Bong Quan yang kesal mendengar orang-orang itu membicarakan Gu Lang pun menggebrak meja dihadapannya dengan kasar, dan membuat pandangan semua orang yang ada di sana, beralih ke arah mereka. Dan tentu saja hal itu membuat Gu Lang membuang nafas kasar, karena niat hati ingin mencari informasi dan menyembunyikan jati diri, justru dirusak oleh Bing Quan yang impulsif.Dengan cepat, Gu Lang menutup mulut Bong Quan, sebelum pemuda itu mulai mengeluarkan kata-kata mutiara dari mulutnya untuk para penggunjing itu.Gu Lang membawa Bong Quan berdiri dan menunduk kearah orang-orang itu seolah meminta maaf atas kelakuan Bong Quan, meskipun ssbenarnya itu hanyalah sebuah alibi untuknya agar orang-orang tak melihat wajahnya dan mengenali dirinya sebagai Gu Lang."Maafkan dia, dia sedang mabuk." Tanpa banyak kata lagi, Gu Lang segera menghampiri seorang pelayan dan memintanya untuk mengantarkan mereka berdua ke kamar yang sudah mereka pesan, dan membawa makanan pesanan mereka ke dalam kamar saja k
Bong Quan beralih menatap Gu Lang yang tampak biasa saja, bahkan tengah asik menikmati makanannya, seolah benda yang dia berikan padanya itu bukanlah sebuah barang berharga."Buku," sahut Gu Lang yang sebenarnya merupakan candaan, tapi bagi Bong Quan, itu justru terdengar sangat menyebalkan.Bong Quan menatap Gu Lang sesaat, kemudian memutar jengah bola matanya dan berkata, "Aku juga tau kalau ini buku. Anak kecil pun tidak ada yang akan mengatakan kalau benda ini adalah roti! Tapi yang maksudku... buku ini untuk apa?" tanya Bong Quan kesal, karena Gu Lang yang awalnya dia pikir sangatlah kaku dan dingin, tapi ternyata juga bisa membuatnya kesal karena lelucon tidak lucunya."Tentu saja untuk dibaca dan dipelajari, memangnya untuk apa lagi? Kalau kau tak mau, kembalikan padaku." Gu Lang berdiri hendak mengambil kembali buku jurus itu dari tangan Bong Quan, tapi Bong Quan bereaksi lebih cepat dan menyembunyikan buku itu di dalam jubahnya sehingga Gu Lang urung mengambil kembali buku i
Bong Quan yang baru saja terbangun dari tidurnya, begitu terkejut saat melihat kondisi Gu Lang.Mata Gu Lang hanya menyisakan bagian putihnya saja, dengan semua urat-urat di tubuhnya yang tampak menonjol dan seperti hampir meledak karena tak kuat menampung kekuatan besar itu.Gu Lang masih terus berteriak kerasa, karena rasa sakit tak terhingga yang dia rasakan dalam proses pembukaan gerbang pertamanya. Bahkan teriakannya itu membuat heboh semua pengunjung dan para pelayan di penginapan itu, juga para penduduk yang melihat pancaran aura hitam legam yang mengerikan, mencuat tinggi seolah berusaha meruntuhkan langit."Apa itu pertanda kelahiran benda pusaka? S-sangat mengerikan!"Beberapa warga tampak berkumpul di luar penginapan itu sambil berbisik-bisik dan menunjuk ke arah atap penginapan, dimana aura Gu Lang yang terpancar terlihat oleh mereka. "Bukan. Itu bukan pertanda kelahiran benda pusaka, tapi..." Para penduduk itu mengalihkan pandangan mereka pada seorang pria dengan jenggot
Gu Lang sedikit cemas, karena dia bisa merasakan jika aura dari orang yang tengah mengikutinya itu sangatlah kuat.Bahkan setelah beberapa menit perjalanan, orang itu masih terus mengikuti mereka tanpa berniat menghentikan mereka padahal dia bisa saja melakukan hal itu, mengingat kekuatannya yang berada di atas Gu Lang."Sepertinya orang ini tidak bermaksud buruk. Lebih baik aku berhenti dan bertanya apa tujuannya mengikutiku sedari tadi." Pikir Gu Lang yang sesaat kemudian segera menarik tali kekang kudanya dan membuat kuda perang itu meringkik dengan kaki terangkat dan kemudain berhenti."Ada apa? Kenapa berhenti?" tanya Bong Quan yang heran kenapa Gu Lang tiba-tiba saja berhenti tanpa aba-aba, hingga membuatnya hampir saja menabrak dan mencium bokong kuda yang Gu Lang tunggangi, jika saja Pang tidak berhenti tepat pada waktunya.Namun Gu Lang justru mengangkat tangannya ke arah Bong Quan, sebagai pertanda untuknya agar diam dan tidak banyak bertanya karena ada hal yang lebih pentin
