Break time jumat dulu... Kebut sampai malam pokoknya ^^
Wajah Taring Hitam seketika memerah panas melihat sikap Andini yang dengan terang-terangan menjatuhkan dirinya ke dalam pelukan seorang pria asing seperti Awan. Ia telah mengagumi Andini sejak lama, bagaimana ia bisa menerima, wanita yang disukainya bermesraan dengan pria lain tepat di depan hidungnya? Tidak peduli, apa pria itu dicintai Andini atau tidak. Bagi Taring Hitam, hanya dialah yang pantas menjadi pasangan Andini. Dia tidak habis pikir dengan sikap bodoh Andini, bagaimana ia bisa memilih seorang pria yang bukan apa-apa jika dibanding dirinya? Dia kuat dengan seluruh tubuh dipenuhi oleh otot-otot baja. Selain itu, dia adalah seorang pangeran dengan masa depan cerah. Bersamanya, Andini pasti akan jauh lebih bahagia. Bangsa harimau rata-rata memiliki tubuh yang besar dan berotot. Sehingga melihat tubuh Awan yang biasa, membuat Taring Hitam menilainya sebagai sosok yang sangat lemah. Dengan tatapan penuh kecemburuan dan kebencian, Taring Hitam akhirnya tidak bisa lagi menaha
Rombongan Cakar Hitam mencibir ucapan Awan yang dinilai terlalu berani dan tidak bercermin, siapa lawan yang akan ia hadapi. Sementara, Datuk Cakar Putih dan bangsa harimau Bukit Larangan lebih mencemaskan nasib Awan. Mereka masih mengira. jika Awan hanya mengandalkan kekuatan warisan Gumara. Itu semua tidak akan cukup untuk menghadapi Cakar Hitam. "Uda!" Andini menarik ujung baju belakang Awan dan terang-terangan menunjukkan kekhawatirannya. Namun, Awan hanya tersenyum cuek dan memintanya untuk tidak perlu khawatir. Entah karena kalimat yang diucapkan Awan padanya atau cara penyampaian dan ketenangan yang ditunjukkan oleh Awan, membuat Andini merasa jauh lebih tenang dan merasa bisa mempercayai Awan. Roaaar! Cakar Hitam melompat ke depan dan tibat-tiba saja, ia sudah berubah wujud menjadi harimau besar dengan belang hitam di sekujur tubuhnya. Untuk bisa mengalahkan Awan, Cakar Hitam sudah bertekad untuk mengerahkan seluruh kekuatan dan berubah menjadi wujud terbaiknya. Cakar H
Satu setengah tahun kemudian.Tiga istri Awan, Annisa, Amanda dan Calista, tampak sedang cemas menunggu di luar kamar di rumah tuo, kampung halaman Awan. Di tengah mereka, tampak dua orang balita yang sedang digendong oleh Annisa dan Calista, sementara Amanda tampak sedang bermain dengan kedua balita berjenis kelamin perempuan tersebut dengan sesekali mencubit gemas pipi keduanya.Kalian mungkin bertanya-tanya, di mana Rhaysa alias Raine? Awan belum berhasil melamarnya hingga detik ini. Awan pernah mencoba melamar Raine setengah tahun yang lalu. Hanya saja, lamarannya langsung ditolak. Ratu Samudera memberikan syarat yang sangat berat jika Awan ingin melamar putrinya, yaitu Awan harus berada di level Divine atau dewa terlebih dahulu. Hasilnya, Awan telah berjuang keras di selama berada di tanah dewa untuk terus meningkatkan kemampuannya. Meski begitu, sepertinya ia masih harus bersabar untuk bisa melamar Raine.Kembali ke ruang tamu, rumah tua Awan.Tidak sama seperti Amanda yang terl
"Jadi, bagaimana perkembangan anak itu? Apa tidak ada cara untuk kita bisa mengembalikan ingatannya?""Tidak ada, kakek. Aku sudah memeriksanya, bahkan juga sudah dipastikan dengan hasil rontgen syarafnya. Tidak ada yang salah, kondisi fisik Awan sudah pulih sepenuhnya. Fungsi otak bekerja dengan normal. Hanya saja..."Amanda terdiam sejenak, mengingat kembali semua kalimat terakhir yang diucapkan Renata padanya, sebelum ruhnya menghilang. Amanda sudah berusaha menggunakan kemampuan supranaturalnya untuk menembus alam jiwa Awan. Tapi, kekuatan magis disana begitu kuat, sangat sulit ditembusnya dan bahkan dapat membahayakan jiwanya, ketika Amanda berusaha nekat untuk memasukinya. Akhirnya, Amanda hanya bisa menyerah untuk melakukannya."Hanya saja, apa?" "Kesadaran Awan terkunci di alam jiwanya. Itu adalah kesadaran utama yang mengendalikan fungsi memorinya. Tanpa itu, Awan akan tetap menjadi dirinya yang sekarang. Dia menjadi sepenuhnya baru, seperti bayi yang baru lahir. Ia tidak me
