Alicia menggigit ujung kukunya terlihat gusar, berjalan mondar-mandir di depan ruang operasi. "Alice, duduklah apa kau tidak lelah berdiri?" Anna mengusap bahu Alicia berusaha menenangkannya.Dari sudut ruangan terlihat Dazzlene datang membawa makanan dan minuman. "Alicia makanlah, kau belum makan dari siang tadi.""Aku tidak lapar. Sudah 2 jam 35 menit Mommy di dalam. Mengapa operasi itu lama sekali?"Melihat sahabatnya yang sedang gelisah, Anna mendekap Alicia berusaha menyalurkan ketenangan untuknya. "Everything will be alright, sweetheart! Kami ada di sini untukmu.""Thanks." Jawab Alicia menyandarkan tubuh yang terasa lelah pada bahu Anna. "Glad to have both of you." Lirih Alicia."Aku akan ke toilet sebentar." Ujar Dazzlene sedikit terburu-buru, tidak dapat menahan diri lebih lama lagi untuk buang air kecil.Hampir genap 2 minggu, akhirnya Mommy mendapatkan ginjal yang cocok dengannya. Setelah melakukan serangkaian persiapan, hari ini Mommy dijadwalkan untuk melakukan transplant
Hubungan yang kuat dibangun atas dasar kepercayaan, bukan saling mengendalikan."Nona, mohon tunggu sebentar, aku akan segera kembali." Suara Jordan menyentak lamunan Alicia. Ia tidak menyadari Jordan yang menghentikan mobil di depan sebuah toko obat. "Mengapa ia harus bersikeras mengantarku pulang bila ia sedang sakit? Dasar diktator! Bahkan Jordan sungkan untuk meminta izin libur karena sakit." Gerutu Alicia dalam hatinya.Hujan rintik-rintik yang berubah semakin lebat disertai suara petir yang sesekali menggelegar, membuat Jordan tampak basah oleh guyuran air hujan."Jordan, apa kau sakit? Aku bisa naik Taxi dari sini. Kau pulanglah istirahat." Suara Alicia menghentikan gerakan Jordan."Tidak Nona Carter. Aku tidak sakit, kita akan melanjutkan perjalanan ke rumahmu." Jordan kembali melajukan mobil."Lalu apa yang kau bawa dari toko obat itu?" Alicia melayangkan pandangannya pada sebuah kantong plastik yang terletak di sebelah bangku kemudi. Kondisi yang gelap menyulitkannya untuk
Melihat Jade yang gusar, Alicia memilih untuk mengakhiri percakapan mereka. Ia menangkup sisi kepala Jade. "Hentikan pikiran burukmu itu. Aku ada di sini! Kembalilah ke kamarmu dan tidur, okay?""How about you?""Aku akan mengeringkan pakaianku dan tidur di kamar tamu." Alicia melenggang pergi namun urung melanjutkan langkah kakinya karena dalam sekali tarikan pada lengannya membuat ia terduduk di atas pangkuan Jade. "Kau tidak perlu baju malam ini, Baby. Aku tuan rumah di tempat ini, aku yang menentukan di mana kau akan tidur!" Jade menyeringai nakal dan menarik pelan tali bathrobe yang dikenakan Alicia. Hemm! Menggoda Alicia adalah hobi baru dan cara Jade mengalihkan beban di kepalanya yang menggunung. Karena wajah merona Alicia selalu terlihat menggemaskan dan menghibur dirinya.Dengan cepat Alicia menghentikan gerakan tangan Jade dan segera berdiri. Semburat rona merah terlihat oleh pantulan cahaya yang masuk melalui jendela dan menerpa wajahnya."Jade! Jangan macam-macam atau a
Pagi dingin menyapa lembut dengan hadirnya kabut embun yang menutupi sebagian pemandangan Manhattan. Hujan yang membasahi bumi menyisakan awan kelabu membuat matahari berlindung seolah tersipu enggan menampakkan cahayanya.Suasana kota yang dingin di luar sana tampaknya tak menganggu dua insan yang saling menghangatkan satu sama lain. Alicia yang baru saja beranjak dari balkon menghirup udara segar dipagi hari, kembali bergelayut manja dalam pelukan hangat Jade.Ia kemudian berbaring menyamping dengan tangan bertumpu pada satu sisi kepalanya, memandang lekat pria tampan yang kembali terlelap. Paras terjujur yang dapat kau lihat dari seseorang saat ia tertidur pulas. Keletihan setelah bekerja, beban pikiran yang mungkin mendera dibalik wajah tampannya, membuat hati berdenyut iba.Alicia menggerakkan jari telunjuknya menyisir setiap lekuk wajah pria di hadapannya. Menarik garis diseluruh sisi wajah dan berhenti di rahang tegas Jade. Membelai lembut cambang, menikmati sensasi geli yang
