Share

Part 5

To: Amber (Coffee Shop)

Amber, jangan siapkan aku lemon hangat pagi ini, karena aku ada urusan kantor. Thanks.

Alicia melanjutkan dirinya bersiap-siap setelah mengirim pesan kepada Amber. Pagi ini ia akan berangkat sedikit lebih awal karena harus menemani Dazzlene bertemu dengan Supplier untuk pengecekan barang dan sebelumnya ia harus mampir ke kantor untuk absen terlebih dahulu.

Alicia bersyukur teman-teman di tim Purchasing adalah orang-orang yang menyenangkan. Terutama Meghan dan Dazzlene yang terbilang cukup dekat dengannya semenjak ia berada di sana.

Meghan yang tampaknya dingin dan jarang bicara nyatanya adalah seseorang yang keibuan dan perhatian kepada bawahannya. Mungkin perilaku itu didominasi oleh posisinya sebagai Manager Purchasing untuk selalu menjaga wibawa dan attitude. However, dia tetap menjadi Manager favorit bawahannya.

Dan Dazzlene, seseorang yang easy going, memiliki banyak kesamaan hobi dengannya. Terkadang begitu cerewet namun memiliki hati yang tulus dalam persahabatan.

Faktor kekompakan dalam pekerjaan bersama Dazzlene membuat Alicia mengenal sisi lain dari seorang Dazzlene yang 'berisik'. Dan hobi yang sama dalam berburu kuliner pedas membuat Alicia semakin akrab dengannya.

โ€ขโ€ขโ€ข

Suasana kantor masih nampak lengang. Selesai absen fingerprint, Alicia segera menuju meja kerjanya untuk mengecek ulang dokumen yang telah disusunnya sebelum diletakkan di atas meja Meghan. Namun seketika pemandangan di mejanya membuat ia mengernyitkan dahi kebingungan.

Satu cup lemon hangat tersaji di meja kerjanya, dan tiba-tiba saja teleponnya berbunyi.

"Selamat pagi, Williams Steel, dengan Alicia, bisa dibantu?"

"Morning Alicia, it's me, Jade, bisakah kau ke ruanganku sekarang?"

"Oh my lemon!!!" seru Alicia dalam hatinya.

"Baik Mr. Williams, aku segera ke sana."

"Dia bahkan sudah berada di kantor sepagi ini, huh? Dia pasti mimpi buruk semalam dan berubah pikiran untuk... memecatku? Oh no! Kenapa pikiranku selalu berasumsi buruk bila dia yang mencariku. Ini tidak baik, otakku semakin tercemar setelah bertemu dengannya. Dia seperti merkuri."

Alicia terus berasumsi di dalam pikirannya seraya berjalan menuju ruangan Jade hingga kenyataan yang diperhadapkan kepadanya saat ini membuat ia memeras otak berupaya mencernanya.

"Bukalah dan pakai!" perintah Jade yang kini duduk tepat di hadapan Alicia dengan sorot mata tajamnya.

Kebingungan Alicia seketika berubah menjadi kegelisahan disaat ia mendapati sorot mata yang kemarin terlihat teduh dan hangat kini berubah menjadi tatapan tajam mematikan.

"Aa..paa... aku harus memakai ini, Mr. Williams, kakiku sudah membaik. Jadi kurasa aku tidak perlu untuk memakai sepatu lagi." Jawab Alicia gugup dengan tatapan lurus memandang sepasang sepatu yang terletak rapi di atas meja tanpa berani menatap wajah Jade.

Tanpa menjawab apapun Jade bangun dari tempat duduknya menghampiri Alicia dan berjongkok melepas sepatu heelsnya.

Alicia berjingkat dan segera beranjak dari tempat duduknya, namun urung, karena pergelangan kakinya ditahan oleh tangan Jade.

Tubuh Alicia menegang, ia mencengkeram pinggiran sofa, duduk tegak bertumpu pada kedua lengannya dan memberanikan diri menatap wajah Jade yang berjarak dua jengkal di hadapannya saat ini.

"Diamlah! Maka ini akan cepat selesai!" Tegas Jade mengunci tatapan Alicia yang sedang dilanda kegelisahan itu.