Bong Quan pun mengangguk patuh kemudian duduk bersila dan membaca buku pemberian Gu Lang, sambil menunggu Gu Lang selesai dengan urusannya.Gu Lang melesat secepat kilat menggunakan langkah awan, membuat kedua penjaga gerbang itu kebingungan karena merasakan adanya hembusan angin namun hanya sekelebat saja, tapi mereka juga tak melihat adanya sesuatu yang mencurigakan sehingga mereka pun memilih untuk tidak memperdulikannya.Di dalam kediaman Xiao San..."Kak, apa Gu Lang benar-benar akan kembali dengan selamat?" tanya Bingyan pada Mu Yue.Sejak kepergian Gu Lang, mereka memang tinggal di tempat Xiao San, bersama dengan tetua Agung untuk menjaga Xiao San seperti permintaan Gu Lang sebelum dia pergi."Tenanglah. Bocah itu sangat kuat, jauh lebih kuat dari yang kita duga. Jadi kau tak perlu mencemaskannya, Bingyan." Mu Yue mengelus pelan puncak kepala sang adik untuk menenangkannya, meskipun dia tak tau kenapa adiknya yang biasanya cuek dan tak pernah perduli pada orang-orang disekitarn
"Ssst..." Gu Lang menunjuk ke arah jendela, dimana dia merasakan adanya aura beberapa orang yang tadi mereka temui di lantai bawah.Mereka bertiga pun saling melempar pandang, kemudian mengangguk bersamaan dan berpura-pura pingsan demi mengelabuhi orang-orang itu.Dan benar saja, beberapa saat kemudian beberapa orang yang tadinya berada di atas atap, kini tengah mengintip ke dalam ruangan demi memastikan kondisi ketiga target mereka di dalam sana.satu dari tiga orang-orang itu pun memberikan kode, dan mereka semua segera menerobos masuk ke dalam kamar.Pemimpin komplotan itu tertawa senang, "Sudah lama sekali kita tak mendapatkan mangsa empuk seperti ini. Cepat ambil semua barang berharga mereka. Jangan lupakan cincin penyimpanan tuan muda bodoh itu juga, pasti isinya adalah benda-benda berharga.""Baik!"Saat salah seorang dari mereka baru saja mendekat dan menyentuh jari Gu Lang, dimana cincin penyimpanan itu tersemat, justru tiba-tiba terjatuh ke lantai dengan keras."Hey, kau kena
Gu Lang teringat dengan penjelasan yang pernah Gu Lang asli baca, tentang berbagai tubuh suci yang ditakuti oleh banyak orang, tapi juga menjadi incaran banyak pihak karena dianggap sebagai sebuah ancaman.Di sebuah tempat yang sangat jauh dari tempat Gu Lang berada..."Sang phoenix suci sudah muncul." Seorang pria paruh baya tampak mwnyunggingkan senyum manis diwajahnya, "Cari snag Phoenix suci, sebelum mereka lebih dulu menemukannya!" titahnya dengan bersemangat, pada para bawahannya.Bagimana tidak... sudah beratus-ratus tahun lamanya sang phoenix suci tak kunjung bangkit, bahkam setelah segala usaha yang mereka lakukan. Padahal keturunan keluarganya beberapa generasi sudah cukup banyak, tapi tak ada satupun dari mereka yang merupakan wadah bagi phoenix suci.Tapi kini tiba-tiba saja aura sang phoenix suci muncul, tapi ditempat yang sangat jauh daru tempat mereka."Maaf ketua, tapi siapa yang menjadi wadah bagi sang Phoenix suci? Bukankah ketua tak memiliki anak selain kesepuluh tua
Kota Biluo, rumah keluarga Gu.Dia membuka dan mengerjap-ngerjapkan matanya untuk menyesuaikan cahaya yang masuk.Namun saat mata itu sudah terbuka sepenuhnya, dia justru sangat terkejut. Terkejut karena dia sama sekali tak mengenali tempat di mana dia berada saat ini.Sekuat apapun dia mencoba mengingat apa yang terjadi, yang dia ingat hanyalah sebuah kecelakaan maut yang menimpanya. Tapi kenapa kini dia justru berada di tempat ini, tempat yang sangat asing baginya.Di kala dia sedang bingung dengan apa yang terjadi, tiba-tiba saja serangkaian ingatan masuk ke dalam otaknya.Bagh!Bugh!Bruk!Dalam gambaran ingatan itu, terlihat seorang pemuda yang terpelanting dengan keras karena sebuah tendangan di perutnya.Wajah tampannya di penuhi dengan luka dan lebam. Darah mengalir dari setiap luka di tubuhnya, mewarnai salju yang putih menjadi warna merah darah dengan bau anyir yang kentara."Aku akan segera membebaskanmu dari rasa sakit ini, Gu Lang." Pemuda itu menatap Gu Lang yang sudah t