Alicia menyesap lemon hangat di hadapannya. Ia duduk bersisian dengan Jade di meja makan, lalu menyedokkan beberapa suap sereal dan mengunyah pelan."Apakah sarapan ini sesuai dengan seleramu?" Tanya Jade dengan menatap lurus ke meja.Alicia mengangguk dan menyeka sudut bibirnya dengan tisu, kemudian menenggak kembali secangkir lemon hangat di hadapannya hingga tandas."Bukankah kau lebih menyukai lemon hangat dengan taburan daun mint dan buah segar untuk menu sarapanmu?" Ujar Jade yang masih enggan menatap wanita di sampingnya. Api cemburu kian menguar saat ia melihat sorot mata Alicia yang menyimpan kesedihan atas kepergian Anthony."Jade, aku---"Jade lantas menaruh sendok sereal dengan kasar, menyebabkan percikan susu mengotori meja. "Stop fucking lying! Why you always lying, Alicia?!" Ujar Jade dengan suara meninggi dan beranjak dari tempat duduknya menuju lantai atas.Alicia menyandarkan kepalanya sejenak di meja. Menghela napas panjang untuk menenangkan diri. Bisa saja ia meny
Grandma yang nampak elegant memberikan sebuah pelukan hangat kepada Alicia. Melihat wajah Alicia yang masih nampak kikuk, Grandma kembali bersuara. "Kau tidak mengingatku? Aku orang yang kau tolong saat aku terjatuh di toilet Mall."Alicia mengerjap sesaat dan menyadari sebuah kejadian di pusat perbelanjaan. Di mana ia sedang berada di toilet setelah membeli kemeja kerja, beberapa hari sebelum mulai bekerja di perusahaan Jade. Ia melihat punggung seorang wanita muda berjalan cepat seakan melarikan diri setelah menyinggung bahu Grandma yang menyebabkan Grandma jatuh terjajar ke belakang. Lalu dengan sigap Alicia meminta bantuan dan segera memanggil Ambulance saat melihat Grandma mengadu kesakitan pada tubuhnya. Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit hingga Grandma dipindahkan ke brankar rumah sakit, genggaman jemari Grandma tak lepas dari tangan Alicia. Tak lama kemudian, ia melihat beberapa pria berjas hitam menghampiri Grandma. Alicia mengintip dibalik pintu memperhatikan pria-pr
Seperti aurora borealis yang menari menghiasi langit malam di belahan bumi utara dengan memamerkan indahnya cahaya warna yang dimilikinya. Segenap yang melihat akan takjub dan memuji keindahannya, semaraknya dan kelangkaannya.Well, tidakkah seindah itu pula suasana hatimu disaat pria yang kau cintai memintamu untuk menua bersamanya hingga tutup usia dalam sebuah ikatan suci yang bernama, pernikahan?Seolah melayang dan terbang tinggi oleh komitmen yang diutarakan Jade dan dukungan persetujuan penuh oleh keluarga besar, membuat Alicia masih merasa belum menapakkan kaki di bumi. Oh, come on! Berlebihankah? Tentu saja tidak! Bukankah kau harus bersorak lebih kencang disaat badai kebahagiaan menerpamu? Ya, bersoraklah sekuat yang kau bisa melebihi tangismu saat badai hidup menggulungmu masuk ke dalam kengerian dan keterkejutannya, agar kau selalu mengingat bahwa penderitaan hidup tidak menderamu selamanya.Seperti musim, akan ada masa kebahagiaan menghampiri untuk menentramkan kehidupan
Kebahagiaan memenuhi setiap rongga dada yang menjadi saksi lamaran yang sederhana di dalam rumah sakit dan berkesan manis ini. Setelah surprise lamaran, kini tinggal Alicia yang sedang tercengang kepada cerita Mommy. Suasana hening membuat mereka berdua bercerita dan tertawa lepas dengan bebas, karena para tamu telah membubarkan diri dan juga Jade yang telah kembali ke New York karena ada rapat yang harus ia pimpin esok pagi."Mommy, are you serious?" Tanya Alicia dengan mata membulat dan mendapat anggukan serta senyuman dari Mommy."Kau anak nakal, bagaimana kau bisa menyembunyikan hal penting seperti ini dari Ibumu sendiri, huh?""Sorry Mom, aku berencana menceritakan hal ini setelah Mommy keluar dari rumah sakit, tapi Jade mendahuluiku." Alicia mengerucutkan bibirnya.Alicia benar-benar tak habis pikir dengan kenekatan Jade melamar dirinya, bahkan melakukan pendekatan kepada Mommy. Entah bagaimana ia meyakinkan kepada Mommy tentang keseriusan hubungan diantara mereka sampai Mommy m