"Aku akan membawamu pergi dari sini, sejauh mungkin hingga Papa sendiri tidak tahu" Alex tiba-tiba saja mengucapkan kalimat itu saat melihat Karin sedang merapikan make up nya usai mandi. Karin tidak menjawabnya Ia masih sibuk merapikan beberapa tumpukan bedak di wajah cantiknya. "Apa Kamu ingin pergi bersamaku? " tanya Alex ragu melihat ekspresi datar yang di pasang oleh Karin. Karin menghentikan kegiatannya dan menatap Alex dengan penuh keyakinan. "Tuan Apapun yang terjadi Aku akan selalu bersamamu, percayalah, tapi Aku rasa untuk menghindari Papa mu adalah hal yang tidak mudah" ucap Karin. "Apa yang Kamu pikirkan sayang? " Alex mendekati Karin dan membelai lembut rambut Karin yang terurai panjang. "Aku sedang hamil, anak kita Aku tidak mau semua akan sia-sia Aku ingin menjaganya melebihi diriku sendiri" ucap Karin mengkhawatirkan keselamatan bayinya. Karin tampak menggerakkan tangannya mengelus perutnya yang belum terlihat menggelendung. "Aku akan menjaga kalian berdua dan
"Silahkan duduk! " ucap Karin pada Hamid yang baru saja masuk keruangan nya. "Terimakasih, Aku sudah lama menunggumu karena mungkin saja Kamu lupa dengan perjanjian kita untuk membahas ulang soal kontrak kerja" Hamid tampak bersemangat. "Maaf Aku ada urusan keluar kota sehingga tidak bisa menemuimu, ponselku juga mati karena tertinggal" ucap Karin bersandiwara. "Tidak masalah, lalu bagaimana dengan kontraknya? " Hamid menanyakan ulang. "Kita akan proses hari ini" Karin juga semangat karena ini adalah kontrak pertama yang di buatnya bersama perusahaan yang dimiliki Hamid. Karin dan Hamid tampak sibuk membahas beberapa keperluan dan hal lain tentang kerja sama mereka. Hampir satu jam meeting antara keduanya berlangsung, "Terimakasih akhirnya kerja sama ini terlaksana, kita akan rayakan, bagaimana kalau malam ini kita makan di restoran favorit Aku? " tanya Hamid. Karin berpikir sejenak, Ia saat ini adalah istri sah dari Alex, tapi bagaimanapun juga pernikahan mereka harus dirahas
“Apapun yang terjadi Karin harus ikut Ayah dan putuskan sekolah!” Laki-laki yang dalam keadaan mabuk dan juga dipenuhi amarah itu membanting botol minuman dihadapan kamar Karin.Karin tersentak detak jantungnya semakin kencang sudah hampir satu bulan ini laki-laki itu tidak pulang kerumah dan kali ini hanya Karin Bersama nenek yang ada di dalam rumah. Rasa takut menghantui Karin Nenek yang tidur disebelah Karin juga terbangun, menenangkan hati Karin yang berkecamuk dan ketakutan.Nenek mengisyaratkan telunjuknya kepada bibir agar Karin tidak mengeluarkan suara.“Buka Pintunya!” Suara laki-laki itu Kembali bergetar dan kuat sekali membuat siapapun yang mendengarnya akan ketakutan.Paijo, adalah Ayah Karin yang suka sekali mabuk-mabukan dan juga sering main judi, Paijo banyak sekali hutang dimana-mana sering rentenir memukulinya dan juga memaksanya untuk membayar semua hutang-hutangnya.Beberapa hari lalu Paijo dihadang oleh anak buah Mami Tania germo terkenal dikota itu, Paijo membuat
Karin merasa ketakutan melihat seseorang yang mabuk bahkan mereka masuk kamar tiga orang.“Apa-apaan ini?,apakah kesucianku akan direnggut oleh tiga orang ini?” Batin Karin sangat ketakutan.“Wah cantik sekali perempuan ini tidak sia-sia kita pilihkan untuk Alex” Seorang laki-laki berbadan kekar mendekati Karin dan meletakkan tangannya di dagu Karin agar Karin bisa mendongakkan kepalanya.Karin tidak bersuara jantungnya berdegup kencang ditambah lagi rasa takut yang mendalam.“Ayo keluar!” ucap seorang laki-laki lain yang telah meletakkan temannya ditempat tidur, agaknya laki-laki itu mabuk berat sehingga terlihat tidak berdaya.Laki-laki yang bertubuh kekar itu langsung meninggalkan Karin dengan sebuah kedipan licik.HUFT !Karin menarik nafas lega, ternyata apa yang ada didalam fikirannya tidak seburuk itu, perasaan lega sedikit menghampirinya.Karin beranjak dari tempatnya dan mengunci pintu, karin menatap laki-laki itu dan tidak ada gerakan tapi dengus nafas dan bau alkohol dari m