Alicia hanya bisa pasrah membiarkan Jade memakaikan sepatu kets yang dibawanya dan yang mengherankan bagaimana ukuran sepatu itu bisa pas sesuai ukurannya, ini gila!

Apa dia mantan salesman sepatu sebelum menjadi seorang Billionare? Batin Alicia dan menahan sedikit tawa dalam hatinya.

Selesai memakaikan Alicia sepatu, Jade meletakkan heels Alicia ke dalam kotak sepatu tadi dan memasukkannya dalam paper bag, yang kemudian ia taruh di bawah meja. Permintaan Alicia untuk merapikan sepatu heelsnya kembali ditolak Jade dan membuat Alicia hanya bisa menatap setiap pergerakan Jade sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Terima kasih banyak Mr. Williams, kau---"

"Kau telah dua kali mengabaikan perintahku, apa kau menyadarinya?" sela Jade.

Alicia terkesiap, lantas menatap ke atas berharap mendapatkan jawaban di langit-langit... Bukan, maksudnya ia sedang berpikir keras mencerna pernyataan pria tampan yang sedang duduk di hadapannya saat ini.

"Kau tidak pulang dengan Dazzlene semalam dan kau tidak memakai sepatu kets, apa kau sedang menantangku untuk memecatmu, Nona Alicia?" ucap Jade dengan menatap tajam manik mata Alicia.

Pernyataan Jade membuat Alicia kebingungan. Entah sepatu miliknya ataupun dari Jade, bukankah intinya ia telah memakai sepatu kets? Mengapa sepasang sepatu kets dapat membuat situasi rumit seperti ini?

"Maaf Mr. Williams, aku tidak bermaksud mengabaikan perintahmu tapi aku memiliki alasan atas dua hal yang kau sebutkan." sanggah Alicia dan menjelaskan kejadian sebenarnya atas kejadian semalam dan pagi ini ia harus bertemu Supplier jadi tentu ia harus berpenampilan rapi, lagipula sesuai peraturan perusahaan mengharuskan wanita memakai sepatu heels dan Alicia tidak ingin diistimewakan sekalipun dalam hal kecil seperti ini.

Jade mencondongkan tubuhnya ke depan dan menatap lekat mata indah Alicia. "Kau menjadi tanggung jawabku hingga lututmu benar-benar pulih, Alicia. Pakai sepatu itu hingga lututmu sembuh dan kau boleh mengambil kembali sepatu heelsmu di sini."

Belum selesai dengan kejutan sepatu baru untuknya, Jade kembali menyodorkan sebuah kotak yang Alicia curigai adalah sebuah ponsel. Ekspresi Jade yang menentang penolakan membuat nyalinya menciut. Alicia menerima kotak itu dari tangan Jade dan membelalakkan matanya tak percaya.

Sebuah ponsel keluaran terbaru dengan harga fantastis bagi Alicia mendarat di hadapannya.

"Itu untuk mengganti ponselmu yang mungkin rusak karena kejadian kemarin." Ujar Jade sebelum Alicia menanyakannya.

"Mr. Williams, ini berlebihan. Ponselku hanya retak dibagian kaca, aku dapat menggantinya tanpa perlu mengganti ponsel baru. Lagipula ponselku tak sebanding dengan ini. Ini berlebihan. Aku tidak dapat menerimanya."

Lagi-lagi penolakan Alicia mendapat tatapan tajam dari manik mata Jade. "Aku memberikannya tanpa meminta penjelasanmu. Kau hanya perlu menerimanya. Sudah kukatakan aku melakukan apa yang menjadi tanggung jawabku terhadapmu!"

Alicia seakan tak percaya mendengar penuturan Jade yang menurutnya sangat berlebihan. Membuat ia tidak ingin tinggal lebih lama lagi di ruangan ini.

"Terima kasih atas perhatiannya Mr. Williams, saya permisi." Ucap Alicia datar meninggalkan Jade yang masih berdiri di depan sofa. Ia menghela napas kasar dan mengabaikan kemungkinan apa yang akan Jade pikirkan terhadapnya dengan pergi begitu saja setelah menerima pemberian darinya.

