Share

Pria aneh.

 Laki-laki yang Arleta ketahui bernama  tuan Mahendra itu melotot menatap Alana, yang juga sedang menatapnya. Namun dengan tatapan penuh kekhawatiran.

‘Astaga! Kenapa bisa ada orang ini disini? Kalau sampai dia bilang sama yang punya perusahaan aku bisa kehilangan pekerjaan lagi.’ batin Arleta.

“Hey! Kenapa kau ada disini!” bentak Mahen.

Arleta  terlonjak, kemudian menundukan pandangan.

“Ma_maaf tuan. Sa_saya sedang beekerja disini.” jawab Arleta  dengan tergagap. 

Lalu Arleta memberanikan diri mengangkat wajah, menatap laki-laki yang sedang memelototinya dari tadi.

Arleta menjatuhkan  alat kebersihannya begitu saja, lalu  berlutut di hadapan Mehendra.

“Tuan saya mohon maaf, atas kejadian tempo lalu. Saya mohon tuan, jangan bilang sama orang yang punya perusahaan ini, saya tidak ingin di pecat lagi tuan. Saya benar-benar sangat membutuhkan pekerjaan ini.”  Arleta memohon dengan kedua tangan di tanggupka  di depan dada.

Pria itu tetap diam.

‘Oh. Rupanya dia belum tahu kalau aku pemilik perusahaan ini! Baiklah ini balasan untukmu!’ Mahendra  tersenyum smick. 

“Apa untungnya untukku!” jawabnya dengan sinis.

Arleta  mendongak,” Saya akan lakukan apapun tuan. Asal tuan jangan suruh pemilik perusahaan ini untuk memecat saya tuan.” 

Menatap Mahen  dengan tatapan penuh permohonan.

“Akan saya pikirkan. Cepat bersihkan ruangan ini! Jangan sampai ada debu yang menempel sedikit pun!” titah Mahen, Arleta  cepat  menganggukan kepala.

“Baik tuan.”

Arleta  cepat bangun, kemudian mulai membersihkan ruangan presdir.

Sedangkan Mahendra. Dia duduk di kursi kebesarannya, dengan terus memperhatikan gadis yang sedang bekerja di ruangannya.

Bukan karena terpesona, justru Mahen terus memperhatikan Arleta agar gadis itu bekerja dengan baik.

Arleta  merasa sangat tidak nyaman di perhatikan begitu.

‘Astaga! Kenapa pria itu terus memperhatikanku? Ck! Dasar songong memang dia itu siapa bisa-bisanya, di duduk di kursi bos!’ umpat Arleta  dalam hati.

Kesal juga Arleta  lama terus saja diperhatikan! 

“Pak! Bisa tidak anda jangan terus lihatin saya!” tegur Arleta, dengan nada kesal.

Mahendra terkekeh kecil.” Ck! Dasar gadis sok cantik! Siapa juga yang lihatin kamu! Dengar ya, aku disini bertugas untuk memperhatikan cara bekerjamu! Jika kau tidak becus, maka aku akan bilang pada si bos untuk memecatmu.” jawab Mahen santai, sambil mengetuk-ngetuk pulpen diatas  meja.

Arleta  melongo. 

Agak malu juga dia.

‘Ck! Dia masih saja dendam padaku rupanya.’

Arleta menghela nafas panjang,”Ya sudah, terserah anda lah! Kalau anda mau, silahkan saja! Lumayan juga kan  saya jadi ada temannya.” sahut Arleta.

Arleta tidak tahu saja saat ini sedang berhadapan dengan presdir perusahaan ini. 

Setelah itu Arlet  kembali melanjutkan pekerjaannya, dan Mahen  tetap tidak bergerak dari tempatnya. 

Entah sudah berapa lama Arleta  berada di ruangan itu, terlihat dari jendela hari sudah beranjak gelap.

Sedang khusu membereskan rak-rak berkas yang menurutnya masih sangat rapi itu, Arleta di kagetkan dengan pintu yang tiba-tiba terbuka. Dia  menoleh ke sumber suara, seorang pria berpakaian rapi dan tampan terlihat berjalan masuk. Setelah itu Arleta kembali melanjutkan pekerjaannya, tetapi Arleta  juga menajamkan pendengarannya.

Bukan bermaksud untuk menguping, hanya Arleta penasaran. Kenapa orang begitu bebas masuk ruang presdir, selain orang aneh yang sedari tadi berada disini?

“Tuan. Maaf saja terlambat!” ucap seseorang yang baru saja masuk.

Pria itu berdiri mematung, begitu juga dengan Arleta yang kembali melongo mendengar ucapan pria tampan yang baru saja masuk.

