Share

2. Alasan Di balik Semuanya?

"Mas? Kamu ini bercanda, ya? Mas ini ada-ada aja. Mana bisa gitu, Mas Baskara," ucap Sarah, manik hitamnya membulat.

Sarah masih merasa bahwa apa yang baru saja Baskara katakan kepadanya itu hanya candaan semata. Bagaimana tidak, Baskara adalah kakak iparnya, dan kini pria itu terang-terangan ingin menjadikan Sarah sebagai istri untuknya dan ibu untuk Azka di depan seluruh keluarganya. Padahal, dia adalah adik kandung Laras, istrinya yang baru saja meninggal! Bahkan, tanah kuburannya belum sepenuhnya mengering saat ini.

Melihat anaknya yang terkejut dengan apa yang dikatakan oleh menantunya, membuat bu Ayu mengusap bahu Sarah dengan penuh kelembutan, “Ini sama sekali bukan candaan, Sarah. Baskara masih waras, dan dia memang meminta kamu untuk menjadi istrinya di hadapan mama, papa juga mama dan papa Baskara," ucap mamanya sendiri, seolah tak membantu Sarah mengatasi rasa terkejutnya.

Sarah semakin dibuat bingung, hingga dia tidak bisa mengeluarkan suaranya sedikitpun.

"Sarah? Kami, terlebih Baskara, butuh jawaban dari kamu. Maukah kamu menikah dengan Baskara dan menjadi ibu sambung untuk Azka?" tanya mama Mala yang berada di sampingnya.

"Tapi- kenapa? Kenapa harus menikah dengan mas Bas dan kenapa harus aku? " ucap Sarah lirih.

"Semua itu biar Baskara yang menjelaskan langsung kepada kamu. Yang jelas, mama dan semuanya yang berada di ruangan ini sudah merestui hubungan kamu dengan Baskara. Kami justru sangat berharap kepada kamu untuk menerima Baskara dan Azka sebagai suami dan anak kamu," jelas mama Ayu.

Jujur, Sarah tidak bisa berpikir jernih saat ini. Dia benar-benar bingung dengan situasi yang tengah dia hadapi, situasi di mana mama dan seluruh keluarganya meminta dirinya untuk menikah dan memiliki hubungan dengan Baskara, yang notabenenya adalah kakak ipar Sarah. Sebenarnya, ada apa dengan mereka?

Sarah masih diam, bahkan ketika mama Mala mengambil Azka dari gendongannya, Sarah hanya diam dan memberikan Azka kepada neneknya. Setelah Azka berada di dalam pangkuan dan pelukan neneknya, mama dan papa Sarah juga Baskara segera pergi meninggalkan sepasang ipar itu untuk saling membicarakan perihal pinangan dadakan dari Baskara tersebut.

Baskara menghela napasnya ketika dia telah ditinggalkan berdua oleh kedua orang tuanya. Adik iparnya yang sudah dia anggap sebagai adiknya sendiri itu nampak benar-benar terkejut dengan pinangan dadakan darinya.

Bukan, bukan bermaksud untuk mengejutkan Sarah atau membuat Sarah sulit karena pinangan darinya. Hanya saja, ada beberapa hal yang tidak Sarah ketahui dan harus segera di luruskan di sini dan tentu saja dijelaskan secara baik-baik.

"Sarah," panggil Baskara dengan lembut.

Sarah mengangkat tatapannya untuk melihat ke arah Baskara. Manik hitamnya menatap Baskara dengan nanar, masih kelabakan menghadapi permintaan yang baru saja didengarnya.

"Mas, apa yang diucapkan sama mas tadi, itu nggak serius kan mas? Itu nggak benar kan mas?”

"Sarah, saya benar-benar serius dengan ucapan saya. Ada hal yang saya ingin jelaskan juga terkait semua ini,” jawab Baskara. Pria itu kini melangkahkan kakinya, mendekati Sarah.

Tangan pria itu kini meraih tangan adik iparnya. Sembari menatap Sarah dalam, Baskara melanjutkan kalimatnya. "Saya meminta kamu untuk menikah dengan saya, dan menjadi ibu Azka. Saya jelas tidak bisa mengurus Azka sendiri. Kedua orang tua saya pun harus kembali ke Singapura setelah urusan ini selesai.”