"Dasar tuan diktator! Saudara bukan, teman bukan, tapi selalu mendikte dan memaksa!" gerutu Alicia di dalam benaknya seraya berjalan keluar dari ruangan Jade.

๐Ÿ‹๐Ÿ‹๐Ÿ‹๐Ÿ‹

"Sepatu kets? Hei, apa yang kau kenakan Alice?" tanya Dazzlene keheranan dengan penampilan yang janggal di kaki Alicia.

"Bossmu yang menyuruhku melakukannya, ini gila! Sudahlah, let's go!" Sahut Alicia dengan nada malas.

"So, Alice, apa yang Mr. Williams katakan padamu kemarin? Apa dia memarahimu? Jangan katakan kalau dia mengasarimu? Seriously? Apa dia melakukannya padamu, Alice. Kau tahu, Mr. Williams selalu dingin dan jarang berbicara kepada karyawan dan---"

"Dia hanya memberiku obat salep untuk mengobati memar dilututku." Sela Alicia.

"WHAT???"

Ciiittt

Alicia terperanjat kaget saat Dazzlene rem mendadak disela-sela teriakannya dan reflek menahan tubuhnya dengan kedua telapak tangannya yang berpegangan pada dashboard menjaga kepalanya agar tidak menghantam dashboard. Untunglah jalan yang mereka lewati saat ini masih lengang.

"Dazzlene are you crazy? Kau mau mati muda, huh?" teriak Alicia.

"Sorry...sorry, aku hanya kaget dengan jawabanmu tadi." Dazzlene menyeringai dan menampilkan wajah tak berdosanya, kemudian melajukan mobilnya kembali.

"Dia menyukaimu, Alice! Whoaa... Aku tak percaya, akhirnya Mr. Williams akan segera memiliki tambatan hati." Dazzlene tertawa dan menggoda Alicia dengan cubitan-cubitan kecil di lengan Alicia.

"Aku tidak peduli dengan yang kau katakan! Sekali lagi kau menyetir seperti itu aku tidak akan pernah menemanimu lagi, kemanapun!" ujar Alicia menekankan kata-katanya dalam kondisi yang masih shock dengan kejadian tadi.

"Okay...okay, I'm sorry for that. Jadi bagaimana menurutmu tentang tindakan Mr. Williams?" Dazzlene kembali kepo.

"I don't know. Mungkin dia hanya bersimpati, tidak lebih. Lagipula apa salahnya seorang atasan memberi perhatian kepada bawahannya?" jawab Alicia santai.

"Rasa perhatian adalah awal dari perjalanan cinta, Nona. Mungkin saja..."

"Dazzlene ... please ... hentikan asumsimu itu! Aku tidak sedang dalam mood bercanda." pinta Alicia dengan merengek, menyerah kepada Dazzlene yang usil menggodanya.

Dan lagu Ronan Keating yang berjudul When You Say Nothing At All, mengiringi perjalanan mereka.

From: Unknown Number

Alicia, kembalilah sebelum jam makan siang dan datanglah keruanganku saat kau kembali ke kantor. Jade

Deg

"Oh my lemon! Apa maunya kali ini? Ini sudah kedua kali ia memanggilku ke ruangannya hari ini, sudah seperti minum obat saja." Batin Alicia tidak percaya.

Usai mendapat SMS dari Jade, Alicia berusaha mengajak Dazzlene untuk segera bergegas kembali ke kantor. Ia tidak ingin mendapat masalah baru dengan Jade bila terlambat kembali ke kantor.

Namun apa daya, Alicia tak dapat menolak permintaan Dazzlene untuk singgah ke rumah Kakak angkatnya yang sudah lama tak ditemuinya. Rengekannya sungguh membuat Alicia jenuh dan akhirnya menyerah.

Alicia tak mengerti berapa banyak saudara angkat yang Dazzlene miliki. Rasa-rasanya ke manapun mereka pergi selalu saja ada saudara angkat di sana sini, bertebaran disetiap sudut kota New York. Dazzlene benar-benar 'sesuatu'.