Karin mengingat kembali kata-kata Foy "Jangan pernah percaya dengan siapapun!" Foy mengucapkannya sebelum pergi. Karin mengurungkan niatnya dan kembali membereskan barang-barangnya sementara Alex masih terdiam dan juga melongo dihadapan Karin dan mereka sama-sama menggunakan handuk. "Maaf Tuan Aku harus kekamar mandi" Karin membawa pakaiannya dan menggantinya didalam. tidak berapa lama Karin kembali keluar dan masih melihat Alex terduduk ditempat tidur seperti menyesali apa yang telah dibuatnya kepada Karin. "Bagaiamana Aku meminta maaf padamu?" tanya Alex lagi mendekati Karin. Jantung Karin berdetak kencang, tatapan tulus dan penuh rasa bersalah yang Alex berikan padanya membuat hati Karin merasa tersentuh dan baru kali ini juga Ia menatap jauh kedalam manik mata orang yang telah merenggut kesuciannya. "Aku rasa sebaiknya anda pulang Tuan karena tempat ini adalah neraka!" ucap Karin mengalihkan pandangannya. "A-Aku akan membantumu keluar dari sini!" ucap Alex. Karin berbalik
TOK!TOK!Pintu kembali diketuk, Karin sangat takut baru saja Alex berpesan jangan bukakan pintu pada siapapun,jangan dekati pintu, Karin merunduk ketakutan Ia merasa berada di posisi saat Ayahnya datang untuk membawanya pergi ketempat Mamii Tania,"Nenek!" pekiknya dalam hati.pemandangan yang memilukan itu hadir kembali dan membuat Karin merasa trauma. keringat dinginnya sudah mulai keluar dan matanya terlihat merah dan sangat ketakutan.lama sekali Karin terdiam dan mendengar usaha pembongkaran pintu dari luar tapi sejenak hening Karin berdiri dan menoleh kebelakang tiba-tiba saja seorang laki-laki menyekapnya dan aroma obat bius yang terhirup oleh Karin membuatnya pingsan tidak sadarkan diri.Alex sampai di rumah kediaman Bagaskara langsung menuju ruangan Papanya."Aku tidak ingin Papa ikut campur dengan apa yang Aku lakukan!" Alex langsung marah dan mengeluarkan emosinya dihadapan Tuan Andi.Tuan Andi Bagaskara yang terlihat begitu santai saat duduk dikursi kebesarannya serta dit
Baru saja anak buah Alex menyampaikan ada orang yang menghadang kantor baru yang Alex tempati saat ini, memang inilah tugas Alex dikirim oleh Papa Andi Bagaskara kesini untuk menyelesaikan orang-orang yang menginginkan penutupan perusahaan yang sedang mereka bangun. Kota Peru merupakan kota ke enam belas setelah beberapa kota besar lainnya yang dipilih Tuan Andi Bagaskara untuk melebarkan bisnisnya. Awalnya Alex tidak ingin bergabung dengan perusahaan Papa nya karena Ia sudah punya perusahaan Textile sendiri tapi ini semua demi menyelamatkan nyawa Karin yang saat ini sudah pergi meninggalkannya entah kemana.Alex sangat emosional sehingga sepuluh preman yang berdiri didepan kantornya membawa beberapa senjata untuk menghadangnya satu persatu mampu ditaklukkan olehnya.Alex yang dipenuhi amarah dengan mudah menghabisi semua lawannya sehingga siapa saja yang menyaksikannya bergidik ngeri saat melihat bagaiamana Alex menghabisi nyawa mereka."Bereskan semua mayat mereka, Aku tidak mau ka
Anak buah Andi Bagaskara tidak melakukan perlawanan hanya menerima saja apa yang diperlakuakan Alex padanya, Amarah Alex yang begitu kuat membuat siapapun yang ada didekatnya menjadi sasarannya. bertubi-tubi pukulan yang Alex hantamkan ketubuh anak buah Andi tersebut.BRUK! Seketika tubuhnya ambruk dibanting oleh Alex keatas meja Andi Bagaskara dimana Andi Bagaskara masih menyaksikan aksi Alex dengan duduk dikursinya."Cukup Alex!" Andi Bagaskara berdiri dan penuh amarah."Papa seharusnya tidak melanggar janji, sebagai seorang Ayah yang bertanggungjawab dan juga bijaksana!" Alex berteriak memaki."Cukup!!!, Untuk alasan apa Kamu mempertahankan perempuan yang Kamu ambil dari rumah terkutuk itu?masih banyak perempuan diluar sana yang berkelas dan bisa dengan mudah Kamu dapatkan?!" Andi Bagaskara meluapkan amarahnya dan memberikan pandangan pada Alex.Alex tidak menjawab apapun yang ditanyakan dan dibicarakan oleh Papa nya, hatinya yang dipenuhi amarah terasa mendidih dan terasa sangat