan adalah agen pasukan khusus. Satu-satunya hukuman yang akan kamu terima adalah hukuman mati, tidak peduli seberapa kaya dan berpengaruhnya keluargamu, mereka tidak akan bisa melindungimu. Kejahatan terhadap agen pasukan khusus merupakan kejahatan besar, tidak perlu melewati persidangan yang berbelit-belit. Kami bisa langsung mengeksekusimu."Henry semakin ketakutan, tidak menyangka jika Awan memiliki status khusus seperti itu.'Pantas saja, banyak orang-orang penting yang mengununginya.'"Satu-satunya kesempatan bagimu untuk bisa meringankan hukuman adalah bekerjasama dengan kami. Jadi, kamu mau mengakuinya atau kami perlu membuatmu berakhir seperti pengawalmu itu?"Tentu saja, semua itu adalah permainan kata Amanda saja untuk meneror mental Henry. Teryata itu sukses membuat Henry gemetar ketakutan. Henry takut mati dan selam
Asdi Batubara ketika melihat ada beberapa orang telah menunggu di luar ruang tahanan, sedikit ragu awalnya. Namun, karena di sampingnya ada Ferdy Simbad, seorang jendral polisi bintang tiga. Membuat Asdi dapat melenggang penuh percaya diri sambil membawa anaknya pergi."Ghofar, aku akan membawa Henry, putra pak Asdi Batubara keluar dari sini hari ini. Kamu tidak keberatan, 'kan?" Ferdy Simbad masih bersikap sombong dan merasa tidak perlu berbasa-basi sama sekali dengan Kapolres Metro tersebut, yang pangkatnya masih satu tigkat di bawahnya."Oh, ternyata anda pak Ferdy. Saya kira siapa yang berani lancang mengunjungi tahanan saya." Ujar Irjen Ghofar tenang. Sebagai junior, ia masih merasa perlu mempertahankan rasa hormatnya pada Ferdy.Ghofar yakin, Ferdy pasti tidak mengenal siapa Amanda. Jika tidak, ia mungkin tidak akan berani mempertahankan sikap angkuhnya itu saat ini. Sesuai arahan Amanda sebelumnya, Ghofar bersikap mengikuti alur. Beruntung baginya, bukan dia yang menjadi kaki
Ferdy semula menduga, keberanian Ghofar saat itu karena ia sedang berada di markasnya. Meski tinggi dari segi jabatan, Ferdy masih harus berpikir jika hendak mencari gara-gara di markasnya Ghofar. Karena itu, ia sejak awal menekankan pangkatnya di hadapan Ghofar untuk coba menekannya.Tapi, diluar dugaan. Bukan hanya Ghofar tidak menghormatinya, tapi bahkan berani mengejeknya."Apa kamu berniat melawanku, Ghofar? Kamu pasti tahu akhirnya seperti apa, jika kamu berani menentangku?" Suara Ferdy terdengar berat, tanda emosinya mulai terpengaruh."Aku? Melawan anda? Tentu saja tidak, bang. Saya mengatakan ini, justru demi kebaikan abang sendiri. Abang sebaiknya bertanya dulu siapa di..."PlakBug.Tidak menunggu sampai Ghofar menyelesaikan kalimatnya, Ferdy yang sudah terlanjur marah langsung menampar dan bahkan menendang Ghofar."Kamu berani mentangku?" Hardik Ferdy marah.Prok prok prokAmanda merasa sudah cukup dengan drama yang terjadi di depannya, karena itu ia memutuskan untuk meng
Hari ini adalah hari terakhir Awan berada di rumah sakit. Secara khusus Vannesa Lee beserta petinggi klan Atmaja dan juga tetua klan Sanjaya datang untuk menjemputnya.Tentu saja kehadiran mereka membuat berita heboh sendiri. Melihat di pintu masuk rumah sakit berjejer puluhan mobil mewah dan juga banyak pengawal dengan seragam serba hitam yang berjaga, bersikap penuh waspada seakan sedang menyambut kehadiran seorang yang begitu penting.Namun, tidak ada satupun yang bisa menebak, acara khusus apa yang membuat orang-orang penting ini sampai datang ke rumah sakit swasta di selatan ibu kota tersebut.Keberadaan Awan di rumah sakit tersebut, selama ini sengaja disamarkan, mengingat statusnya yang viral setelah kejadian besar di kediaman Sanjaya terakhir kali. Lebih baik waspada dan menghindari hal-hal buruk terjadi. Apalagi dengan kondisi Awan yang masih labil, karena kehilangan kekuatannya. Kejadian beberapa hari sebelumnya, juga berhasil dikendalikan oleh Amanda dan divisi zero dengan