"Sebentar, okay? Aku akan menunggu di mobil." Tawar Alicia.

"Yes, dear! I promise." Jawab Dazzlene dengan sumringah.

๐Ÿ‹๐Ÿ‹๐Ÿ‹๐Ÿ‹

Akhirnya pukul setengah dua mereka berdua sampai kembali di kantor. Alicia berharap Bossnya dalam kondisi good mood untuk menerima alasannya.

Setelah meletakkan dokumen di atas meja Meghan dan meninggalkan tasnya di meja kerja, Alicia bergegas kembali ke lift untuk menuju ruangan Jade.

Alicia berpas-pasan masuk dengan sekretaris Jade, ia merasa sedikit tertolong, setidaknya ada sesuatu hal yang mengalihkan perhatian Jade dan mungkin saja bisa menolongnya terhindar dari kekesalan Jade kepadanya yang sedari tadi menampakkan wajah datar.

Saat ini Alicia duduk di sofa setelah Jade menyuruhnya untuk menunggu di sana. Alicia terpaku dengan apa yang ia lihat di hadapannya, meja yang penuh dengan bermacam-macam makanan. Dan semua makanan itu belum tersentuh sama sekali, mungkin saja Jade belum makan karena menungguinya.

"Oh my lemon! Apa ia memindahkan isi restoran ke kantor ini?" gumam Alicia saat melihat sayur mayur yang terhidang di atas meja.

"Let's eat!" suara bariton itu membuyarkan lamunan Alicia.

"Aku tidak tahu apa yang kau sukai, jadi aku memesan ini semua, makanlah yang kau suka. Khusus untuk steak salmon, tumis paprika, sup bayam, dan salad sayur harus kau habiskan, karena itu bagus untuk tulangmu." Ucap Jade datar dan hanya menatap lurus meja yang penuh dengan makanan.

Alicia hanya bergeming, namun seketika sorot kilat mata tajam yang mematikan itu menatapnya, akhirnya ia pasrah dengan situasi ini dan ... makan.

Tak lama kemudian Office Boy datang merapikan meja. Syukurlah porsi masing-masing makanan tidak terlalu besar, jadi ia masih mampu menghabiskan empat menu yang disebutkan Jade.

Baginya, semua rasa makanan yang masuk ke perutnya sama hambarnya dengan perasaannya saat ini. Karena Jade yang menolak penjelasan Alicia tentang keterlambatannya membuat suasana semakin tegang dan mencekam baginya.

Jade berjalan dari arah meja kerjanya mengambil ponsel kemudian duduk disisi Alicia. Yang tentu saja membuat membuat Alicia terperanjat dan menggeser posisi duduknya. Sialnya, ia duduk diujung sofa sehingga hanya memungkinkan dirinya begeser seinchi. Sekalipun posisi duduk mereka masih berjarak dua jengkal, tetap saja Alicia merasa tidak nyaman.

"Jelaskan alasan keterlambatanmu, Alicia." Ujar Jade meletakkan ponsel di sampingnya.

"Ehmm ... Ta-dii i-tuu ... ada sedikit kepadatan lalu lintas jadi kami sedikit terlambat, sorry." Ujar Alicia terbata-bata karena sorot tajam mata Jade ke arahnya membuatnya mati kutu.

"Jelaskan secara terperinci padaku atau aku yang akan menjelaskannya padamu!"

Alicia mengernyitkan dahinya tak mengerti ucapan Jade. Pria itu kemudian menunjukkan sebuah foto ketika Alicia memasuki sebuah wisma dan keluar dua jam kemudian dari tempat itu.

Alicia membelalakkan matanya terkejut. Dan keterkejutan Alicia membuat emosi Jade semakin memuncak, namun ia berusaha menahannya untuk menunggu respon dari Alicia.

Tidakkah kau berpikir Alicia Carter sedang dalam masalah besar atau... mungkin saja ia ketahuan atas sesuatu yang seharusnya tidak diketahui Jade dan orang lain...?

๐Ÿ‹๐Ÿ‹๐Ÿ‹๐Ÿ‹

Tbc

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status