Sekarang, melihat Annisa memberi perhatian khusus pada salah seorang pasien VIP disana, tentu saja Henry dipenuhi oleh perasaan cemburu. Sementara, ia sudah berusaha dengan berbagai cara, namun tidak satupun dari semua itu dapat menarik perhatian Annisa.Henry sudah memperhatikan pasien bernama Awan tersebut selama beberapa minggu terakhir. Tidak ada data istimewa tentang dirinya, selain namanya yang singkat, Awan.Cukup mengherankan, bagaimana seseorang tanpa identitas seperti itu bisa dirawat di ruang VIP?Pertanyaan Henry, sedikit terjawab ketika Awan sering menerima kunjungan dari banyak orang penting dan berpengaruh. Dan yang paling sering berkunjung di antara mereka, tentu saja adalah Amanda."Sial, bagaimana laki-laki tidak jelas seperti dia bisa mendapat perhatian dari wanita-wanita cantik." Pikir Henry dengan kebencian yang semakin mendalam terhadap Awan.Tentu saja, Henry dibuat terkagum dengan kecantikan Amanda. Hal itu lah yang semakin memantik kecemburuan Henry terhadap A
Awan saat itu sedang berbaring malas di atas ranjang rumah sakit, ia merasa asing dengan semua hal baru yang ditemuinya setelah terbangun dari koma panjangnya. Lebih parahnya, ia sama sekali tidak ingat siapa dirinya, masa lalunya dan orang-orang di sekelilingnya.Satu hal yang diketahuinya, semua orang yang datang silih berganti menjenguknya adalah orang-orang yang peduli dengan dirinya. Di antara mereka semua, ada dua wanita yang paling sering membesuk dan menemaninya, Annisa dan Amanda. Tentu saja, Annisa adalah yang paling sering, karena dia juga tugas di rumas sakit tempat ia di rawat.Awan sudah menghapal semua orang yang bertemu dengannya beberapa waktu belakangan ini. Tentu saja, Annisa dan Amanda memberi kesan yang sedikit berbeda di antara semuanya.Itu bisa dirasakan Awan dari cara mereka memperhatikan dirinya. Bagaimanapun Awan hanya kehilangan ingatan, bukan perasaannya. Mendapat perhatian dari dua wanita cantik, layaknya bidadari seperti keduanya, tentu saja membuat Aw
Awan coba meraba-raba, karena matanya tidak bisa menangkap cahaya apapun di dalam sana. Tidak ada jawaban apapun yang terdengar. "Pak?" Panggil Awan sekali lagi.Masih hening, tanpa ada balasan dari security. Sampai beberapa saat lamanya, lampu di ruangan tersebut tiba-tiba menyala.Clap.Awan sedikit menyipitkan matanya sambil menutupnya dengan tangan. Lampu ruangan yang tiba-tiba menyala cukup menyilaukan dan membuat matanya harus beradaptasi sejenak.Setelah matanya bisa menangkap dengan jelas keadaan di sekelilingnya, Awan sangat terkejut. Disana sudah ada 10 orang pria berbadan besar yang sedang menatapnya dengan tatapan yang seolah siap untuk menelannya hidup-hidup."Apa-apa maksudnya ini? Dimana dokter Nisa?" Tanya Awan terkejut.Awan tidak melihat dokter Nisa ada disana, hal itu membuat Awan merasa dipermainkan oleh security yang tadi membawanya kesana."Dokter Nisa? Hahaha, tentu saja dia tidak ada. Disini hanya ada kami, hahaha." Jawab si security.Saat itu, Awan baru mula
Ternyata tidak hanya dirinya, temannya juga merasakan hal yang sama. Menghajar Awan, serasa seperti memukuli gunung. Sangat keras, sampai-sampai tangan mereka serasa keram."Bodoh! Kalau tidak bisa dengan tangan, pakai besi yang kalian bawa itu." Teriak pemimpin kelompok preman ini marah.Para preman segera beralih menggunakan pentungan besi dan kayu yang telah mereka siapkan sebelumnya.Suara benturan besi dan kayu segera terdengar bergemuruh setelahnya. Adapun Awan meringkuk di atas lantai yang dingin sembari menerima serangan bertubi-tubi. Ia merasa tubuhnya mulai kesakitan, karena banyaknya jumlah pukulan yang masuk ke tubuhnya."Bang, bagaimana dengan dokter cantik itu? Apa bos membutuhkan bantuan kita? Dia cantik banget, sayang aja kita gak ikut menikmatinya." Ujar pria yang berdiri di sebelah pemimpin kelompok preman ini.Si pemimpin preman terkekeh dengan ekspresi penuh nafsu. Tentu saja, ia sudah melihat sosok dokter yang disebut oleh anak buahnya tersebut. Karena mereka sud