“Tuan.” ucap Arleta  pelan namun masih di dengar oleh kedua pria itu. 

Pria yang baru saja masuk adalah Bas, asisten Mahendra.

Bas menoleh, menatap Mahen” Tuan. Sedang apa OG itu disana?” tanya Bas dengan bodohnya.

“Kau ini bodoh! Atau apa? Menurutmu tugas seorang OG apa?!!” cetusnya kasar.

Pria bernama Bas itu hanya tersenyum sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

“Mau pulang sekarang tuan?” tanya Bas mengalihkan pembicaran.

Mahendra  bangun dari kursi, lalu melangkah.” Tentu saja!” jawabnya. 

Terdengar suara sepatu yang berjalan menjauh, Arleta  tidak berani menoleh, namun dirinya cukup bernapas lega. 

“Heh! Kau!” 

Arleta  langsung menoleh.” saya?” tanya  Arleta menunjuk dirinya sendiri.

“Siapa lagi! Kau boleh pulang setelah semua ruangan ini bersih! Tanpa debu sedikitpun! Atau aku akan menyuruh pemilik perusahaan ini memecatmu!” ucapnya. Setelah berkata seperti itu.

Mahen langsung melangkah keluar, tanpa memperdulikan Arleta  yang hendak protes.

“Tuan. Kenapa anda bicara seperti itu?” tanya Bas bingung,  ketika mereka sudah berada di dalam mobil.

“Kau tahu? Wanita tadi adalah wanita yang sama dengan wanita yang menumpahkan air di bajuku waktu di hotel!”

“Hah! Yang benar tuan! Kenapa dia sekarang bekerja di perusahaan? Apa di tidak tahu kalau tuan lah, pemilik perusahaan?” celoteh Bas. Namun matanya terus memperhatikan jalan di depannya.

Mahendra mengelengkan kepala.” Tidak! Biarkan saja!” 

Bas mengangguk mengerti.

“Besok. Cari tahu siapa dia? Darimana dia berasal!” titah Mahendra.

“Baik tuan.”

Arleta  tidak tahu yang dikenalnya sebagai Mahen adalah Mahendra  anak tunggal dari keluarga Ananda dan pemilik perusahaan Mahendra grup tempat dimana  Arleta  bekerja sekarang.

Entah apa alasan Mahen  tidak memberitahu Arleta siapa dia sebenarnya? 

Mungkinkah Mahen masih memiliki dendam pada gadis itu? Atas kejadian tempo lalu?

Bagaimana reaksi Arleta nanti, setelah mengetahui Mahen lah pemilik perusahaan ini?

Akankah Arleta masih akan bekerja disana? 

Jam sudah menunjukan pukul sembilan malam, kondisi kantor sudah sangat sepi. Arleta baru saja selesai mengepel lantai ruangan presdir.

Arleta  mengusap keringat yang bercucuran di dahinya.

Gadis itu  duduk selonjoran di depan ruangan presdir, untuk melepas lelah.

“Semoga saja pekerjaanku tidak di protes besok! Aku sudah bolak balik membersihkan semuanya. Agar tidak ada lagi debu yang menempel sesuai dengan perintah pria aneh tadi!”

“Eh! Tunggu! Bukankah pria yang baru masuk tadi, memanggil pria aneh itu dengan sebutan tuan? Siapa sebenarnya dia? Atau jangan-jangan!” 

Arleta menutup mulutnya sendiri.” Astaga! Bagaimana kalau pria itu adiknya pemilik perusahaan ini? Aduh! Kenapa sih aku selalu sial, kalau bertemu dengan pria aneh itu!” celoteh Arleta. Perasaan gadis itu  menjadi tidak tenang, sekarang.

Setelah lelahnya sedikit berkurang Arleta melangkahkan kakinya cepat, menuju dapur. Arleta  ingin segera pulang. 

Sepanjang lorong ruang presdir suasana sangat sepi, hanya ada beberapa lampu ruangan yang masih menyala. Sepertinya orang di dalamnya sedang lembur.

Arleta terus melangkah hingga akhirnya dia sudah tiba di dapur. Arleta segera menyimpan kembali alat kebersihan ke tempatnya, setelah itu Arleta  langsung menuju ruang ganti. Tidak sampai sepuluh menit Alana sudah keluar dengan sudah berganti pakain biasa.

Arleta mengeluarkan ponsel, untuk memesan ojek online. Untung saja dia  mendapatkan ojek online yang tempatnya tidak jauh dari tempatnya  sekarang, sehingga tidak butuh waktu lama untuk  menunggu.

 

Arleta pulang dengan hati bahagia walau badannya terasa lelah. Sebelum benar-benar pergi Arleta menatap gedung sepuluh tingkat ini dengan penuh harapan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status