‘Hanya itu alasannya? Cih, itu adalah alasan terburuk dan ter-tidak masuk akal yang pernah aku dengar.’ Batin Sarah dalam hati.

"Mas, saya masih muda, dan saya juga sudah anggap Mas sebagai kakak sendiri, sama seperti saya menganggap Mbak Laras. Kenapa Sarah, Mas? Sarah nggak peduli jika Mas mau menikah lagi, bahkan di saat tanah kuburan Mbak Laras belum mengering. Yang jelas, jangan dengan Sarah, karena Sarah tidak mau melakukan hal itu sampai kapanpun."

Ucapan yang keluar dari mulut Sarah benar-benar terlihat lirih dan marah. Bagaimana tidak, kekecewaan juga rasa marah benar-benar menguasai diri Sarah saat ini.

Sarah sudah ingin bangkit dari duduknya dan pergi meninggalkan Baskara sendirian, namun Baskara menghentikan pergerakannya. Baskara mencekal tangan Sarah dengan cepat, dan membawa Sarah untuk kembali duduk di sofa.

"Lepaskan, Mas! " ucap Sarah seraya menghentakkan tangannya yang tengah dicekal oleh Baskara.

Baskara dengan segera melepaskan cekalan tangannya pada Sarah.

Setelah cekalan itu lepas, Sarah segera memalingkan wajahnya dari hadapan Baskara dan mengusap air matanya dengan kasar yang tiba-tiba mengalir. Entah mengapa di saat itu, Sarah justru ingat pada kakaknya.

"Jangan menangis, Sarah. Maaf, maaf jika ajakan saya menimbulkan kesedihan di hati kamu. Tapi, demi Tuhan saya akan menjelaskan semuanya kepada kamu dengan sejelas-jelasnya tanpa ada yang saya kurangi atau tambahkan."

"Sarah, saya tahu bahwa ini sangat mengejutkan untuk kamu. Bukan hanya kamu, tapi ini juga sangat mengejutkan saya. Beberapa hari yang lalu, saya berkumpul dengan orang tua kamu juga orang tua saya tanpa kamu. Awalnya, saya mengira bahwa mereka akan membicarakan terkait dengan Laras. Terkait hubungan saya dengan Laras ataupun terkait makam Laras. "

"Namun, saya salah. Saya salah mengira itu semua karena Laras. Faktanya, mama dan papa saya juga kamu meminta saya untuk menikahi kamu, menjadikan kamu istri saya dan ibu untuk Azka. Saya terkejut dan tidak pernah mengira itu sebelumnya, sama seperti kamu saat ini. Saya menolak keinginan kedua orang tua saya untuk menikahi kamu. Awalnya saya menentang itu, saya tidak setuju sama seperti kamu. Tapi, setelah mereka menjelaskan semuanya, saya jadi paham. Saya paham bahwa memang semua ini harus dilakukan. Termasuk pernikahan saya dengan kamu, " jelas Baskara.

Sarah menghela napasnya kasar, "Apa alasannya? Apa yang membuat kamu begitu yakin untuk menikah dengan aku dan mengambil keputusan yang sangat tidak masuk akal itu? Aku adik iparmu, Mas," ucap Sarah dengan lirih.

Dengan pelan, Baskara mengarahkan Sarah untuk menatap dalam matanya.

"Banyak alasan yang membuat saya akhirnya menerima saran dari kedua orang tua kita untuk menikahi kamu. Pertama, saya tidak ingin jauh-jauh dari Azka dan saya ingin Azka tinggal bersama dengan saya. Namun, saya memiliki keterbatasan. Saya tidak bisa mengurus Azka sendiri dan saya butuh kamu untuk ikut bersama saya dan mengurus Azka. Karena orang yang paling dekat dengan Azka dan yang paling memahami Azka saat ini adalah kamu. Ya, saya juga paham bahwa bisa saja saya membawa kamu ke rumah saya dan tak perlu sampai menikahi kamu. Tapi, saya takut fitnah. Saya takut jika hubungan kita akan menjadi boomerang nantinya. "

"Dan yang kedua tentang Azka. Tentang Azka yang perlu sosok ibu di hidupnya dan ya kamu adalah orang yang tepat untuk saya dan Azka. Karena kedekatan kamu dengan kami yang sudah terjalin lama dan tidak sulit untuk bisa saling memahami satu sama lain. Jadi-- mau kah kamu menikah denganku, Sarah?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status